Bentuknya yang unik menyerupai piramida, teksturnya yang kenyal, dan rasa manis gurih dari isian gula merah dan kelapa parut, menjadikannya kudapan istimewa yang digemari banyak orang.
Lebih dari sekadar jajanan, Lapek Bugih memiliki makna budaya yang lekat dengan tradisi masyarakat Minangkabau.
Kue ini sering dijumpai dalam berbagai acara adat, seperti Maanta Pabukoan di bulan Ramadan, alek gadang nagari (pesta rakyat), dan baralek (pernikahan). Kehadirannya tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kebersamaan.
Cita Rasa Tradisional yang Menggoda
Lapek Bugih terbuat dari tepung ketan yang dicampur santan dan garam, kemudian dibungkus daun pisang dan dikukus. Isiannya terdiri dari gula merah dan kelapa parut yang dimasak hingga manis dan legit.
Perpaduan rasa manis, gurih, dan teksturnya yang kenyal, menjadikan Lapek Bugih camilan yang tak terlupakan.
Simbol Tradisi dan Budaya Minangkabau
Lapek Bugih bukan sekadar kue biasa. Dibalik kelezatannya, terkandung makna budaya yang lekat dengan tradisi masyarakat Minangkabau. Dalam tradisi Maanta Pabukoan, Lapek Bugih menjadi salah satu hidangan yang disajikan untuk berbuka puasa bersama.Kue ini juga menjadi simbol rasa syukur dan kebersamaan dalam berbagai acara adat lainnya.
Menjaga Warisan Kuliner Nusantara
Di tengah gempuran kuliner modern, Lapek Bugih tetap eksis sebagai jajanan tradisional yang digemari.Keberadaannya tak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menjadi pengingat kekayaan budaya dan tradisi Minangkabau.
Menjaga warisan kuliner nusantara seperti Lapek Bugih adalah tanggung jawab bersama.
Menjaga warisan kuliner nusantara seperti Lapek Bugih adalah tanggung jawab bersama.
Kita dapat melestarikannya dengan cara menikmati jajanan tradisional ini, mempromosikannya kepada generasi muda, dan mempelajari cara pembuatannya.
Mari lestarikan Lapek Bugih, warisan kuliner nusantara yang penuh cita rasa dan makna. Makin tahu Indonesia. (bd)