Notification

×

Iklan

Iklan

Potensi Wisata Sastra Pantai Gandoriah Pariaman

10 Mei 2024 | 19:30 WIB Last Updated 2024-05-10T12:30:08Z
Kuliah Kerja Lapangan Sastra dan Industri (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)



Oleh Ferdinal Ferdinal
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas



Pasbana - Pantai Gandoriah Pariaman bukan hanya pantai yang bisa dinikmati sebagai destinasi wisata alam, tapi juga berpotensi menjadi destinasi wisata sastra yang memiliki dan mewadahi warisan budaya seperti cerita dan seni. Meskipun terkenal dengan keindahan alamnya, pesisir ini memiliki cerita yang membanggakan tradisi sastra Indonesia, khususnya Minang yang belum dikembangkan secara maksimal. 

Dengan kekayaan ini, pengelola Pantai Gandoriah bisa memadukan antara sastra dan wisata dengan menyajikan pesona wisata sastra melalui potensi yang dimiliki. Wisata sastra adalah salah satu potensi yang bisa dikembangkan dari pantai ini. 

Ketika dunia mencari pengalaman perjalanan yang otentik dan mendalam, Pantai Gandoriah punya potensi untuk untuk pengembangan pariwisata daerah ini. Dengan memanfaatkan landmark sastra ikonik, mengatur tur tematik, dan menyelenggarakan kegiatan budaya, para pemangku kepentingan destinasi ini dapat menawarkan kesempatan bagi wisatawan untuk menikmati kehidupan wisata baru ke dalam cerita dan memikat imajinasi wisatawan dari dalam bahkan luar negeri.

Konservasi sastra dan pariwisata tidak hanya memperkaya pengalaman pengunjung tetapi juga berfungsi sebagai katalis untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan melestarikan warisan budaya dan mendorong keterlibatan masyarakat, Pantai Gandoriah dapat memanfaatkan potensi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pariwisata yang bertanggung jawab. Melalui pengelolaan pariwisata yang baik dan kolektif, destinasi ini dapat berkembang sambil melindungi warisan sastranya untuk generasi yang akan datang.

Untuk menjadi destinasi wisata unggul dan unik, Pantai Gandoriah bisa mulai mengembangkan pariwisata sastra yang berakar dalam identitas budaya. Dengan mengolah cerita-cerita yang membentuk lanskapnya dan menerapkan semangat eksploratif, pengelola pantai ini bisa mengembangkan potensi yang ada sebagai inspirasi bagi wisatawan yang ingin memulai perjalanan sastra yang hanya bisa ditemukan di destinasi ini. 


Pelataran Anjungan Pantai Gandoriah (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)



Dengan keindahan alamnya yang menakjubkan, pantai ini dapat menjadi tempat inspiratif bagi para penulis dan penggemar sastra untuk mengekspresikan kreativitas mereka. Untuk mengembangkan potensi ini, pemerintah dan pihak terkait perlu menghadirkan dan meningkatkan infrastruktur dan fasilitas pendukung, seperti perpustakaan umum, pusat seni, dan ruang kreatif, yang dapat menjadi tempat bagi para penulis untuk berkumpul, belajar, dan berbagi ide. 

Selain itu, pelaksanaan aktifitas sastra, seperti festival sastra, lokakarya penulisan, atau kegiatan kesusastraan lainnya dapat diadakan secara rutin untuk menarik minat para pengunjung. Potensi wisata sastra apasaja yang dimiliki destinasi ini untuk dapat mewujudkan destinasi wisata sastra ini?

Pertama, Warisan Sastra.  Sumatra Barat kaya akan tradisi oral, mitos, dan cerita rakyat yang dapat menjadi sumber inspirasi untuk penulisan. Selain itu, keberadaan budaya Minangkabau yang kaya dan beragam akan menambah dimensi keunikannya sebagai destinasi wisata sastra. 

