Payakumbuh, pasbana- Puluhan santri dan santriwati pondok pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mendatangi markas balai wartawan Luak Limopuluah di komplek kantor bupati lama, kawasan pusat kota Payakumbuh, Kamis (9/5).
Kedatangan puluhan pelajar pondok pesantren islam tertua di Sumatera Barat yang terletak di Canduang Koto Laweh, kabupaten Agam tersebut yaitu melakukan kunjungan lapangan, pengembangan diri para santrinya terkait metode pengelolaan karya jurnalistik.
"Kita kebetulan di ponpes MTI Canduang ada sebuah mata pelajaran ekstrakurikuler tentang jurnalistik yang diberi nama Justic. Jadi, niat kami membawa siswa belajar ke sini untuk pengembangan diri untuk penguatan materi jurnalis, terutama dalam membuat produk jurnalistik," sebut Ustad Fitra Yadi, sekaligus pembina mata pelajaran JUSTIC ketika menyampaikan sambutan didampingi wakil kesiswaan, Zuryati Ilyas.
Kedatangan rombongan santri-santriwati ponpes MTI Canduang yang didirikan oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli, ulama besar kaum tuo minangkabau, Mursyid Naqsyabandiyah bersama para pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah sejak 5 Mei 1928 itu disambut oleh sekretaris demisioner Balai Wartawan Luak Limopuluah, Aking Romi Yunanda.
Tak ketinggalan hadir sederet para jurnalis yang merupakan anggota BW antara lain, Arief Wisa, Ben Pitopang, Arya Gusman, Edwardi, Robby Engles Yunesco, Debby Linmarta, Syafri Ario, Bambang Zulwadi, Yudi Yusra serta para wartawan senior seperti, Saiful Hadi (Datuak), Doddi Sastra, Nasrul Kenong dan Syamsir Wandi.
Aking dalam penyampaian materinya lebih banyak menjelaskan tentang fungsi dan pengenalan materi dasar pembuatan karya jurnalistik, yang dilakoni oleh para jurnalis di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota. Termasuk jenis-jenis berita merupakan hasil karya jurnalistik yang diproduksi oleh para insan pers untuk kebutuhan informasi publik.
"Jurnalistik merupakan sebuah kegiatan mencari, mendapatkan, menyimpan, mengolah, menyajikan dan menyampaikan sebuah pemberitaan kepada publik. Para jurnalis profesional dalam mencari berita harus dibekali dengan kompetensi serta wajib bekerja sesuai kode etik jurnalistik," jelasnya.
Ditambahkan Dodi Sastra, dalam mencari berita seorang jurnalis profesional biasanya melakukan kroschek lapangan, mendokumentasikan hingga wawancara untuk memastikan kebenaran sebuah informasi, sebelum dimuat dalam bentuk berita untuk dikonsumsi publik.
Dodi juga merinci beberapa jenis teks berita yang biasa ditemui di setiap media. Seperti berita straight news (atau disebut juga berita langsung), indepth news (atau berita mendalam), opinion news (sebagai berita opini), interpretative news (sebagai berita interpretatif), dan investigation news (sebagai berita investigasi)," terangnya.
Selain itu Dodi juga memaparkan dasar dasar pembuatan sebuah berita yang layak untuk ditayangkan di media massa.
Dimana dalam sebuah pemberitaan ada unsur-unsur yang harus dipenuhi, jika suatu saat ingin menjadi seorang wartawan atau jurnalis di sebuah media massa, baik media cetak, online maupun media elektronik lainnya.
"Dimana unsur unsur tersebut mencakupi 5 W+1 H. Sebab itu penting sekali dalam penyajian sebuah berita yang akurat, selain memilki narasumber yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan kebenaran informasi yang disampaikan. Kemudian ada proses penyaringan di dapur redaksi, apakah sebuah berita yang ditulis wartawan layak dipublikasi atau tidak," tutur Dodi.
Selain penyampaian materi, kegiatan study banding para siswa MTI Canduang ke BW Luak Limopuluah juga diisi dengan sesi tanya jawab terkait profesi wartawan dan pemberitaan. Para santri dan santriwati MTI Canduang juga terbilang aktif dan antusias bertanya terkait bagaimana metode pengolahan berita, pengalaman di lapangan serta sikap seorang wartawan.
Dalam sesi ini, para siswa lebih banyak diberi edukasi oleh para jurnalis Luak Limopuluah, bagaimana menjadikan seorang wartawan yang baik dan memilki integritas tinggi, serta menjujung nilai-nilai kaidah jurnalistik.
"Menjadi seorang wartawan atau seorang jurnalistik memilki tantangan yang besar. Dimana seorang wartawan harus memilki sebuah prinsip kepedulian sosial kemanusiaan, integritas dan profesionalitas yang tinggi. Semua itu perlu dimiliki oleh seorang wartawan sebab disitulah marwah seorang wartawan di pertaruhkan atau dinilai oleh pubik," timpal Saiful Datuak, Arief Wisa, Arya Gusman, Edwardi dan Robby Engles Yunesco, menjawab pertanyaan para santri.
Sementara itu ustad Fitra Yadi mengaku apresiasi sekaligus berterima kasih atas sambutan positif para awak media yang menerima kunjungan para santrinya ke Balai Wartawan Luak Limopuluah. Dia menyebut, ke depan akan ada bentuk kerjasama lanjutan dengan organisasi BW Luak Limopuluahterkait pengembangan mata pelajaran JUSTIC, yang merupakan salah satu mata pelajaran ekstrakurikuler di Ponpes MTI Canduang.
"Kita bahkan sudah membuat website JUSTIC yang dikelola oleh organisasi kejurnalistikan santri Ponpes MTI Canduang sebagai wadah pengembangan diri di bidang Jurnalistik baik media cetak, radio, televisi, internet dan media digital lainnya bagi santri MTI Canduang. Tujuannya agar para santri bisa mengembangkan bakat dan minatnya, dalam membuat produk jurnalistik," pungkasnya. (BD)