(Foto: Faizanisa, Bencana longsor dan erupsi Gunung Marapi) |
Padang Panjang, pasbana - Sumatra Barat kini sedang dilanda bencana yang bertubi-tubi. Di awali dengan terjadinya erupsi pada 3 Desember, hingga kini bencana longsor dan banjir bandang (Galodo) menyelimuti di beberapa daerah Sumatra Barat yang diakibatkan karna adanya lahar dingin dari pegunungan yang turun.
Penuh derai tangis yang didapati karna banyaknya kerugian yang di alami hingga sampai menghilangkan pemilik hati.
Longsor pada daerah Sumatra barat kini sangat mengiris hati pasalnya kebanyakan rumah warga yang tertimbun oleh derasnya tanah yang runtuh membuat banyak warga kehilangan pelindungnya.
Sehingga warga – warga yang terkena harus diungsikan ke tempat-tempat yang aman. Pada 12 Mei 2024 di Batu Sangkar tepatnya simpang jembatan manunggal, Tessa salah satu anak rantau didaerah Batu Sangkar yang menjadi saksi tragedi lahar dingin itu menyisir habis 10 rumah warga dan memakan sebanyak 6 korban.
Dan jalanan yang runtuh akibat terjangan air yang begitu kuat sehingga membuat para pengendara harus melewati jalan satu arah.
Tessa menjelaskan “Hujan lebat mengguyur Tidak hanya pada daerah Batu Sangkar Tetapi
potensi cuaca ekstrim dengan intensitas hujan sedang hingga lebat yang disertai kilat dan petir
serta angin kencang yang mengakibatkan Longsor, banjir bandang (Galodo) meninggalkan
jejak di beberapa tempat seperti di kabupaten tanah datang yang memakan sampai hingga 6
kecamatannya, yaitu Kecamatan x Koto, Kecamatan Batipuh, Kecamatan Pariangan, Kecamatan Sungai Tarap dan Kecamatan Lima Kaum.
“Karena lahar dingin yang turun terus menerus diakibatkan curah hujan yang kuat mendorongnya. Banyak sekali warga yang terkena dampaknya, banyak kendaraan warga yang rusak, rumah-rumah yang hanyut dibawa arus, tempat ibadah yang runtuh, lahan persawahan, irigasi hewan ternak, Sektor perikanan dan Objek wisata yang di telan habis oleh longsor,
sampai hingga banyak memakan korban jiwa”. Ujar Tessa kemudian.
Air membasahi Sumatra Barat sebagian besar tempat sudah dilalui oleh lahar dingin yang
turun dari Gunung Marapi sebagian tempat tersebut iyalah Pasaman, Limapuluh Kota, Payakumbuh, Bukittinggi, Tanah Datar, Sijunjung, Pasaman Barat, Agam, Padang Pariaman, Pariaman, Padang Panjang, Tanah Datar, Solok, Kab. Solok, Solok Selatan, Sijunjung, Dharmasraya.
Hingga saat ini pemerintah masi berusaha untuk mencukupi bantuan untuk warga-warga yang terkena dampaknya Hingga mahasiswa turun tangan untuk memberi bantuan.
Disamping itu akibat dari Lahar dingin yang turun dari gunung merapi selain karna curah hujan yang menstrim hal ini disebabkan oleh erupsi Pada gunung merapi yang terjadi pada 3 Desember 2023. Gunung merapi ini terus menerus batuk mengirimkan abu setinggi 3000 meter ke udara dan menimbun abu vulkanik dalam jumlah besar ke beberapa daerah terdekat seperti Bukittinggi dan Padang Panjang hingga sampe pada tanggal 17 April 2024 Gunung Marapi itu berhenti erupsi.
