Foto. AMSI |
Padang, pasbana – Dalam rangka menghadapi tantangan era digital di tengah memanasnya persiapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Sumatera Barat menggelar pelatihan Cek Fakta pada 14-15 September 2024.
Pelatihan ini bertema "Melawan Gangguan Informasi Menjelang Pilkada 2024" dan diikuti oleh 20 jurnalis dari berbagai media di Sumbar.
Kolaborasi untuk Menghadapi Era Digital
Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara AMSI, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), serta didukung oleh Google News Initiative.
Menghadirkan dua trainer berpengalaman, Andre Yuris dari Tempo.co dan Heru Margianto dari Kompas.com, pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan jurnalis dalam memverifikasi informasi dan melawan ancaman misinformasi serta disinformasi yang semakin marak menjelang Pilkada.
Ancaman Serius Terhadap Demokrasi
Ketua AMSI Sumbar, Andri El Faruqi, menyampaikan bahwa salah satu ancaman utama yang dihadapi selama masa Pilkada adalah penyebaran informasi yang salah, baik dalam bentuk misinformasi maupun disinformasi.
Andri menekankan bahwa informasi yang tidak valid dapat merusak integritas Pilkada dan membahayakan masa depan demokrasi di Indonesia.
"Kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Informasi memiliki peran penting dalam membentuk opini publik, dan jika tidak terverifikasi, bisa menyebabkan perpecahan serta dampak jangka panjang terhadap stabilitas demokrasi," ujar Andri saat membuka pelatihan.
Andri juga menyoroti pentingnya peran media sebagai garda terdepan dalam menjaga keabsahan informasi selama masa Pilkada. Dengan literasi digital yang lebih baik dan pemahaman mendalam tentang modus operandi misinformasi, diharapkan jurnalis dapat lebih efektif dalam memerangi informasi palsu yang beredar di masyarakat.
Pentingnya Pembekalan Keterampilan Cek Fakta
Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya akan diajak untuk memahami ancaman misinformasi, tetapi juga dibekali keterampilan teknis untuk mengidentifikasi dan memverifikasi informasi.
Heru Margianto, salah satu trainer, menyampaikan bahwa selama dua hari pelatihan, ada enam topik utama yang akan dibahas. Hari pertama akan difokuskan pada gambaran umum pemilu di Indonesia, analisis modus gangguan informasi, serta polarisasi politik yang dapat mengancam demokrasi.
Pada hari kedua, pelatihan akan berfokus pada perubahan lanskap kampanye di era digital dan strategi efektif untuk melawan gangguan informasi selama Pilkada.
"Dengan pemahaman yang mendalam dan keterampilan cek fakta yang mumpuni, jurnalis dapat memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa informasi yang sampai ke masyarakat adalah informasi yang akurat dan dapat dipercaya," ujar Heru.
Menjaga Integritas Pilkada di Era Digital
Misinformasi dan disinformasi adalah tantangan serius yang bisa mengaburkan fakta dan memicu polarisasi masyarakat. Oleh karena itu, pelatihan seperti ini menjadi sangat penting sebagai upaya kolaboratif berbagai pihak untuk meningkatkan literasi digital, khususnya di kalangan media.
Dengan adanya pelatihan Cek Fakta ini, diharapkan para jurnalis yang berpartisipasi akan menjadi lebih siap dalam menghadapi dinamika informasi selama Pilkada 2024 dan mampu menjaga integritas serta kredibilitas pemberitaan.
Pelatihan ini adalah langkah penting dalam memperkuat peran media sebagai penjaga demokrasi, memastikan informasi yang disampaikan kepada publik adalah benar, berimbang, dan tidak menyesatkan.(PB/rel)