Notification

×

Iklan

Iklan

Kuflet Umumkan 100 Puisi Lolos Kurasi, Ini Dia Nama-nama Penyair Terpilih

30 Agustus 2024 | 10:25 WIB Last Updated 2024-08-30T03:25:55Z



Padang Panjang, pasbana —Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang bersama Majalah Digital elipsis sejak 15 Juni 2024 lalu membuka penerimaan naskah puisi bertema “Bencana” dan karya terpilih dibukukan. Penerbitan buku ini didorong rasa keprihatinan melihat banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia beberapa dekade terakhir, seperti tsunami, erupsi gunung api, banjir bandang, galodo, tanah longsor, angin puting beliung, dan lainnya.

Bencana itu merenggut nyawa dan merusak fasilitas umum maupun rumah-rumah warga, termasuk lahan pertanian, dan ternak. Tidak sedikit orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, termasuk kehilangan harta benda. Ujian yang menimpa penduduk Indonesia itu menjadi renungan, pelajaran (i’tibar), juga ide/gagasan bagi penyair untuk melahirkan karya sastra (puisi) lalu karya itu dapat menjadi catatan, ingatan, dan dikemudian hari dikenang oleh generasi berikutnya.

Sepanjang penerimaan naskah, Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang sebagai panitia penerbitan buku ini telah menerima 250 puisi dari 157 penyair Indonesia. Para penyair berasal dari Aceh hingga kota-kota lainnya di Indonesia bagian Timur, seperti Maluku.

Dewan Kurator yang terdiri dari Riri Satria (Jakarta), Sulaiman Juned (Padang Panjang), dan Muhammad Subhan (Padang Panjang) telah melakukan kerja kurasi sejak tanggal 12—29 Agustus 2024. Kurator membaca dengan teliti puisi-puisi yang masuk sekaligus mempertimbangkan kualitas karya, mulai dari kekuatan diksi, pengimajian, amanat, kesesuaian tema, gaya bahasa, kedalaman makna, kesesuaian dan keselarasan, keterpaduan unsur puisi, ide orisinalitas karya, citraan, majas, rima dan irama, juga idiom yang digunakan penyair.

Atas pembacaan dan petimbangan tersebut, kurator memutuskan dan menetapkan 100 puisi dari 100 penyair Indonesia terpilih untuk selanjutnya puisi-puisi tersebut dibukukan lalu diluncurkan di Kota Padang Panjang pada Oktober 2024 mendatang. Peluncuran diiringi dengan pembacaan puisi sebagai bentuk apresiasi kepada puisi-puisi penyair Indonesia yang lolos kurasi di buku ini.

Berikut nama-nama penyair Indonesia yang puisinya lolos kurasi (nama diurutkan sesuai abjad A—Z).

