Notification

×

Iklan

Iklan

Prestise Meja Satu Gumarang, Lamak Raso, Manenggang Harago, Ramah Urangnyo

06 Juni 2024 | 11:56 WIB Last Updated 2024-06-06T05:02:45Z


Pasbana  Jika Anda pernah singgah di Kota Padang Panjang, sebuah kota kecil di tengah Sumatera Barat. Kota sejuk di kaki Gunung Marapi-Singgalang ini memiliki destinasi kuliner yang melegenda. Salah satu tempat makan yang cukup terkenal adalah Resto Gumarang.

Tak ada yang berubah dari menu dan cita rasa kudapan di Resto Gumarang. Semua masih tetap sama. bangunannya pun masih mempertahankan arsitektur lama. Resto Gumarang masih eksis ditengah berkembangnya berbagai usaha resto dan cafe modern.

Resto Gumarang adalah rumah makan yang sudah berumur lumayan tua ini berlokasi persis di pusat Kota Padang Panjang dan selalu ramai dikunjungi. Disamping menunya yang pas di lidah reputasi rumah makan ini bagi masyarakat Padang Panjang dan sekitarnya agak berlebih dibanding yang lain. 

Pada masanya, Rumah Makan ini adalah rumah makan nomor satu di Padang Panjang.  Makan disana terasa lebih bergengsi terutama bagi dunsanak-dunsanak kita dari Nagari di seputar Kota Padang Panjang. Saisuak,  dunsanak yang dari kampung sekitar kawasan hinterland Padang Panjang merasa sangat bangga saat makan siang di RM Gumarang tersebut. 

Seperti sudah jadi kebiasaan para petani sehabis menjual hasil buminya di hari pasar Padang Panjang pada hari Senin dan Jumat akan menyempatkan diri makan siang di Gumarang. 

Duh..kalau sudah duduk di Gumarang serasa sudah hebat benar diri ini rasanya..sudah seperti orang lain pula kita, makan siang di rumah makan gadang itu begitulah cerita yang disampaikan kakek saya yang sudah tua beberapa tahun yang lalu ketika saya masih berselesma. 

RM Gumarang memang selalu ramai terutama di jam makan siang karena kebanyakan para pedagang dandunsanakkitoyang saya ceritakan tadi bersantap disana. Di puncak jam makan siang anda yang terbiasa makan dengan suasana tenang akan menemukan suasana yang beda.

 “Tambuah ciek “sorak seorang pengunjung dari meja no tiga “Tambuah ciek meja tigo”sahut pelayan lebih keras lagi pada kawannya bertugas mengambilkan menu didepan. “Toloang etoang ciek da”seru pengunjung disudut yang lain yang sudah selesai bersantap (Maksudnya dia minta dihitung berapa harga yang harus dibayar atas menu yang sudah dimakannya). 

Kira-kira begitulah gambaran suasana jam sibuk di RM Gumarang, ditambah lagi dengan gaya pelayan yang tergesa-gesa serba cepat melayani pengunjung. Kalau anda kebetulan membawa kamera, berfoto-foto jugalah momen unik khas orang Minang ini.

Restoran Gumarang  yang tingkat popularitasnya setara dengan RM Gumarang tidak boleh tidak dibahas disini. Restoran yang mengkhususkan pada menu ringan, sekedar untuk sarapan atau selingan diantara makan besar ini menyediakan menu yang kwalitas dan rasanya cukup layak diacungi jempol. 

Diantara menu yang terkenal adalah Ampiang Dadiah, ini adalah menu yang khas Minang sekali yaitu emping beras ketan yang dicampur dengan susu kerbau fermentasi plus larutan gula merah..hmm makyuss, menu lainnya ada Bubur Kampiun yang dinginnya..eh lezatnya sudah sangat dikenal. Atau sekedar bubur kacang hijau,  kolak pisang, dll. 

