Foto: Rumah Warga yang Terdampak dan Tumpukan Material Batu serta kayu. 15/05/24. Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat. (Doc. Septiana Nurlaila) |
Oleh: Septiana Nurlaila
NIM. 12205422
Pasbana - Banjir lahar dingin Gunung Marapi atau yang biasa disebut ‘Galodo’ oleh warga setempat menerjang beberapa daerah di lereng gunung berapi yang ada Sumatera Barat pada Sabtu malam (11/05), salah satunya di Kabupaten Agam.
Banjir lahar dingin ini melanda 3 kecamatan di Kabupaten Agam yaitu di Kecamatan Canduang, Kecamatan Sungai Pua, dan Kecamatan IV Koto.
Daerah di Kecamatan Canduang menjadi dearah terparah yang dilanda banjir lahir dingin yang mengakibatkan porak-porandanya Nagari Bukik Batabuah dan mengakibatkan puluhan korban meninggal serta kerugian sosial ekonomi.
Sehari sebelum kejadian, sudah ada prediksi dari BMKG bahwa hampir diseluruh wilayah Indonesia akan ada hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, termasuk di Sumatra Barat. Kejadian banjir lahar dingin ini dipicu oleh cuaca ekstrem yaitu hujan dengan intensitas yang tinggi, sehingga mengakibatkan luapan aliran sungai yang terdapat di wilayah hulu Gunung Marapi.
Sebelum nya telah terjadi banjir lahar dingin di Nagari Bukik batubuah pada (05/04) sore hari pada bulan Ramadhan, banjir ini menjadi banjir lahar dingin pertama di daerah tersebut. Banjir pada bulan Ramadhan itu tidak terlalu besar dan terjadi pada sore hari, sehingga semua orang dapat selamat dan tidak terlalu banyak membuat kerusakan. Selang sebulan yaitu pada (11/05) Banjir lahar dingin ini kembali menerjang pemukiman warga pada malam hari sekitar jam 11 malam, sehingga membuat semua orang yang sedang tidur terbangun dari tidurnya.
Banjir yang datang tiba-tiba membuat banyak orang kesulitan menyelamatkan diri, hal itu dikarenakan listrik yang langsung mati membuat suasana menjadi gelap gulita. Hujan yang lebat pada malam itu, membuat sebagian orang banyak yang menghabiskan waktunya didalam rumah, mungkin juga ada yang sudah tertidur kerena sudah menjelang tengah malam.
Tidak ada yang menduga akan terjadinya bencana banjir lahar dingin ini. Banjir yang datang secara tiba-tiba tersebut, menerjang apa saja yang dilaluinya, jalanan berubah menjadi lautan air bah dengan warna kehitaman yang bercampur dengan meterial batu-batu yang hampir sebesar mobil dan kayu-kayu besar yang sudah terpotong-potong.
Seorang pedagang sate, warga Nagari Bukik Batubuah, Bapak awal (50) pun menceritakan suasana malam hari sebelum dan sesudah kejadian. Saat itu Ia berada dirumahnya bersama keluarga nya karena malam itu hujan lebat, rumah yang dihuni berada tidak jauh dengan lokasi kejadian banjir lahar dingin, dan Alhamdulillah rumahnya tidak terdampak apapun.
"Malam itu hujan memang lebat, jadi banyak orang yang diam didalam rumahnya, saya juga sudah tidur malam itu dan saya terbangun karna ada suara dentuman batu, suaranya seperti suara batu-batu yang dijatuhkan dari bak truk, listrik juga langsung mati malam itu, Tidak ada pertanda apapun sebelum kejadian itu, semua seperti biasa saja, tidak ada yang menyangka juga akan ada bencana sebesar ini” (wawancara awal, 15 mei 2024, pukul 17:00 WIB, Bukik Batabuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat)
Minggu (12/05) pagi hari pasca banjir lahar dingin, pagi itu menjadi pagi yang sangat mencengkam dan pilu bagi masyarakat Nagari Bukik Batubuah, banjir lahar dingin ini juga meninggalkan duka bagi masyarakat ranah Minang. Pagi itu sudah banyak ambulans dan kendaraan polisi yang berdatangan, banyak juga para warga yang senantiasa membantu para korban yang terdampak banjir lahar dingin malam itu.
Foto: Rumah Warga yang Terdampak dan Tumpukan Material Batu serta kayu. 15/05/24. Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat. (Doc. Septiana Nurlaila) |
Terlihat banyaknya material batu dan kayu yang menghacurkan rumah-rumah disekitaran aliran sungai bahkan ada rumah yang habis tidak tersisa, hanya terlihat sedikit lantai yang sudah tertimbun lumpur. Mobil- mobil yang terseret banjir pun serupa, terlihat rusak dan tidak berbentuk lagi. Banyak nya korban yang meninggal akibat terseret arus banjir dan aja juga yang menghilang, hingga saat ini belum ditemukan.
"Pagi itu saya tidak langsung ke tempat kejadian, takut ada banjir susulan, siang harinya baru saya kesana, sudah banyak polisi disana buat nyari warga yang kebawa arus, saya liat sudah banyak rumah-rumah yang roboh bahkan ada yang rumah nya habis tidak ada lagi, batu-batu dan kayu juga saya liat besar-besar” (wawancara awal, 15 mei 2024, pukul 17:00 WIB, Bukik Batabuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat).
Hamparan hijau sawah dan kebun-kebun warga sudah tidak terlihat lagi. sawah dan kebunkebun itu sudah habis tersapu oleh banjir lahar dingin, semuanya menghitam tertutup lumpur, kayu dan batu-batu besar. Banyak para warga yang menangisi sawah dan kebunkebun mereka kerena sebagian sawah warga sudah ada yang siap panen, namun karena adanya bencana ini sawah dan kebun-kebun itu kini hilang tak tersisa, termasuk bapak awal yang sawahnya juga terdampak banjir ini.
"Saya juga ada sawah dibawah yang siap panen, sekarang udah tidak ada karna terkena banjir walaupun rugi besar tapi saya masih bisa bersyukur karna saya dan keluarga saya masih diberi keselamatan dan kesehatan sampai hari ini, saya juga turut sedih atas apa yang sudah menimpa para korban, terutama orang_orang yang saya kenal." (wawancara awal, 15 mei 2024, pukul 17:00 WIB, Bukik Batubuah Kabupaten Agam, Sumatera Barat).
Foto: Sawah yang Tertimbun lumpur dan material Batu serta kayu. 15/05/24. Bukik Batabuah, Agam, Sumatera Barat. (Doc. Septiana Nurlaila) |
Atas kejadian ini seluruh masyarakat berharap bencana banjir seperti ini tidak akan terulang kembali dan tidak akan adanya korban lagi atas bencana ini. Semoga pemerintah dapat dengan cepat mengatasi permasalahan banjir lahar dingin tersebut. Dan untuk yang ditinggalkan sanak saudaranya agar selalu diberi ketabahan dan keikhlasan seluas-luasnya atas apa yang menimpanya. SP-01