Padang, pasbana – Pasar modal digemparkan dengan tembusnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke level 16 ribu pada saat mayoritas penduduk Indonesia sedang mudik Lebaran.
Kejadian ini memicu kepanikan di pasar saham saat bursa kembali dibuka, meskipun bursa efek tutup saat rupiah menembus 16 ribu.
Bagi para investor saham, situasi ini menimbulkan pertanyaan: apa yang harus dilakukan?
Periksa Kembali Emiten Anda
Langkah pertama adalah melakukan analisis kembali terhadap emiten yang Anda pegang. Perhatikan beberapa poin berikut:- Bisnis Perusahaan:
- Apakah emiten memiliki bisnis ekspor-impor yang signifikan?
- Apa produk yang dijual dan berapa persen kontribusi ekspornya?
- Apakah emiten menerima pemasukan dalam bentuk USD?
- Bagaimana dengan biaya produksinya? Apakah emiten mengimpor bahan baku dalam bentuk transaksi USD?
Contoh emiten dengan profil ini adalah perusahaan batubara, emas, dan minyak & gas.
Memiliki hutang dalam USD di tengah kenaikan kurs akan berdampak buruk pada performa emiten. Beban bunga yang dibayarkan akan lebih besar, dan adanya kerugian selisih kurs akan memberatkan laba rugi perusahaan.
- Hutang:
- Apakah emiten Anda memiliki hutang dalam bentuk USD dalam jumlah signifikan?
- Jika ya, cek berapa persen bunga yang dibebankan.
Sektor Keuangan & Properti
Secara umum, kenaikan rupiah secara tidak langsung akan meningkatkan ongkos. Sektor yang paling pertama merasakan dampaknya adalah sektor keuangan dan properti.Dengan kenaikan rupiah yang tajam dan mendadak, terbuka kemungkinan bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga, untuk menjaga agar tidak terjadi outflow dolar yang signifikan di tanah air.
Namun, kenaikan suku bunga ini akan berimplikasi pada menurunnya permintaan kredit baik untuk sektor produktif maupun sektor properti.
Kenaikan rupiah ke level 16 ribu memang menimbulkan kekhawatiran bagi investor saham. Namun, dengan analisis dan strategi yang tepat, investor dapat meminimalisir dampak negatif dan bahkan memanfaatkan situasi ini untuk mencari peluang investasi baru. (Rel/bs)