Uniknya, di Restoran Gumarang ada yang namanya Meja Satu. Konon dulunya diselingkaran  meja adalah tempat duduknya tokoh, atau orang yang ditokohkan atau merasa tokoh  di Padang Panjang. Yang membicarakan tentang kemajuan Padang panjang ke depan..ceilee..!  Artinya tidak sembarang orang berani duduk dimeja satu. 

Tapi sekarang..alamak..sembarang tuduh saja orang yang duduk dimeja satu...sepertinya Privilege meja satu sudah memudar, tidak jarang yang kita lihat duduk disitu hanyalah kumpulan orang-orang yang merasa tokoh padahal bukan atau kelompok orang frustasi atau apalah dengan seribu satu cerita yang bikin dahi mengerinyit kalau kita mendengarnya.

Nah..dilantai dua Restoran Gumarang ini khusus untuk remaja, karena ada balkon yang memungkinkan remaja duduk santai menghabiskan waktu sambil memandangi aktifitas lalu lalang pengunjung pasar di bawahnya.

Ampiang dadiah, salah satu menu spesial Resto Gumarang, disantap dengan lezat oleh Zulfikar (45) sembari bercerita kenangan lama masa SMA. Kudapan yang mengkombinasikan ampiang (emping) yang terbuat dari beras ketan dengan dadiah adalah sejenis yoghurt tradisional Minangkabau.

Sejak didirikan tahun 1970, menu tersebut masih tetap bertahan hingga sekarang." lapeh juo taragak ambo," kata pria yang berprofesi sebagai saudagar di tanah abang itu. Ampiang dadiah disajikan dalam piring dengan kuah santan dan gula merah.

Selain ampiang dadiah, Resto Ikon Padang Panjang itu juga meyediakan menu pengobat rindu para perantau seperti mie rebus, nasi goreng, soto khas Gumarang yang racikannya tetap tak berubah dari dahulu hingga sekarang.

Di resto itu jejak-jejak Minang seperti mengkristal dalam mangkuk-mangkuk, wadah kudapan yang hampir selalu bergula dan bersantan seperti es tebak, bubur kampiun, ketan serikaya, kolak pisang dan berbagai menu lainnya.

Restoran Gumarang adalah salah satu pilihan kuliner warga Padang Panjang dan para pendatang. lokasinya yang berada stategis di pusat Kota Padang Panjang itu, membuatnya mudah dijangkau.
Sesungguhnya tujuan pertama-tama pengunjung bukan hanya sekadar mencicipi menu-menu yang unik, tetapi sekaligus bernostalgia.

Ibarat kata orang rantau, "Belum lengkap rasanya pulang kampung kalau tidak singgah ke Gumarang," seperti yang diungkapkan oleh penerus restoran Gumarang, Sudirman Sutan Marlaut yang akrab dipanggil Pak haji laut (62) saat berbincang bincang dengan media beberapa waktu lalu.

Restoran Gumarang didirikan oleh seorang veteran pejuang kemerdekaan bernama Muchtar Datuk Pisang tahun 1970. Kata Gumarang itu sendiri diambil dari salah satu nama kuda pacu yang berarti kuda putih khas Minangkabau. Sejak awal berdirinya, restoran ini sudah dipadati pelanggan.

Tak hanya sekedar restoran, di Gumarang ada meja 1 yang menyimpan berbagai cerita. Sebagian orang bahkan menyebutnya sebagai tempat berunding, berkumpulnya para pejabat dan tokoh masyarakat. mereka berdiskusi, mencari solusi untuk nagari dan pemerintahan.

Taufik Hidayat (70), adalah saksi ketika sebuah diskusi membangkitkan kembali alek pacu kuda yang vakum selama 7 tahun di era tahun 80an. Lewat inisiasi dan donasi oleh pemilik Gumarang Datuak Pisang, bersama pemerintah kala itu dan Semen Padang, Alek Pacu Kuda di Gelanggang Bancah Laweh kembali aktif.

"Di meja satu ini dahulu saciok bak ayam, sadanciang bak basi," katanya. Artinya 'meja 1' Gumarang menjadi tempat menyatukan presepsi untuk sebuah kemajuan. Makin tahu Indonesia.(rel)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update