Notification

×

Iklan

Iklan

Dari Malapetaka yang Tak Terduga

22 Mei 2024 | 08:38 WIB Last Updated 2024-05-22T01:51:40Z


Banjir merusak yang melanda daerah Pandai Sikek dan urgensi dibalik aksi perubahan iklim


Ditulis oleh : 
Chiiya
(Mahasiswa Institut Seni Indonesia - Padang Panjang) 


Pasbana- Pada saat-saat sebelum langit terbuka, mereka yang akan terkena dampaknya tidak mengetahui tingkat kehancuran yang akan terjadi. 

Kegelapan malam tiba-tiba dipecahkan oleh deru suara aliran lahar dingin, dan dalam beberapa saat, dunia yang mereka kenal tersapu bersih. Jalanan berubah menjadi sungai yang deras ketika air membanjiri rumah-rumah dan tempat usaha, menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya.

Malam sebelum banjir bandang adalah ketenangan sebelum badai, ketenangan yang akan segera tergantikan oleh kekuatan alam yang dahsyat.

Pada sabtu malam hujan mengguyur daerah Sumatera barat yang menyebabkan bencana tak terduga dan membuat sumatera barat berduka. Banjir bandang lahar dingin melanda wilayah Sumatra Barat pada malam itu. Kejadian ini dipicu hujan dengan intensitas tinggi. Empat kabupaten terdampak cukup parah akibat kejadian ini antara lain Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman. 

Banjir bandang juga melanda salah satu daerah di Jorong Pagu-pagu, Nagari Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat. Banjir bandang yang terjadi pada malam itu mengakibatkan tujuh rumah rusak hanyut terbawa arus, tujuh orang meninggal dunia, dan satu orang hilang. 

Menurut kesaksian salah satu warga, Galodo (banjir bandang) yang terjadi di Nagari Pandai Sikek bukanlah dari aliran Gunung Marapi, melainkan dari Gunung Singgalang, curah hujan yg tinggi menyebabkan longsor di lereng Gunung Singgalang sehingga menghanyutkan meterial tanah, batu, dan pohon.




"Airnya bukan dari gunung marapi tapi gunung singgalang, bawa batu batu besar" (Wawancara, Syarif, 18 mei 2024, pukul 16.00 WIB, Jorong Pagu-Pagu, Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat)

Gunung singgalang melepaskan banjir lahar dingin ke seluruh daerah pandai sikek. Jalanan berubah menjadi sungai yang deras, menghabiskan segala yang dilewatinya. Rumah dan bangunan hanyut. 

Ketika badai terus mengamuk, keganasannya mencapai puncaknya, air banjir mulai naik, memenuhi jalan-jalan dan rumah-rumah, menyapu semua yang dilaluinya. Itu adalah kekuatan tanpa ampun, dinding air yang sepertinya datang dari segala arah sekaligus. 

Dan ketika kondisi alam terus mengamuk, Aliran lahar dingin tersebut menghanyutkan satu keluarga dalam satu rumah. badai itu menyapu sebuah keluarga, membawa mereka keluar rumah dan masuk ke dalam kekacauan banjir. Jeritan mereka hilang di tengah aliran lahar dingin, dan tak lama kemudian mereka, seperti banyak korban banjir bandang lainnya, ditelan air yang bergolak. 

Keluarga tersebut terdiri dari enam anggota keluarga yaitu ayah, ibu dan empat orang anak. Saat banjir bandang terjadi keluarga tersebut masih sibuk membereskan barang dan mengabaikan peringatan warga. Hingga seluruhnya tersapu banjir bandang yang menyisakan salah satu anaknya yang bernama Jefri yang kebetulan pada saat itu sedang tidak ada di rumah.

"Saat kejadian mereka lagi beres beres barang, tapi airnya emang udah tinggi sebatas lutut. Warga di sekitar sudah memperingati tapi dia tetap membereskan barangnya, terus tiba tiba air  besar datang dari arah atas dan menyapu habis rumahnya" (Wawancara, Masni, 18 mei 2024, pukul 16.10 WIB, Jorong Pagu-Pagu, Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat). 

Jasad satu keluarga tersebut sudah ditemukan menyisakan salah satu anaknya bernama M.Yusuf (17) yang jasadnya masih  hilang hingga kini. Anggota keluarga yang lain di temukan di berbagai tempat yang berbeda. Primus, salah satu anak anggota keluarga tersebut ditemukan minggu pagi masih di sekitar tempat kejadian, jasadnya tersangkut hingga tidak terbawa arus terlalu jauh. 




Adik nya di temukan sekitar satu kilometer dari tempat kejadian pada hari senin jam tiga malam. Ayah nya ditemukan di daerah Singgalang, dan ibunya ditemukan lebih dari 50 kilometer ke arah selatan di daerah Kayu Tanam. 

