Notification

×

Iklan

Iklan

Tak Ter-Elakkan, Nagari Tertimbun

24 Mei 2024 | 10:41 WIB Last Updated 2024-05-24T03:41:46Z
Penampakan rumah warga setelah terjadinya galodo, Batusangkar,  Sumatra Barat (Dok : Kominfo BEM ISIPP, Kamis 16/5/24)



Oleh: Siti Rafifah Utami
NIM.12205522
Mahasiswa Institut Seni Indonesia Padang Panjang



Pasbana - Hujan terus turun dengan lebat selama beberapa hari, tidak ada yang sangka bahwa itu adalah tanda yang telah tuhan berikan. Suasana yang awalnya damai dan menyenangkan sekejab berubah menjadi suatu peristiwa yang mencekam. Setelah terjadinya erupsi sejak 3 Desember 2023 yang menewaskan belasan pendaki, kini banjir lahar dingin melanda daerah di Sumatera Barat. 

Dalam yang kita ketahui, lahar dingin merupakan ancaman yang bisa berbahaya. Erupsi Marapi, Sumatera Barat, yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir, membuat material vulkanik di puncak dan lereng gunung menumpuk. 

Hujan yang terjadi beberapa hari terakhir menyebabkan campuran abu, dan batuan raksasa yang menumpuk di hulu menjadi padat dan turun ke pemukiman, ini sangat berbahaya bagi masyarakat khususnya yang tinggal dan berada di kaki gunung merapi.

Setiap terjadinya bencana pasti masyarakat di sekitar tempat tersebut mengalami dampak dari bencana. Seperti hal nya yang di hadapi oleh Farhan, salah satu anak berusi 11 tahun yang menyaksikan dan mengalami sendiri betapa mengerikan nya hal yang mereka hadapi. 

Ia bercerita bahwa hari itu, Farhan, salah satu anak yang tinggal di batusangkar tempat terjadinya bencana, sedang menyibukkan diri di depan rumah.  

Saat di perhatikan lebih lama, ia melihat air telah memasuki halaman depan mereka, namun siapa sangka tiba-tiba volume genangan air di selokan menjadi semakin besar kemudian  memasuki teras rumah, yang akibatnya tak pernah bisa dibayangkan oleh seorang pun saat itu. 

Ketika dilihat volume air semakin besar dan teraspun mulai di tutupi lumpur, tiba-tiba adiknya berteriak, bahwa air sungai di dekat rumahnya sudah meluap dan hampir menutupi jalan. Ibu dari Farhan, tiara mustika, mengaku panik saat mendengar ucupan anak nya itu “Saya lagi memindahkan barang-barang ketempat yang lebih tinggi saat itu. Tiba-tiba saya mendengar bawa anak saya yang paling kecil berteriak air sungai telah menutupi jalan dan saat saya lihat ternyata sawah sudah mulai terendam banjir,” ucapnya sambil mengingat hal yang menakutkan itu. 

Tidak ada firasat apapun mengenai hal ini, ia hanya berfikir bahwa banjir ini akan segera surut.(Wawancara, Tiara 16/5/2024)

Namun,siapa sangka malang sungguh malang.  setelah hal itu di ucapkan oleh adik Farhan, hal tak terduga terjadi. Air semakin menjadi deras rumah-rumah mulai terisi oleh genangan air yang semakin deras, ibu Tiara pun memutuskan untuk mengungsi ketempat yang lebih tinggi, namun saat Farhan mencoba untuk keluar dari banjir sambil memegangi ibunya, tak lama ia pun ikut terserat banjir lahar dingin yang menjadi semakin deras. 

Entah bagaimana hal itu terjadi. Tapi ia tak sengaja terlepas dari tangan ibunya. saat diterjang air yang tergambarkan oleh Farhan seperti berada di dalam blender karna derasnya air membuatnya tidak dapat menapakkan kaki.

Teriakan histeris dari warga menggema melihat kejadian itu. Saat terseret aliran lahar dingin, ia sempat terhimpit batang kayu yang secara tak sadar menyelamatkan dirinya. 

Tuhan memberikan keajaiban setelah beberapa saat terseret derasnya air dan bebas dari impitan kayu, Farhan pun akhirnya tersangkut di tepi sungai dan masih dalam keadaan sadar, para warga yang melihat langsung sigap membantu menyelamatkan Farhan. 

Diiringi doa ibu Tiara sambil menangis akhirnya Farhan selamat dan segera di bawa ketempat pengungsian .(Wawancara, Tiara, Kamis 16/5/2024).