1. Ace Sumanta (Bogor)
Tsunami Aceh dalam Kenangan

2. Acep Syahril (Jawa Barat)
Surat Cinta dari Sangkakala 1

3. Adri Sandra (Payakumbuh)
Sebuah Pulai di Luar Pikiranku

4. Agus Buchori (Lamongan)
Lumpur Celaka

5. Ahmad A. Pahu (Duri)
O, Galodo

6. Ahmad Fantoni (Madura)
Kota Tragedi

7. Ahmad Maliki Mashar (Indragiri Hilir)
Abrasi Tanah Merah

8. Alhendra Dy (Bangko)
PETI Mati Warisan Nenek Moyang

9. Ali Hamzah (Aceh Selatan)
Sesalilah

10. Andi Jamaluddin (Kalimantan Selatan)
Tanah Luka

11. Anto Narasoma (Palembang)
O Banjir, Tuhanku

12. Ari Basuki (Sleman)
Gempa Bantul 2006

13. Ariffin Noor Hasby (Banjarbaru)
Bincang Kecil Bencana

14. Asro Al Murthawy (Merangin)
Batuwara, Kupinta Kau Jadi Prasasti Bencana
      
15. Badaruddin Amir (Sulawesi Selatan)
Di Pantai Talise Palu

16. Bambang Widiatmoko (Yogyakarta)
Pengantin Merapi

17. Berti Nurul Khajati (Bekasi)
Bencana Itu Bernama Reklamasi

18. Budhi Setyawan (Bekasi)
Membaca Sebuah Haru Yogya: 27 Mei 2006

19. Bustan Basir Maras (Yogyakarta)
Bulan Kabiraan dan Tuhan yang Purnama

20. Dahlia Braga Yova (Padang Panjang)
Tentang Nagari yang Hilang

21. Dahta Gautama (Bandar Lampung)
Jumat Sore di Palu

22. Dalle Dalminto (Yogyakarta)
Katastrofe Gempa

23. Denni Meilizon (Pasaman Barat)
Aku Membuka Pintu dan Sesuatu Menjadikan Malamku Abadi

24. Destri Mairoza Syahrisal (Solok)
Bumi Aie dan Segala Ceritanya

25. Dheni Kurnia (Riau)
Musibah Engkau

26. Dian Sarmita (Solok Selatan)
Alam Minang Bergolak

27. Dilla, S.Pd. (Bukittinggi)
Banjir Menyapa

28. Din Ali Fathi (Bima)
Memotret Bencana di Spot Surga

29. Din Saja (Banda Aceh)
Aku Tsunami Aceh

30. Disa Febriani Putri (Padang Panjang)
Debu Menyuburkan Tanah

31. Eddy Pranata PNP (Banyumas)
Bencana Bergetar di Bukit Silika

32. Edy Samudra Kertagama (Lampung)
Lenyap dalam Kabut

33. Emi Suy (Jakarta)
Sebab Bencana karena Tuhan Cinta
 
34. Erwan Juhara (Bandung)
Galodo Amuk Merapi

35. Esti Rahayu Utami (Bandung)
Angku Marapi Terbatuk

36. Fileski (Madiun)
Berkhidmat Pada Badai

37. Firman Wally (Maluku)
Risalah Dam Wae Ela

38. Gurit Asmara Ruci (Jawa Timur)
Duka Bumi Ronggo Lawe

39. Hamdani Mulya (Aceh Utara)
Derai Air Mata Seorang Ibu

40. Hudan Nur (Banjarbaru)
Lahkahtahpun

41. Husin A.K. Ucin (Riau)
Tetesan Air Itu, Menjadi Riak Gelombang

42. H. Shobir Poer (Tangerang Selatan)
Bencana

43. Ibrahim Sembiring (Medan)
Banjir Bandang di Jagong Jeget

44. Ical Wrisaba (Palembang)
Tanda Cinta dari Tuhan

45. Ichsan Saputra (Padang Panjang)
Hujan Malam di Negeri Atas Awan

46. Imam Budiman (Samarinda)
Pasca Batubara: Sebuah Kutukan

47. Isbedy Stiawan ZS (Lampung)
Orang-orang Mengais Sisa Kebahagiaan

48. Iswadi Syahrial Nupin (Padang)
Katastropik Menerjang Negeriku

49. Jose Rizal Manua (Jakarta)
Bencana di Layung Senja

50. Junaidi Bantasyam (Takengon)
Sabda Alam di Hari Senin

51. Khoirul Mujib (Mojokerto)
Relawan Semeru

52. Lidya Reci (Bengkulu)
Ratap Kami yang Tak terdengar

