Notification

×

Iklan

Iklan

Menelusuri Jejak Padang Panjang 130 Tahun Silam, Jejak Sejarah Yang Penting Diketahui

06 Juni 2024 | 21:32 WIB Last Updated 2024-07-06T05:30:56Z


PasbanaBiro Topografi Pemerintah Kolonial Belanda di Batavia pada tahun 1893 menerbitkan secarik peta Padang Panjang berusia 130 tahun, kini menjadi harta karun sejarah yang tak ternilai. 

Peta ini bagaikan jendela waktu yang membawa kita kembali ke masa lampau, menceritakan banyak kisah tentang kota kecil yang menawan ini.

Peta ini bukan hanya menunjukkan tata letak kota, tetapi juga memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat Padang Panjang di masa itu. Kita dapat melihat di mana pasar,  sekolah, perkantoran,  dan  tempat-tempat penting lainnya berada.

Peta ini juga menunjukkan jaringan jalan, sungai, dan bukit-bukit yang mengelilingi kota.
Salah satu hal menarik yang dapat dilihat dari peta ini adalah bahwa Pasar Serikat belum terlihat utuh. 




Bangunan-bangunan di sekitarnya masih dalam proses pembangunan, karena pasar tersebut baru dimulai pembangunannya lima tahun sebelumnya (1888) dan baru diresmikan pada tahun 1918.

Artinya, Pasar Usang yang bersebelahan dengan stasiun kereta masih beroperasi saat itu.
Kawasan Stasiun Kereta Api yang baru berumur 2 tahun (dibangun tahun 1891) sudah terlihat jelas. Di sebelahnya terdapat Kampung Jawa (Jao), yang konon banyak didiami oleh pegawai Sumatra Staatspoorwegen atau jawatan kereta api Hindia Belanda di Padang Panjang yang didominasi keturunan Jawa.

Kawasan pasar pusat sekarang masih terlihat kosong berupa ladang penduduk. Pusat pemerintahan sepertinya berada di kawasan taman mini sekarang, di mana terlihat kantor dan rumah Asisten Residen yang ditandai gambar bendera Belanda. 

Lapangan Kantin di belakang kawasan rumah asisten resident belum terlihat saat itu.
Pacuan Kuda Bancah Laweh sudah terlihat, karena dibangun berbarengan dengan pembangunan pasar tahun 1888. 

Pacuan kuda pertama kali digelar di sana pada tahun 1894.
Tangsi Militer Belanda di Guguk Malintang (Secata B sekarang) terlihat cukup luas dengan bangunan yang tertata rapi. 

Konon, tangsi tersebut dibangun pada saat Perang Padri (1821 - 1837) setelah Belanda mendapat izin pembangunan dari Tuan Gadang Batipuh yang saat itu membawahi Padang Panjang.
Kolam Pemandian Lubuk Mata Kucing belum terlihat, karena memang baru dibangun pada tahun 1918. 

Namun, nama Loeboek Mato Koetjing sudah ada, kemungkinan penduduk di sana sudah menamai mata air tersebut dengan nama tersebut sebelumnya.

Kawasan pinggir jalan utama di Boekit Surungan (Jl Soekarno Hatta sekarang) sampai ke Simpang Bak Air (saat itu bernama Pekan Joemat) terlihat sudah ramai didiami penduduk.

Konsentrasi kawasan hunian/kampung terlihat di Silaing Atas, Pasar Usang, Bukit Surungan, Balai-balai, Guguk Malintang, tanah Pak Lambik, Koto Panjang (kawasan belakang tangsi), dan Ganting. Silaing Bawah belum terlihat ada perkampungan, masih didominasi sawah dan ladang.

Banyak nama-nama tempat saat itu yang sekarang tidak familiar lagi dengan telinga kita, misalnya: Koto Tuo, Kabun Hilalang (di daerah Silaing), Guguk Sikumbang (di daerah Bukit Surungan), Belakang Tangsi, Padang Rang Kayo (mungkin Padang Kayo sekarang), Tamiang (di daerah Guguk Malintang), Pauh (di daerah Ngalau), Tanjung Biaro (di daerah gunung).

Lebih dari satu abad yang lalu, ternyata banyak Guguk (bukit kecil) di kawasan Padang Panjang dan sekitarnya. 

Saat ini, nama-nama tersebut hampir tak pernah lagi terdengar, misalnya: Guguk Sikambang, Guguk Sale, Guguk Rencong, Guguk Pelo, Guguk Lentong, Guguk Tagak, Guguk Aia Masin, Guguk Pimping, dan lain-lain, yang sebagian besar berada di dekat kawasan Ngalau dan Ekor Lubuk sekarang.

Peta ini adalah bukti nyata ketelitian dan ketekunan para pegawai topografi Belanda dalam mendokumentasikan keadaan kota Padang Panjang pada masanya. 

Tanpa bantuan satelit, foto udara, atau Google Earth, mereka berhasil membuat peta yang sangat detail dan informatif.

Peta ini bukan hanya bermanfaat untuk mempelajari sejarah Padang Panjang, tetapi juga dapat menjadi bahan acuan untuk pengembangan kota di masa depan.

Kita dapat melihat bagaimana kota ini telah berkembang dan berubah selama bertahun-tahun, dan kita dapat belajar dari pengalaman masa lalu untuk membangun masa depan yang lebih baik. Makin tahu Indonesia.(budi)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update