"Setelah kejadian, Primus jasad pertama yang ditemukan pada minggu pagi, kalau adiknya di temukan malamnya , minggu malam, sekitar jam 3, ketemunya sekitar satu kilometer dari rumahnya, pada saat di temukan, badannya sudah terkubur setengah, hanya terlihat bagian dada ke atas saja, kalau bapaknya, ketemunya di Singgalang, di simpang lubuak mato kuciang. Sedangkan ibunya di kayu tanam" (Wawancara, Us, 18 mei 2024, pukul 16.15 WIB, Jorong Pagu-Pagu, Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat). 

Foto: Wawancara warga Jorong Pagu-pagu (18/5/2024) Nagari Pandai Sikek Tanah Datar Sumatera Barat (Doc. Ciha Septia)



Meninggalnya para korban memang karna para korban mengabaikan peringatan dari warga sekitar. Saat air sudah mulai tinggi dan berarus kencang para warga tetap mencoba membantu tapi sayangnya para korban tidak mendengarkan.

"Sudah di peringatkan tapi sepertinya emang ajalnya disitu, sama seperti anduang dan bapak bapak di warung itu, mereka tak menyangka air sebesar itu akan datang tiba tiba, jadi mereka tetap santai. Bahkan warga sudah membawa kayu untuk pengganti jembatan karna jembatannya sudah hancur, tapi mereka tidak mendengarkan, tak lama setelah warga memperigati itu tiba tiba air besar datang dari arah atas dan menghanyutkan mereka" (Wawancara, Masni, 18 mei 2024, pukul 16.20 WIB, Jorong Pagu-Pagu, Pandai Sikek, Tanah Datar, Sumatera Barat)

Foto: kondisi Rumah yang rata terbawa arus pasca bajir bandang jorong pagu-pagu pasca banjir bandang, 18/5/2024 , pandai sikek, tanah datar, sumatera barat, (Doc. Ciha Septia)



Warga berharap tidak ada lagi banjir susulan tapi mereka tetap siaga dan berhati hati. Malam itu seperti kiamat kecil, rasanya sangat menyeramkan, bahkan setiap  hujan turun ,selalu membangun perasaan was was dan takut akan trauma banjir bandang sebelumnya yang terjadi.

Kejadian Galodo (banjir bandang) ini benar benar menjadi hari penuh duka bagi sumatera barat, bukan hanya daerah pandai sikek namun juga pada daerah daerah lain yang terdampak. Banjir bandang melanda kota seperti dinding air, kumpulan lahar dingin yang bergejolak melahap semua yang dilaluinya. Rumah yang berdiri di sana, yang dulunya merupakan simbol stabilitas dan keamanan, sudah tidak ada lagi. Banjir menghanyutkan tembok, atap, dan segala isinya. 

Foto: kondisi Rumah yang rata terbawa arus pasca bajir bandang jorong pagu-pagu pasca banjir bandang, 18/5/2024 , pandai sikek, tanah datar, sumatera barat, (Doc. Ciha Septia)



Ruang tamu yang dulunya nyaman, dapur tempat makanan disiapkan, kamar tidur tempat anak-anak tidur, semuanya hilang dalam sekejap. Banyak anggota keluarga tercinta yang meninggal karna kejadian tak terduga tersebut, kehilangan tempat tinggal, kehilangan harta berharga, kehilangan sawah yang menjadi mata pencaharian yang kini telah rata tanpa sisa. Banjir tidak hanya menghanyutkan sebuah rumah, tetapi seluruh kehidupan, meninggalkan puing-puing dan reruntuhan yang menghantui. Yang tersisa hanyalah suara badai, bau tanah basah, dan kesunyian yang memekakkan telinga.

Peristiwa ini merupakan pengingat tragis akan kekuatan alam yang tak henti-hentinya, dan kehancuran yang diakibatkan oleh bencana alam. Dari bencana ini diharapkan bagi para warga yang terkena bencana maupun yang tidak agar lebih berhati hati dan tetap mempersiapkan diri untuk hal hal yang tak terduga. Alam penuh misteri. Bahkan daerah sumatera barat yang penuh dengan keindahan alamnya yang sangat memanjakan mata bisa menjadi sangat berbahaya hingga merenggut nyawa. Tak akan ada yang menyangka akan perubahan iklim yang ekstrim dan menyebabkan alam mengamuk.

Dan hanya menyisakan reruntuhan. Kehancurannya total, dan kota seolah-olah ditelan laut. Keheningan yang mengerikan dan mematikan, seolah-olah galodo banjir bandang telah mencuri segalanya yang membuat kota tersebut hidup.(*) 
×
Kaba Nan Baru Update