Notification

×

Iklan

Iklan

Malam Puncak Galanggang Arang #6, Ribuan Warga Padati Stasiun Sumpur – Nagari Tanjuang Barulak

02 Agustus 2024 | 14:46 WIB Last Updated 2024-08-02T07:46:49Z


Tanah Datar, pasbana - Ribuan warga Tanah Datar memadati stasiun Sumpur yang berada di Jorong Kapuah, Nagari Tanjuang Barulak, Kecamatan Batipuh-Tanah Datar pada malam puncak Panggung Budaya Rakyat Galanggang Arang #6 Tanah Datar, 31 Juli 2024. Malam itu, berbagai pertunjukan anak nagari ditampilkan. Kegiatan ini diadakan selama dua hari sejak tanggal 30-31 Juli 2024. 

Ada pertunjukan kolaborasi Tambua Tansa SDN 02 Tanjuang Barulak dan Tapak Suci Ponpes Diniyah Tanjuang Barulak, Salawaik Dulang dan Salawaik Barzanji dari MTI Tanjuang Barulak, Garak Garik Pareso dan Tari Pacah Piring dari Sanggar Seni Riak Sumpu, Salawaik Dulang Padusi, dan pertunjukan randai oleh Komunitas Guguak Carano.

“Selama 2 hari ini ada ratusan penampil dari anak nagari Tanjuang Barulak yang akan memperkenalkan tradisi budaya Tanjuang Barulak kepada para pengunjung. Kami juga mengundang penampil dari Nagari Sumpur dan Simawang,” ujar Doni Afriko, Wali Nagari Tanjung Barulak. (31/4)




Doni menyampaikan ada sekitar 50 orang yang terlibat aktif di lapangan untuk menyukseskan helatan ini. Keseluruhan mereka berasal dari organisasi masyarakat di nagari mulai dari Tigo Tungku Sajarangan, Bundo Kanduang, Jorong, PKK, Daya Desa, LPM, Linmas, dan pemuda.

“Kami juga mendapat karangan bunga sekitar 50-an dari berbagai pihak sebagai bentuk ucapan selamat atas terselenggaranya Galanggang Arang #6 Tanah Datar di Tanjuang Barulak,” cerita Doni.

Malam sebelumnya ada Babaleh Pantun dari SDN 02 Tanjuang Barulak, Tari Piring dari SDN 03 Tanjung Barulak, Paduan Suara Mars Tanjuang Barulak dan Simarantang, Barabaik Warisan Budaya, Gabungan Tambua Tansa Sekolah, Tari Sakok dari MTI Tanjung Barulak, Tari Tampi dari SDN 25 Tanjuang Barulak, Randai Lareh Simawang, Pernyataan Sikap KAN Tanjuang Barulak dan Anak Muda Nagari Tanjuang Barulak terkait merawat warisan dunia. 

Ada prosesi makan bajamba di mana para Bundo Kanduang berbaju basiba dari Nagari Tanjuang Barulak menjunjung jamba dari Aia Bareh menuju Rumah Gadang Hj. Jusniar Ujal, tempat para tamu undangan Galanggang Arang #6 Tanah Datar akan dijamu. Arak jamba dimeriahkan oleh tabuhan gandang tansa dan talempong. 

“Seni tradisi budaya yang ditampilkan pada panggung Galanggang Arang #6 Tanah Datar sebagian besar merupakan warisan budaya tak benda Indonesia, bahkan dunia,” jelas Doni.




Beberapa penampilan yang merupakan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTbI) seperti tari piring, tari pasambahan, tambua tasa, salawaik dulang, randai dan lainnya. Sedangkan pantun pada tahun 2020 dan pencak silat di tahun 2019 disahkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia. 

Selain panggung pertunjukan, ada gerai kuliner tradisional dan UMKM lainnya serta Pameran Arsip yang berjudul “Dari Ombilin ke Lembah Anai”. Bangunan bekas di Stasiun Sumpur – Tanjuang Barulak disulap menjadi ruang pameran.

“Pameran foto lama di lokasi Stasiun Sumpur adalah bentuk upaya untuk mengaktivasi aset Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) menjadi ruang publik baru. Narasi dari foto yang dipamerkan tentang gambaran kehidupan sekitar rel kereta api, dimulai dari Ombilin sampai ke Lembah Anai,” ungkap Edy Utama, Kurator Galanggang Arang sekaligus penanggungjawab helatan di titik ini. 

