Notification

×

Iklan

Iklan

Perantau Minang di Singapura Tahun 1890

01 Juli 2024 | 15:50 WIB Last Updated 2024-07-01T08:50:22Z


Pasbana - Perantau Minangkabau, atau lebih dikenal dengan sebutan perantau Minang, memiliki sejarah panjang dalam merantau ke berbagai penjuru dunia, termasuk Singapura. Pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1890, Singapura menjadi salah satu destinasi utama bagi perantau Minang dari Sumatra Barat. Artikel ini akan membahas latar belakang, kondisi sosial-ekonomi, dan kontribusi perantau Minang di Singapura pada masa tersebut, dengan menggunakan data dan referensi valid dari Tropenmuseum serta penelitian terkait.

Minangkabau, sebuah etnis di Sumatra Barat, Indonesia, terkenal dengan budaya merantaunya. Kebiasaan ini didorong oleh sistem matrilineal yang kuat, di mana warisan keluarga diturunkan melalui garis perempuan, sehingga laki-laki Minang didorong untuk mencari kehidupan di luar kampung halaman. Singapura, yang pada waktu itu merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan utama di Asia Tenggara, menjadi salah satu tujuan favorit bagi perantau Minang.

Pada tahun 1890, Singapura berada di bawah pemerintahan kolonial Inggris dan menjadi pusat perdagangan yang sangat sibuk. Para perantau Minang yang datang ke Singapura umumnya terlibat dalam berbagai kegiatan ekonomi, termasuk perdagangan, usaha kecil, dan bekerja sebagai buruh di pelabuhan. Mereka memanfaatkan jaringan komunitas Minang yang sudah ada dan sering kali berkolaborasi dengan perantau dari etnis lain, seperti Melayu, Bugis, dan Jawa.

Perantau Minang di Singapura umumnya tinggal di daerah Kampong Glam, yang dikenal sebagai pusat komunitas Melayu. Di sini, mereka mendirikan warung makan, toko kelontong, dan berbagai usaha lainnya. Kehidupan sosial perantau Minang diwarnai dengan kegiatan keagamaan dan budaya yang kental. Mereka mendirikan surau dan madrasah untuk menjaga dan melestarikan tradisi Islam serta budaya Minangkabau.

Perantau Minang memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan budaya di Singapura. Mereka memperkenalkan berbagai makanan khas Minangkabau, seperti rendang dan sate Padang, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Singapura. Selain itu, perantau Minang juga aktif dalam kegiatan sosial dan pendidikan, membantu mendirikan sekolah dan yayasan sosial untuk komunitas Melayu.

Perantau Minang di Singapura pada tahun 1890 memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi dan budaya di kota tersebut. Dengan semangat merantau dan kemampuan adaptasi yang tinggi, mereka mampu membangun komunitas yang kuat dan berkontribusi signifikan terhadap masyarakat Singapura. Melalui berbagai usaha dan aktivitas sosial, perantau Minang tidak hanya mempertahankan identitas budaya mereka tetapi juga memperkaya warisan budaya Singapura.

Artikel ini diharapkan dapat memberikan wawasan lebih mendalam tentang sejarah perantau Minang di Singapura dan pentingnya kontribusi mereka terhadap perkembangan masyarakat setempat. Makin tahu Indonesia. (bd)

Referensi : 

- Tropenmuseum:
Menyimpan berbagai dokumentasi dan artefak terkait perantau Minang di Singapura, termasuk foto-foto dan catatan perdagangan pada akhir abad ke-19.
- Penelitian Sejarah oleh Dr. Taufik Abdullah:
Menyoroti peran perantau Minang dalam perdagangan dan sosial-ekonomi di Asia Tenggara pada abad ke-19.
- Buku "The Minangkabau Response to Dutch Colonial Rule in the Nineteenth Century" oleh Elizabeth E. Graves: 
Mengulas sejarah perantau Minang dan interaksi mereka dengan kekuatan kolonial serta dampaknya terhadap diaspora Minang di luar Sumatra Barat.
×
Kaba Nan Baru Update