Kota Pariaman, khususnya Pantai Gandoriah, memiliki warisan sastra, berupa legenda Putri Gandoriah dan cerita-cerita lisan dan peristiwa sejarah yang berkaitan dengan sastra. Daya tarik Pantai Gandoriah jauh melampaui keberadaanya sebagai pantai berpasir dan perairan biru saja.

Di daerah ini, masyarakat Indonesia bisa menemukan dan menghayati akar warisan budaya yang dinamis, diperkaya oleh dongeng, folklor, dan karya sastra, dari epik hingga narasi modern. 

Pantai Gandoriah adalah bukti hidup dari kekuatan cerita yang abadi, semisal Putri Gandoriah. Kisah Putri Gandoriah ini terdapat dalam cerita tentang Anggun Nan Tongga dan Putri Gandoriah.

Cerita ini memberitakan tentang Anggun Nan Tongga dibantu temannya Malin Cieh Ameh bertugas mencari mamak Putri Gandoriah. Dalam pencarian itu, dia bertemu dan berperang dengan utusan Raja Pulau Binuang. 

Setelah menang dan menemukan yang dia cari, dia meminta Malin Cieh Ameh untuk memberitakan penemuannya ini kepada Putri Gandoriah. Namun ketika bertemu sang putri dia jatuh cinta padanya dan menceritakan sebaliknya bahwa Anggun Nan Tongga ditangkap sang raja dan meminta dia yang memimpin kampungnya. 
Kisah ini bisa menjadi alat bagi wisatawan dalam mengeksplorasi keberadaan destinasi wisata ini, selain keindahan alam.

Pengunjung dapat memulai dan menikmati perjalanan disepanjang pantai, menginjakkan kaki sambil bermain di pasir halus dan bersih, mengisi perut dan melepaskan haus di deretan pedagang, dan membeli oleh-oleh ketika mau kembali pulang. Cerita ini menyatukan jaringan sejarah, budaya, dan lanskap untuk menciptakan pengalaman perjalanan.

Kedua, Pusat Kegiatan Budaya. Pantai ini memiliki pusat kegiatan budaya berupa Medan Nan Balinduang serta Medan Nan Bapaneh yang secara reguler digunakan untuk pertunjukan seni. 

Sejauh ini, Kota Pariaman belum menyelenggarakan kegiatan kesusastraan seperti festival sastra, lokakarya penulisan atau diskusi sastra secara reguler.

Namun, kegiatan kebudayaan seperti Hoyak Tabuik sudah menjadi agenda rutin yang dilaksanakan di pantai ini. Di balik keindahan Pantai Gandoriah dan aktifitas budaya Hoyak Tabuik, pantai ini menyimpan kisah rakyat Pariaman. 

Nama pantai tersebut diambil dari nama seorang gadis yang bernama Putri Gandoriah, dari kisah percintaan antara ia dengan laki-laki yang bernama Anggun Nan Tongga. Kini nama Nan Tongga diabadikan sebagai nama hotel di pantai Gandoriah.

Tiga, Lokasi inspiratif. Meskipun tidak memiliki bangunan bersejarah yang terkait dengan sastra, seperti rumah penulis terkenal, perpustakaan kono, atau museum sastra, kota ini bisa menjadi inspirasi bagi penulis dan penggiat sastra dalam mengabadikan kekayaan sastra dan budaya daerah ini baik dalam karya-karya sastra maupun dalam kegiatan kesuasatraan. 

Kekuatan ini bisa melahirkan komunitas-komunitas sastra yang aktif dalam menggalakkan keberadaan sastra dan menghidupkan fungsi sastra ditengah-tengah masyarakat.

Adanya komunitas sastra yang aktif dan terlibat dalam promosi, penyelenggaraan berbagai kegiatan, dan pelestarian warisan sastra. Pengembangan kerjasama dengan komunitas sastra lokal dan nasional juga penting untuk meningkatkan visibilitas pantai Gandorian sebagai destinasi wisata sastra. 

Melalui kolaborasi dengan penulis, penerbit, dan seniman sastra, potensi kreatif pantai ini dapat lebih dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat luas.

