Notification

×

Iklan

Iklan

Mengenang Muhammad Isa Anshary - Singa Podium dari Minangkabau

02 Maret 2024 | 08:25 WIB Last Updated 2024-03-02T01:27:53Z



Pasbana - Di penghujung era kolonial Hindia Belanda, lahir seorang putra Minangkabau yang kelak menjadi juru bicara paling vokal dalam memperjuangkan berdirinya negara Islam di Indonesia. Ia adalah Muhammad Isa Anshary, yang berkat kepiawaiannya dalam berpidato dan mempengaruhi massa, dijuluki sebagai "Singa Podium".

Dilahirkan di Maninjau, Agam, Sumatera Barat pada 1 Juli 1916, Isa Anshary tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan nilai-nilai Islam. Sejak kecil, ia dididik di surau, mengenyam pendidikan agama Islam seperti kebanyakan anak lelaki Minangkabau pada masanya. Memasuki usia remaja, Isa aktif di berbagai organisasi keislaman seperti Muhammadiyah, PSII, Pemuda Rakyat Indonesia, dan Indonesia Berparlemen.

Setelah menamatkan pendidikan madrasah di kampungnya, Isa merantau ke Bandung pada usia 16 tahun. Di sana, ia bergabung dengan Jam'iyyah Persis dan menjadi salah satu elitnya pada 1940. Ketika menjabat sebagai Ketua Umum Persis (1953-1960), Isa gigih memperjuangkan agar syariat Islam menjadi dasar negara Indonesia melalui Partai Masyumi di parlemen.

Debut politiknya yang kontroversial adalah ketika menggugat Presiden Sukarno di parlemen pada 1953 terkait pidato Sukarno yang menolak gagasan negara Islam. Sejak saat itu, Isa tak henti mengkritik Sukarno, membuatnya berseteru dengan pemerintah hingga akhirnya dipenjarakan di era Orde Lama.

Selain muballigh ulung, Isa juga dikenal sebagai penulis yang tajam dan perancang Qanun Asasi Persis. Dalam tahanan pun, semangatnya membina kader Persis tak pernah padam. Melalui tulisannya "Renungan 40 Tahun Persatuan Islam", Isa berupaya menghidupkan semangat perjuangan kadernya.

Meski cita-citanya menegakkan negara yang menerapkan Syariat Islam tak tercapai, namun perjuangan Isa Anshary telah meninggalkan jejak sejarah sebagai salah satu tokoh pejuang syariat Islam yang tak kenal kompromi. Suara lantangnya di atas podium tetap bergema, menjadi inspirasi bagi mereka yang meneruskan perjuangan mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan kaidah Islam.

Muhammad Isa Anshary wafat di Bandung pada 11 Desember 1969. Kisah hidupnya mencerminkan semangat juang seorang putra Minangkabau dalam memperjuangkan keyakinannya di panggung politik nasional dengan berani dan konsisten, meski harus berhadapan dengan rezim berkuasa. Itulah sebabnya ia disebut "Singa Podium" dari ranah Minang. Makin tahu Indonesia.(*) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update