Foto: SD 04 Suliki kondisi setelah longsor, Tanggal/lokasi. 12 Mei 2024. Aie Tagonang, Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. (Doc. Vivi Putri) |
Oleh: Fadhila Febriani
NIM.12203822
Pasbana - Gelapnya malam disertai hujan deras yang terus menerus menghujani bumi, membuat seluruh penduduk negeri menjadi ngeri. Akan kah malam ini kami baik-baik saja?. Dengan semua keraguan terbesit dalam hati penduduk negeri kecil ini pada malam itu, siapa sangka negeri yang tiada pernah mengalami jejak longsor dalam kurun waktu 7 tahun terakhir kini menimpa negeri kecil itu.
Negeri kecil itu kini sedang tidak baik-baik saja. Kepala jorong melihat keadaan tempat menuntut ilmu Sekolah Dasar satu-satunya dengan menggelengkan kepala. Ia tak menyangka bangunan yang telah berdiri kokoh sejak 10 tahun yang lalu itu kini sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya.
“Kejadian ini langka karena tidak ada riwayat longsor sebelumnya dinegeri kita, meskipun hujan
seharian tapi tidak sampai menyebabkan longsor seperti ini. Sekarang bangunan sekolah dan jalan sulit diakses, dan butuh waktu yang lama untuk memperbaiki semua kerusakan ini”. Kata Kepala Jorong (15 Mei 2024).
Tempat dimana menimba ilmu kini menjadi hancur layaknya manusia tanpa ilmu, sungguh sangat miris sekali. Kini anak sekolah dasar yang sedang menuntut ilmu tersebut terpaksa dialihkan ke lapangan yang luas,karena takut akan membahayakan keselamatan mereka. Dan guna mereka tetap mendapatkan ilmu secara kondusif dan efektif.
Hebatnya, walaupun dengan keterbatasan ruang belajar yang layak. Para siswa tetap bersemangat menjalani kegiatan belajar mengajar ini. mereka terlihat sangat aktif dan juga penuh semangat tentunya.
“Saya bangga dengan murid-murid ini, meskipun mereka kehilangan sementara kelasnya namun semangat belajar tetap ada dalam jiwa raga mereka. Semoga sekolah kita lekas membaik agar kegiatan
belajar mengajar semakin lancar”. Ujar Desi selaku Kepala Sekolah SD 04 Suliki.
Kejadian pada malam itu 2 hari berturut-turut hujan tak hentinya membasahi negeri kecil ini. Ditambah lagi dengan area perkampungan berada di antara bukit-bukit yang sebagian telah diambil pohonnya guna membuka lahan untuk bertani. Nasib tidak menjadi untung justru hal tersebut lah yang memicu terjadinya longsor dibeberapa titik.
Tak hanya dikarenakan curah hujan yang lebat. Dan bangunan sekolah tersebut rupanya hanya berjarak 5 meter, tentu saja hal ini menjadi logis, dikarenakan dengan curah hujan lebat selama 2 hari berturut-turut dengan tebing yang tidak memiliki pohon sebagai penampung airnya lagi.
Dibagian sisi lain negeri kecil ini longsor juga menutupi akses jalan keluar dari perkampungan. Sehingga, para petuah-petuah negeri mengumpulkan masyarakat agar segera bergotong royong guna membersihkan jalan yang dimana sebagai akses untuk keluar masuk kampung tersebut.
“Awalnya saya mau keluar kampung, saat melewati jalan ini ternyata sudah ada tanah bekas longsoran. Dan saya inisiatif memberi tahu kepada Ketua Jorong agar segera bersama-sama kita bersihkan jalan akses keluar masuk kampung ini” ujar Dodi.
Foto: Jalan keluar masuk nagari. 12 Mei 2024. Aie Tagonang, Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. (Doc. Vivi Putri) |
Ternyata longsor tak hanya di sekolah dan juga jalan utama. Melainkan juga sampai dirumah warga, kejadian pada malam ini membuat satu keluarga merinding saat memastikan keadaan saat hujan deras.
Betapa terkejutnya mereka, bahwasannya halaman rumah mereka telah terbawa longsor sehingga sulit akses untuk keluar dari rumah.
“Awalnya udah cemas juga soalnya hujan cuma benhenti sebentar selama dua hari berturut-turut ini, lalu pada malam hari kami mendengar seperti bunyi tanah jatuh. Pas dicek keluar ternyata halaman rumah kami telah longsor, untung saja kami sekeluarga selamat. Dan rumah kami baik-baik saja”. Kata Vivi.
Foto: halaman rumah yang longsor. 12 Mei 2024. Aie Tagonang, Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. (Doc. Vivi Putri) |
Keesokan harinya warga sekitar segera diungsikan ketempat yang aman, ketika curah hujan masih
tinggi tak ada harapan bagi mereka untuk dapat pulang ke rumah masing-masing. Tercatat ada 7 KK yang sedang diungsikan karena rumah mereka berdekatan dengan kejadian longsor. Dan mereka sudah 10 hari berada ditempat pengungsian tersebut.
Kini mereka hanya mengandalkan pasokan makanan yang tersedia sambil menunggu pemerintah
menurunkan bala bantuan. Sebab untuk pergi ke desa kecil ini memerlukan waktu 2 jam dari jalan lalu lintas besar dengan jalur pendakian yang curam. FF-19