Jakarta, pasbana - Lonceng darurat berbunyi bagi masa depan Indonesia. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 9,9 juta penduduk Indonesia usia muda atau Gen Z terjebak dalam jurang pengangguran.
Angka ini didominasi oleh kelompok usia 18 hingga 24 tahun, generasi yang digadang-gadang menjadi pilar penopang bangsa di masa depan.
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, angkat bicara terkait fenomena mengkhawatirkan ini. Beliau menjelaskan bahwa akar permasalahan terletak pada kesenjangan antara bekal ilmu dan keahlian yang dimiliki Gen Z dengan kebutuhan pasar kerja saat ini.
"Terjadi mismatch antara pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan pasar kerja," ungkap Menaker Ida, seperti dikutip dari Kompas.com.
Kondisi ini diperparah dengan banyaknya lulusan SMA/SMK yang berkontribusi paling tinggi dalam angka pengangguran Gen Z.
Lulusan SMA/SMK seringkali kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan industri yang berkembang pesat saat ini, seperti teknologi digital dan ekonomi kreatif.
Situasi ini bagaikan bom waktu yang siap meledak jika tidak segera ditangani. Di satu sisi, pengangguran massal Gen Z dapat memicu berbagai permasalahan sosial dan ekonomi, seperti kriminalitas, kemiskinan, dan ketimpangan. Di sisi lain, situasi ini juga bisa menjadi peluang tersembunyi untuk melahirkan generasi muda yang adaptif dan inovatif.
Menurut pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Adi Setiawan, M.Sc., kunci untuk mengatasi krisis pengangguran Gen Z terletak pada sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan.
"Pemerintah perlu merumuskan kebijakan yang tepat sasaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi," jelas Prof. Adi.
Beliau juga menekankan pentingnya peran dunia usaha dalam memberikan pelatihan dan pendampingan kepada Gen Z agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan industri.
"Lembaga pendidikan juga perlu beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja dan membekali para lulusannya dengan soft skills dan kemampuan berwirausaha," imbuhnya.
Menyelamatkan 9,9 juta Gen Z dari jurang pengangguran bukan tugas mudah, namun bukan berarti mustahil. Diperlukan komitmen dan kerja sama dari semua pihak untuk membuka jalan bagi masa depan Gen Z yang lebih cerah.
Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat, bom waktu pengangguran Gen Z dapat diubah menjadi peluang emas untuk melahirkan generasi muda yang tangguh, inovatif, dan siap membangun Indonesia yang lebih maju.(*)