Hingga hari ke-2, pameran ini ramai dikunjungi oleh warga. Meskipun sempat hujan, namun tidak menyurutkan langkah warga untuk datang pergi ke sana. Terlihat para pengunjung mengamati foto sekaligus berswafoto untuk mengabadikan momen di tempat itu.




Nita (28), salah satu pengunjung menyebut bahwa ia tidak menyangka bahwa gedung di kawasan stasiun yang tidak terawat itu bisa disulap menjadi ruang pameran yang bagus.

“Saya kira tempat ini hanya bermanfaat untuk dijadikan gudang saja karena tidak ada aktivitas perkeretaapian. Ternyata jadi bisa ruang yang sebagus ini,” ujarnya.

Nita belum pernah naik kereta api dari Stasiun Sumpur – Tanjuang Barulak. Pameran ini memberi pengetahuan baginya tentang kehidupan yang pernah ada di antara Ombilin dan Lembah Anai, dan Stasiun Sumpur-Tanjuang Barulak berada di tengah jalur itu.

Stasiun Sumpur-Tanjuang Barulak letaknya tak jauh dari Stasiun Batu Tabal. Dahulunya stasiun ini memiliki 2 jalur. Ketika nonaktif, jalur 1 dicabut dan jalur 2  di depan stasiun dipasangi full rel gigi.

Stasiun ini masuk di kawasan zonasi B yakni jalur sistem perkeretaapian yang menghubungkan Sawahlunto sebagai Zona A dan Pelabuhan Emmahaven atau dikenal dengan Teluk Bayur sebagai zona C.

Geliat UMKM dan Kuliner Anak Nagari di Galanggang Arang #6 Tanah Datar

Ribuan pengunjung selama 2 malam tersebut tentu memberi dampak bagi banyak pihak. Bagi pengunjung, selain melihat sanak saudaranya tampil di panggung Galanggang Arang tentunya bisa memanjakan perut dengan kuliner khas anak nagari Tanjuang Barulak seperti dendeng kering, kerupuk jangek (kulit), ketupat pulut dan lainnya.




Pengunjung yang ramai juga memberi keuntungan bagi UMKM yang berjualan baik menjual makanan tradisi maupun makanan kekinian seperti pop mi, es dan kopi. Salah satu yang menarik adalah Ayu (31) dan Haris (39). Keduanya berasal dari Sumatera Utara dan hampir 8 tahun merantau ke Padang. Mereka ikut berjualan di Galanggang Arang #6 karena mengetahuinya dari akun instagram Galanggang Arang. 

“Kami memfollow akun Galanggang Arang dan mengikuti agenda evennya. Sejak tahun kemarin kami mulai berjualan dari satu even Galanggang Arang ke even lainnya. Ini saja kami baru balik dari Galanggang Arang Sijunjung,” ujar Ayu seraya memperlihatkan akun Galanggang Arang pada Gawainya.

Ayu bercerita bahwa ia selalu disambut dengan baik selama berjualan di Even Galanggang Arang. “Kemarin saja ketika kami mau berjualan, panitia lokal mempersilahkan dan mencarikan kami tempat yang nyaman serta mudah didatangi pengunjung,” ceritanya.

Ayu dan Haris berjualan keliling even semejak jualan di pasar tidak lagi mencukupi kebutuhan hidup. “Kami punya anak 4. Jika hanya berharap dari jualan di pasar tentu tidak cukup. Jika even seperti ini lumayan pendapatannya, kami bisa dapat sekitar 1 jutaan dalam sekali malam,” ungkapnya.

Selain ada panggung budaya rakyat, juga ada Goro Baro untuk membersihkan lokasi panggung di tanggal 27 Juli 2024. Serta diskusi terkait “Strategi Budaya Menghidupkan Warisan Dunia (WTBOS) Sebagai Ruang Publik Baru” yang diisi oleh Edy Utama dan Garin Nugroho, sutradara, penulis skenario dan produser ternama dari Indonesia.

Sekilas Tentang Galanggang Arang

Galanggang Arang merupakan program Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan kebudayaan (PPK) Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI. Tujuan program ini adalah untuk mengaktivasi Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) pasca disahkan tahun 2019 oleh UNESCO agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan, teknologi, seni dan budaya untuk mewujudkan ketahanan budaya dan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan Galanggang Arang di Tanah Datar merupakan titik ke-6 setelah pembukaan tanggal 4 Mei lalu di kota Padang dan berlanjut ke Kota Solok, Kota Sawahlunto, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Sijunjung.(rilis)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update