Mahasiswa ISI Padang Panjang membantu membersihkan rumah warga, Batusangkar,  Sumatra Barat. (Dok : Kominfo BEM ISIPP, Kamis 16/5/24)



Kesedihan tak dapat terbendung lagi dari para warga hari itu suara teriakan, rintihan dan doa terseru di setiap sisi. Bangunan-bangunan yang tegak berdiri seketika goyah dan mulai hilang satu demi satu. Semua yang ada lenyap tak tersisa, mengalir hingga keujung samudera. 

Rintihan sangat jelas terdengar, suasana kelam mencekam menjadi semakin terasa. Puing-puing bangunan dan kendaraan-kendaraan mewah yang di banggakan selama ini sudah tak tampak lagi kondisinya. Pohon-pohon tumbang, ia menghancurkan apapun yang dilewatinya tanpa memilih-milih.

Mendengar berita itu saudara dari ibu Tiara langsung merasa sangat khawatir dengan keadaan mereka contoh nya saja salah satu sepupu dari ibu Tiara yang merupakan alumni dari ISI Padang Panjang. Amrizal, 37 tahun, Ia mengaku bahwa  ia sangat cemas dan berharap semua akan segera baik-baik saja. 

Ia bersama dengan beberapa mahasiswa dari ISI di batusangkar juga mulai mempersiapkan aksi untuk membantu para korban “ disini banyak terdapat alumni dan mahasiswa yang memang berkuliah di ISI Padang Panjang, saya sendiri alumni dari ISI Padang Panjang jurusan Antropologi. Kami disini ingin membantu para korban, saudara-saudara kami yang terdampak dengan memberikan kegiatan seperti trauma healing, dan membantu juga membuka akses jalan, juga membersihkan beberapa tempat seperti masjid agar dapat digunakan untuk mandi dan ibadah.” Ujarnya saat di minta memberikan tanggapan tentang kegiatan yang akan dilakukan. (Wawancara, Amrizal, Kamis 16/5/24).

ISI menjadi kebanggaan, disaat sedih sulit yang dihadapi, para mahasiswa ini hadir untuk menghibur dan menolong para warga, pada hari pertama dengan 20 orang mahasiswa turun mengambil donasi ke jalan tiap-tiap sudut kota dihampiri, 15 lainnya menjadi relawan pada kegiatan Trauma Healing untuk menghibur masyarakat sekitar. Para mahasiswa PMM (Pertukaran Mahasiswa Merdeka) yang berasal dari berbagai kampus di indonesia juga ikut aktif untuk ikut dalam kegiatan ini.

Ketua BEM ISI padang panjang Riyan Mahesa Arrahman mengarahkan teman-teman mahasiswa untuk dapat terus membantu para korban bencana, ia juga turun langsung melakukan kegiatan gotong royong di tempat yang terkena bencana. Jalan yang di lalui para relawan kebersihan sangat memrihatinkan. 

Pada Kamis,16 Mei 2024 yaitu sebanyak 17 mahasiswa ISI padang panjang yang berasal dari berbagai jurusan di tambah dengan beberapa mahasiswa PMM hadir menyaksikan dasyatnya bencana yang telah terjadi. Kampus ISI padang panjang memfasilitasi kendaraan berupa mobil dan bus untuk para mahasiswanya agar dapat mengemban tugas mulia ini. 

Secercah harapan pun muncul pada wajah masyarakat saat melihat mereka turun dan ikut membantu para warga yang sedang kebingungan melihat kondisi tempat tinggal mereka.

Mahasiswa ISI Padang Panjang melakukan kegiatan Trauma Healing pada anak-anak dan remaja, Batusangkar,  Sumatra Barat. (Dok : Kominfo BEM ISIPP, Kamis 16/5/24)



Kegiatan yang telah dilakukan ini sangat berdampak besar bagi masyarakat, salah seorang warga yang terkena dampak yaitu ibu Rini, 69 tahun mengatakan bahwa, “saya sangat senang melihat anak-anak muda datang kesini membantu kami untuk bersih-bersih” (Kamis, 16/5/2024). Ia sangat sedih saat bercerita tentang rumahnya yang rusak dan tidak memiliki dana untuk dapat merenovasi kembali rumahnya. 

Dia tinggal hanya berdua dengan cucunya, karna anak dan suami nya telah lama meninggal dunia. Kesehariannya hanya berjualan di rumah, dan kini semuanya telah habis tak tersisa.

Musibah memang datang pada siapa saja tanpa ada tanda atau peringatan lebih dulu, tak kenal usia. Tua, muda semua tak lepas dari musibah. Pemukiman yang asri di penuhi persawahan yang indah kini sirna tak tersisa, harapan dan doa yang bisa di panjatkan. 

Berharap tuhan memberikan jalan terbaik menghadapi seluruh cobaan. Ingatan akan hal ini akan selalu terkenang, sebagai peringatan akan kekuasaan dan kehebatan Tuhan Yang Maha Kuasa.[RF-16]
×
Kaba Nan Baru Update