Monumen Siriah Carano di Tapak Tuan. (Dok.istimewa) |
Pasbana - Tapak Tuan, Aceh Selatan, menyimpan jejak sejarah menarik tentang asimilasi budaya Minangkabau dan Aceh.
Di sinilah suku Aneuk Jamee, yang berarti "Anak Tamu", terbentuk dari perpaduan dua etnis ini.
Menurut Adat Aceh, orang-orang Minangkabau datang ke pantai barat Aceh, terutama dari Pariaman, Pasaman, dan Lubuk Sikaping. Kedatangan mereka terjadi dalam dua periode:
- Sebelum Perang Padri (1805): Mereka datang untuk berdagang dan menjalin hubungan kekerabatan.
- Selama Perang Padri (1805-1836): Mereka datang untuk menghindari peperangan dan mencari kehidupan yang lebih damai.
Lama kelamaan, mereka tidak lagi mengidentifikasi diri sebagai orang Minangkabau atau Aceh, tetapi sebagai Aneuk Jamee. Bahasa dan budaya mereka pun mengalami perpaduan, menghasilkan ciri khas yang unik.
Pengalaman menarik dibagikan oleh seorang pejabat Aneuk Jamee di Lampung. Beliau berasal dari Tapak Tuan dan masih menggunakan Bahasa Minangkabau dialek Pariaman. Beliau merasa memiliki hubungan erat dengan tanah leluhur di Minangkabau dan sering mengunjungi Bukittinggi untuk berbelanja.
Pejabat ini juga memahami sejarah Aneuk Jamee dan makna di balik nama "Anak Tamu". Hal ini menunjukkan bahwa meskipun telah berasimilasi, mereka tetap menjaga warisan budaya dan sejarah leluhur mereka.
Kisah suku Aneuk Jamee di Tapak Tuan merupakan contoh indah asimilasi budaya yang menghasilkan identitas baru. Keberhasilan mereka dalam beradaptasi dan menjaga warisan budaya menjadi inspirasi bagi kita semua. Makin tahu Indonesia. (*/bd)