Lembah Anai setelah banjir bandang (15/5/2024) lokasi Lembah Anai, Tanah Datar, Sumatera Barat. | |
Oleh: Rahmadeli
( Mahasiswi Institut Seni Indonesia - ISI Padang Panjang)
Pasbana - Banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Sumatera Barat (Sumbar), salah satunya kawasan Lembah Anai Tanah Datar. Sejumlah rumah warga, fasilitas umum seperti jalan raya rusak parah diterjang lahar dingin pada Sabtu (11/5/2024).
Banjir besar ini bukan yang pertama kali terjadi di Lembah Anai. Sejak zaman Pemerintah Kolonial Belanda, kawasan yang kini menjadi salah satu primadona wisata Sumbar itu beberapa kali dilanda banjir besar.
Berdasarkan catatan sejarah, pada zaman kolonial sedikitnya dua kali banjir besar melanda Lembah Anai, yakni pada tahun 1892 dan 1904.
Melansir Historia, pemerintah Kolonial Belanda membangun jalan kereta api dari Teluk Bayur sampai ke Sawahlunto pada tahun 1891-1894. Jalur kereta api sepanjang 158 km ini melewati kawasan Lembah Anai Tanah Datar.
Tepat setahun setelah pembangunan di Lembah Anai, banjir bandang melanda dan merusak jembatan yang dibangun ini. Hampir seluruh pondasi dan jembatan saat itu hancur karena dihantam banjir besar. Jalur kereta api yang baru dibuka sejak 1891 rusak dan tidak dapat dioperasikan selama beberapa bulan.
Kondisi ini dimuat dalam laporan Kepala Insinyur Kereta Api Negara Sumatera dan Tambang Ombilin W.De Jongh sebagaimana tercantum pada surat kabar Algemeen Handelsblad, 6 Februari 1904, banjir Sungai Batang Anai disertai hujan deras menghancurkan jalur kereta api dan jalan utama.
Bencana ini menyebabkan kehancuran yang begitu parah. Bencana banjir ini meluluhlantakkan kawasan Lembah Anai dan sekitarnya. Tembok penahan, jembatan kereta api, jalan raya dan rumah-rumah hancur.Kerugian dan biaya untuk perbaikan diperkirakan lebih dari setengah juta Gulden.
Namun Musibah itu terjadi lagi pada tanggal 5 mei 2024 Musibah besar itu telah menelan banyak korban jiwa dan menghancurkan rumah-rumah serta harta benda penduduk dan jalan pun rusak akibat nya. Jalan yang menghubungkan Padang-Bukittinggi tepatnya di lembah Anai putus total di terjang lahar dingin pada tanggal 5 mei2024. Karena jalan putus arus lalu lintas dari Padang -bukit tinggi atau sebaliknya di alihkan ke jalan alternatif ke Malalak, Maninjau dan Solok.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Sumatra Barat mengatakan kondisi jalan sangat serius dan luar biasa, upaya perbaikan jalan akan dimaksimalkan di bawah satu bulan agar jalan penghubung segera kembali digunakan masyarakat.
Tidak hanya jalan yang rusak bangunan di sekelilingnya juga rusak diterjang banjir tersebut salah satunya cafe yang berada di tepi sungai itu diluluhlantak akibat banjir lahar dingin Gunung Marapi tersebut. Tak ada yang tersisa bangunan restoran terbawa arus banjir itu seorang warga mengatakan banjir itu sangat cepat dan tiba-tiba jadi tidak ada yang melihat pasti bagaimana bangunan itu hilang tetapi tidak jauh dari tempat restoran itu ada mesjid yang berdiri Kokok yang di sekitaran nya telah hancur dan di bawa oleh arus.
Abdul menyebut wilayah Padang Panjang hingga Tanah Datar menjadi wilayah yang paling terdampak. Sebab, wilayah itu dekat dengan aliran sungai.
Nah ini Padang Panjang, Agam, Padang Pariaman, dan Tanah Datar ini sebenarnya wilayah administrasinya dekat-dekatan bersebelahan, dan dialiri oleh sungai yang relatif juga mengalir di Agam, Tanah Datar, Padang Panjang,” katanya.
“Ini yang paling terdampak oleh banjir lahar hujan, karena paling dekat dan paling banyak kawasan mereka yang dilalui oleh alur-alur banjir lahar hujan, BNPB memang mendapatkan beberapa laporan adanya banjir lahar sebelum bencana ini. Namun, kata Abdul, tak sebesar bencana kali ini.
“Nah ini sebenarnya memang ini agak intens, dalam 2 bulan terakhir ini BNPB mencatat ada tiga kali laporan banjir lahar hujan, meskipun kemudian intensitasnya tidak sebesar ini,” katanya.
Pak Dani salah satu warga disitu mengatakan”Lembah Anai pernah di terjang banjir bandang atau galodo pada tahun 1904. Saat itu jalur kereta yang di bangun oleh pemerintah Hindia Belanda rusak parah.Kini galodo terjadi kembali. Beberpa ruas jalan terban hingga tak bisa lagi di lalui. Namun, rel yang bangun Pemerintah Hindia Belanda terlihat masih aman dan kokoh, sebab saat itu pemerintah Hindia Belanda telah mengantisipasi bencana yang akan datang”. (*)