Notification

×

Iklan

Iklan

Kolaborasi Indonesia – Jepang pada Puncak Indonesia Performance Camp 2024

17 September 2024 | 20:03 WIB Last Updated 2024-09-17T13:03:45Z



Padang, pasbana - 13 September 2024 merupakan malam puncak Indonesia Performance Camp (IPC) 2024. Ada 3 penampilan yang ditampilkan di Fabriek Bloc Padang yakni penampilan kolaborasi Indonesia – Jepang, Duo Butoh Mutsumineiro dan Indonesia Performance Syndicate.

Acara pembuka dimulai dengan penampilan yang berjudul: Empty Body (Tubuh yang kosong). Penampilan ini merupakan kolaborasi antar peserta dari workshop IPC yang diselenggarakan tanggal 10-12 September 2024 dengan mentornya yakni Wendy HS dan Mutsumineiro. 

“Tubuh yang kosong bukan berarti tanpa isi. Tubuh yang kosong adalah tubuh yang tidak pernah penuh untuk diisi. Tubuh yang selalu mencari isiannya. Itulah pesan dari tari kolaborasi ini”, ujar Wendy HS, ketua dari Indonesia Performance Syndicate (IPS) sekaligus mentor di IPC. (16/09)




15 Peserta workshop IPC yang ikut pada pertunjukan kolaborasi merupakan perwakilan komunitas di Sumatera Barat diantaranya Komunitas Seni Nan Tumpah, Indonesia Performance Syndicate, Silibet Mentawai, Sanggar Seni Umbuik Mudo, dan Sanggar Seni Sahilia Samudiak. 

“Ini pengalaman pertama saya belajar tentang konsep ketubuhan dan tampil berkolaborasi dengan Mutsumineiro, Wendy HS, dan kawan kawan komunitas yang lain,” aku Diah, anggota dari Komunitas Seni Nan Tumpah, salah satu peserta workshop.

Menurut Diah, workshop IPC membuatnya lebih percaya diri dalam mengeksplore tubuh untuk tampil berkolaborasi.




Ardi Sakulok dari komunitas seni Silibet Mentawai juga mengutarakan kesannya. Sama seperti Diah, ia pertama kali mengikuti kolaborasi pertunjukan.

“ Selama ini saya hanya mengenal konsep dari tarian Mentawai. Dan di IPC, saya berkenalan dengan teknik Butoh dan Total Body Performance,” jelas Ardi, penari turuk laggai, tari tradisi Mentawai.

Selanjutnya ada penampilan dari Duo Butoh Mutsumineiro yang berjudul 800000000000. Mereka menampilkan pertunjukan gerak dengan ritmis musik yang non konvensional. Keduanya menggunakan kain jaring lame sebagai penutup tubuh. 




“ Sebelumnya saya melihat Butoh hanya di video. Baru kali ini menonton secara langsung. Saya tertarik dengan pilihan mereka soal artistik. Jadi teringat dengan film black swan,” ujar  Icha, salah satu penonton yang hadir.

Butoh merupakan seni gerak yang berkembang sekitar tahun 1950-an dan dipelopori oleh Kazuo Ohno dan Tatsumi Hijikata, tepatnya di tengah kekacauan pascaperang dunia kedua. 

Acara ditutup dengan penampilan dari Indonesia Performance Syndicate (IPS) yang berjudul “Meta Ritus Fabrikus”.

Pada penampilan ini, para penonton disuguhi rapalan mantra, taburan bunga mawar dan air mawar yang semerbak, serta adegan mengigit dan memecahkan lampu led oleh salah satu performancenya.

“Para performer mencoba menghipnotis penonton dengan indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman. Saya melihat mereka seperti penghuni tak terlihat Fabrik Bloc. Lokasi ini kan dulunya bekas pabrik seng tua,” ujar Alem, salah satu penonton yang hadir.


Tentang Indonesia Performance Camp 2024


Indonesia Performance Camp (IPC) 2024 merupakan platform ruang temu yang digagas oleh Indonesia Performance Syndicate (IPC) dan Komunitas Seni Nan Tumpah (KSNT), bekerjasama dengan Nusantara Art, dan didukung oleh Fabriek Bloc Padang. Tujuannya untuk mengembangkan dan memperkaya seni pertujukan melalui pendekatan kolaboratif dan eksperimental.




Kegiatan dimulai dengan workshop ketubuhan tanggal 10-12 September 2024 dan puncaknya pertunjukan kolaborasi di tanggal 13 September 2024.

Kegiatan ini lahir dari keresahan minimnya ruang belajar lintas disiplin di Sumatera Barat. Dampaknya pada praktik berkesenian hari ini kerap mengabaikan kerja lintas disiplin. Lalu segala sesuatu yang sudah terkonsep dan dihapal perlahan membuat kepekaan terhadap ruang dan alam berkurang. Akhirnya sebuah penampilan bisa saja terlihat artistik, tapi kosong makna.

Karenanya, IPC mengundang seniman lintas disiplin untuk terlibat dalam proses belajar bersama tentang teknik ketubuhan. Sebuah pendekatan artistik yang mengeksplorasi hubungan tubuh dengan ruang, gerak, dan ekspresi. 

“Sebagai sebuah proses, dampak IPC 2024 diharapkan melampaui kerja-kerja pemanggungan. Yakni terciptanya jaringan kuat antar seniman dan komunitas seni, diskusi serta ruang pertunjukan non konvensional untuk keberlanjutan kerja lintas disiplin di masa mendatang," harap Wendy.

Mahatma Muhammad, pendiri Komunitas Seni Nan Tumpah juga berharap agar kegiatan ini berlanjut lagi setiap tahunnya dan merangkul lebih banyak lagi jaringan kerja yang ada di Sumatera Barat.(*) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update