Seberapa kelompok orang nyaksikan gunung merapi itu erupsi pada 3 Desember salah satunya Salsa, Salsa iyalah mahasiswa dari universitas yang berasa di Padang panjang, dia meceritakan “ di hari yang sama, awal gunung merapi itu mengeluarkan abu vulkaniknya saya bersama teman-teman saya sedang mencari peralatan kampus yang berada di Bukittinggi, saya
dan teman-teman saya berada di dalam ruangan, awalnya saya tidak menyadari adanya abuabu hitam yang berada di luar toko, itu hanya seperti debu bagi saya, tetapi orang orang yang berada didalam mulai bergemuruh cemas atas cuaca yang berada di luar, hingga akhirnya saya menyadari bahwa suasana diluar sudah begitu gelap, kendaraan-kendaran sudah diselimuti abu vulkanik hingga pengendara yang berjalan pun sudah hampir tak terlihat”.
“ Dengan cuaca yang mulai membaik sudah tidak ada lagi abu yang turun walaupun dilihat
disekitar sudah banyak butiran-butiran hitam yang bersepahan membuat saya memilih cepat
untuk kembali ke rumah walaupun jarak antara Bukittinggi dan Padang Panjang tidak begitu dekat, saya dan teman teman saya menggunakan sepeda motor Dan jarak itu mungkin tidak akan terasa. Selama perjalanan mengarah pulang saya menemukan ada beberapa orang seperti seorang pendaki ia tampak lusuh badannya penuh debu ia telihat sangat lemah” ungkap Salsa.
Erupsi tersebut banyak memakan korban pendaki tercatat ada 24 seorang pendaki yang tewas dan 12 pendaki lain mengalami luka-luka berat. Salah satu pendaki yang selamat dari erupsi yang terjadi pada gunung merapi tersebut iyalah pendaki yang bernama Irvanda iya menceritakan kisahnya selama berada di situasi Gunung Marapi.
“ Pagi itu sewaktu ingin pulang kami sempetin foto dulu lalu setelah itu saya jalan paling
depan untuk mencari jalan yang aman untuk di pijakkan buat teman-teman saya, kami berada sekitar 15 meter dari Tugu Abel, tiba tiba gunung itu batuk dua kali, pas saya lihat keatas asapnya udah tinggi terus saya teriak keteman teman saya, lari. Berjarak 5 meter batu dari gunung pada berjatuhan satu-persatu lama-lama kaya hujan deras, batunya itu besar-besar dan panas ada beberapa yang berwarna merah. Saya mencari pelindungan di bawah batu, selesai hujan batu pas saya lihat kebelakang mau memastikan teman-teman saya abu vulkanik sudah didepan mata saya dan membuat saya terhirup abu membuat saya gabisa nafas, tersedak hingga membuat saya kehilangan kestabilan berdiri setelah itu saya jatuh terguling-guling cukup jauh”. Jelas Irvan.
Lalu saya lanjut turun dan bertemu bima, selama proses turun saya dan bima selalu menemukan tenda dan kami mencoba mengambil air yang tersisa di tenda tersebut untuk diminum dan membasuh muka, tidak lama fadli menyusul dari belakang dia mengatakan tunggu dan tolong, saya melihat kondisinya yang sangat parah, jari telunjuknya yang hampir putus dan kakinya sudah patah lalu datang dua teman saya Lagi, saya menyuruh mereka untuk minum dan lanjut turun lagi, karena saya berfikir selagi masi ada batu-batu merah tempat ini belum aman. Sampai akhirnya kami menemukan pos yang sudah hancur terkana batu-batu tersebut dan mulai mendapatkan jaringan dan tidak lama kami mendapatkan pertolongan.
Bermula dari erupsi gunung merapi yang menimbulkan batu-batu besar dan curah hujan yang ekstrim mendorong bebatuan itu turun dan menyebabkan longsor yang menindas rumah-rumah warga.
Pray for Sumatra Barat duka dan derai tangis yang masih menyelimuti menyisihkan luka yang begitu dalam, kehilangan iyalah salah satu ikhlas yang paling besar membuat kita belajar artinya kesabaran. (Faizanisa U,Selasa,21/05/2023)