Empat,  Infrastruktur Pariwisata. Kota Pariaman sudah memiliki infrastruktur pariwisata yang memadai, termasuk akomodasi, transportasi, restoran, dan fasilitas lainnya yang mendukung wisatawan yang berkunjung.

Disamping lancarnya transportasi dari dan ke kota Pariaman, kota ini secara reguler memiliki jalur kereta api yang senantiasa membawa penumpang dari Padang. Setiap hari KAI melayani trayek Padang-Pariaman. Pada akhir pekan khususnya ribuan wisatawan mengunjungi kota ini, termasuk pantai Gandorian. Pengunjung yang mengunjungi pantai ini dapat menikmati makanan di tepi pantai dengan tempat payung-payung yang disediakan pedagang dan selain itu pengunjung juga dapat menikmati sunset pantai yang indah di penghujung hari. Pantai gandoriah didukung oleh Kota Pariaman yang memiliki semua fasilitas yang diperlukan wisatawan baik untuk menginap, konsumsi dan kebutuhan lainnya.

Lima,  Promosi dan Pemasaran. Kabupaten Padang Pariaman senantiasa berupaya mempromosikan dan memasarkan destinasi wisata daerah secara efektif untuk menarik wisatawan datang berkunjung ke destinasi tersebut. 

Berbagai upaya mereka lakukan, misalnya melalui pemilihan Cik Uniang dan Cik Ajo (CUCA) yang dilatih untuk mempromosikan destinasi wisata diaerah ini seperti, pantai-pantai ayng dimiliki, Pulau Angso Duo, pembuatan batik sampan di Desa Sungai Kasai, pusat kuliner di Kampung Perak dan Desa Wisata Apar. Adanya aksesibilitas informasi tentang warisan sastra daerah tersebut, baik melalui literatur, panduan wisata, atau situs web.

Enam, Pendidikan dan Penelitian. Kota Pariaman, termasuk Pantai Gandorian menawarkan kesempatan dan fasilitas pendidikan dan penelitian yang mendukung studi tentang sastra lokal serta menarik minat wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya dan sejarah daerah tersebut. 

Misalnya, pada bulan Februari 2024 lalu, dua orang dosen pengampu mata kuliah Sastra dan Industri serta Sastra dan Wisata, Drs. Ferdinal, MA, PhD dan Dr. Drs. Khairil Anwar, M.Si. dan 6 orang mahasiswa Magister Susastra Departemen Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas melaksanakan kuliah kerja lapangan (KKL) di Pantai Gandorian.  

KKL mata kuliah Sastra dan Industri dan Sastra dan Wisata dengan tema “Mengeksplorasi produksi, distribusi dan konsumsi dalam sastra, wisata dan industri di dunia maya dan lapangan” dan mata kuliah sastra dan wisata dengan tema.” KKL ini memberikan kesempatan dan pengalaman kepada mahasiswa untuk meneliti, mengamati dan menganalisa potensi sastra, wisata, dan industri di daerah ini. 


Kuliah Kerja Lapangan Sastra dan Wisata (Sumber: Dokumentasi Ferdinal)



Tujuh, Keberlanjutan dan Pelestarian. Upaya penggalian kekayaaan wisata daerah, pengembangan destinasi wisata, dan komitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan pelestarian warisan sastra agar dapat dinikmati oleh generasi mendatang senantiasa diperlihatkan oleh pemerintah Kabupaten Padang Pariaman.

Upaya-upaya ini tentunya mengindikasikan kesungguhan daerah ini untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu aspek pembangunan penting daerah ini. Upaya ini suatu saat tentunya bisa menyentuh pengembangan wisata sastra di kabupaten ini.

Dengan adanya aspek-aspek wisata sastra ini, Kota Pariaman, khususnya Pantai Gandorian memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata sastra yang menarik bagi pengunjung lokal maupun internasional. 

Selain menikmati keindahan alamnya, para wisatawan juga dapat merasakan kekayaan sastra dan budaya yang unik dari Sumatra Barat.(*) 

Padang, 4 Mei 2024

 
×
Kaba Nan Baru Update