53. L.K. Ara (Takengon)
Surat dari Blang Mancung

54. Marnarita Yarsi (Jakarta)
Segelas Kenangan dalam Genangan Duka

55. Merawati May (Mukomuko)
Merapi dalam Apimu

56. Muhamad Sholeh Arshatta (Pekanbaru)
Pesan Terakhir Adzin

57. Mursidiq (Padang Panjang)
Melambung Ratib

58. Mustiar AR (Meulaboh)
Titah

59. Nabila Yumni (Solok Selatan)
Dentuman di Langit Malam

60. Ni Nengah Ariati (Karangasem)
Bencana Tanah Datar

61. Nita Juniarti (Gorontalo)
Aku Ingin Ombak Mengembalikan Keluargaku

62. Nunung Noor El Niel (Denpasar)
Membakar Ego

63. Nur Fauziatul Pisra (Padang Panjang)
Buana Menjerit

64. Nurul Kifani Putri (Agam)
Suara Pilu dari Lembah Anai

65. Orbi Koesrafi (Kalimantan Selatan)
Tetap Tangguh Galuh-galuhku

66. Porman Wilson Manalu (Medan)
Banjir Desember

67. Putra Gara (Bogor)
Smong

68. Ramli Marpaung (Kisaran)
Tentang Doa yang Terdengar di Lahar Dingin

69. Raudah Jambak (Medan)
Kuanyam Sebaris Doa Dengan Hiasan Tahlil Sederhana

70. Refdinal Muzan (Bukittinggi)
Muka Bencana

71. Rezi Ilfi Rahmi (Padang Panjang)
Pertiwi di Rantai Api

72. Rezqie M. A. Atmanegara (Hulu Sungai Tengah)
Getar Nestapa di Tubuh Mataram yang Memar

73. Riami (Malang)
Membaca Tanda-tanda Bencana

74. Rian Harahap (Pekanbaru)
Sakapa

75. Rico Fernando (Batam)
Surat untuk Palu dan Donggala

76. Rida Nurdiani (Bogor)
Rindu Bumi Lestari

77. Rissa Churria (Jakarta)
Ketika Air Menjadi Tsunami

78. Romy Sastra (Jakarta)
Angsa Putih Berselimut Kain Mori

79. Roymon Lemosol (Ambon)
Jejak Juli

80. S. Hasanah. Nst. (Padang Panjang)
Duka Tuan

81. Salman Yoga S. (Takengon)
Tanah Kopi

82. Sarah Samosir (Padang Panjang)
Letusan

83. Sausan Al Ward (Pekanbaru)
Rengkah

84. Seruni Unie (Solo)
Zikir dari Barak

85. Soeryadarma Isman (Padang Panjang)
Gunung Mengikat Cinta

86. Sofi Asri (Padang)
Sendu Membungkus 2891 MDPL

87. Sus S. Hardjono (Sragen)
Museum Merapi

88. Syafaruddin Marpaung (Tanjungbalai)
Padang di Bawah Langit Kelam

89. Syarifuddin Arifin (Padang)
Marawa di Puncak Marapi

90. Tiara Nursyita Sariza (Banda Aceh)
Kepada Alam Kami Bertanya

91. Tika Hartika (Barabai)
Barabai 2021: Segores Luka, Duka, dan Derak Dukana

92. Toto St Radik (Tangerang)
Konsensi

93. Umar Tadjuddin (Bekasi)
Duka Merakyat

94. Vera Hastuti (Takengon)
Gempa di Tanah Gayo

95. Warsono Abi Azzam (Cilacap)
Menyibak Banjir Demak

96. Win Ansar (Banda Aceh)
Semeru Rumah Terendam Debu

97. Win Gemade (Takengon)
Duka Desember Tak Pernah Usai

98. Yuliani Kumudaswari (Yogyakarta)
Erupsi di Utara, Tsunami di Selatan

99. Zickyn Chan (Mojokerto)
Kue Lumpur
100. Zuliana Ibrahim (Takengon)
Api di Tubuh Kami

Demikian pengumuman ini disampaikan dengan sebenarnya. Keputusan dewan kurator mengikat dan tidak dilakukan surat-menyurat.

Padang Panjang, 30 Agustus 2024

Dewan Kurator:
Riri Satria
Sulaiman Juned
Muhammad Subhan

Penyelenggara:
Komunitas Seni Kuflet Padnag Panjang
Majalah Digital elipsis

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update