Notification

×

Iklan

Iklan

Misteri Megalitik Bawahparit: Perpaduan Budaya Masa Lalu di Kenegarian Mahat

17 September 2024 | 11:56 WIB Last Updated 2024-09-17T04:56:01Z


Pasbana - Pernahkah Anda membayangkan bagaimana kehidupan masyarakat di masa lalu yang hidup di desa-desa pegunungan dengan tradisi kuno yang masih terjaga? Di Sumatera Barat, tepatnya di Desa Kototinggi, terdapat sebuah situs bersejarah yang kaya akan cerita masa lampau: Situs Bawahparit. 

Desa ini merupakan salah satu dari beberapa desa di Kenegarian Mahat yang terkenal akan peninggalan-peninggalan megalitiknya, seperti menhir—batu-batu tegak yang berdiri sebagai simbol atau tanda makam. 

Kenegarian Mahat: Lembah Subur yang Kaya Sejarah


Kenegarian Mahat sendiri berada di lembah subur dengan ketinggian sekitar 250 meter di atas permukaan laut, membuatnya menjadi wilayah yang ideal untuk pertanian. Di lembah ini mengalir Sungai Batang Mahat, sebuah sungai besar yang bercabang menjadi beberapa sungai kecil seperti Batang Penawan, Batang Basung, Batang Kincung, dan Batang Sugak. Aliran sungai-sungai ini akhirnya bermuara di Sungai Batang Kampar, Provinsi Riau. 

Namun, bukan hanya kesuburan alam yang membuat wilayah ini menarik. Di sepanjang desa-desa seperti Ronah, Aurduri, Ampanggadang, dan Sopan Gadang, tersebar berbagai peninggalan megalitik yang membuktikan keberadaan masyarakat purba dengan tradisi yang unik.

Situs Bawahparit: Menelusuri Jejak Megalitik


Di ketinggian 350 meter, di tepi jalan yang menghubungkan Desa Ronah dan Kototinggi, terdapat Situs Bawahparit yang penuh misteri. Saat ini, situs ini hanya ditumbuhi oleh ilalang, namun lokasinya dikelilingi oleh bukit-bukit yang mempesona, seperti Bukit Kosan, Bukit Takincir, Bukit Gadang, hingga Bukit Beranak. Puncak tertinggi di kawasan ini adalah Gunung Sago yang berdiri megah di arah tenggara. 

Situs ini menyimpan berbagai temuan arkeologis, yang dikelompokkan dalam dua kategori: temuan di permukaan dan temuan hasil penggalian. Temuan-temuan ini memberikan gambaran tentang corak budaya yang ada di masa lalu, terutama terkait tradisi penguburan.

Perpaduan Tradisi Penguburan: Megalitik dan Islam


Apa yang menarik dari Situs Bawahparit adalah bagaimana tempat ini mencerminkan masa transisi antara budaya megalitik dan pengaruh budaya Islam. Pada masa lalu, masyarakat yang hidup di sini menggunakan menhir sebagai tanda kubur, dengan orientasi mayat dan liang lahat yang menghadap ke tenggara. Ketika Islam mulai masuk ke wilayah Minangkabau, terjadi percampuran tradisi. 

Penguburan yang sebelumnya bercorak megalitik mulai mengadopsi tradisi penguburan Islam, seperti penggunaan liang lahat, namun menhir masih dipertahankan sebagai penanda kubur.

Hal ini menjadi bukti kuat bahwa masyarakat megalitik di wilayah ini tidak menolak kehadiran Islam, melainkan mereka mengintegrasikan unsur-unsur baru dalam tradisi yang telah ada. Situs Bawahparit menjadi saksi bisu pertemuan dua budaya yang akhirnya melahirkan tradisi penguburan yang unik.

"Batu Mejan": Penanda Kubur Megalitik atau Islam?


Menhir di Situs Bawahparit dikenal dengan sebutan "batu mejan"—istilah yang juga digunakan untuk menyebut batu nisan di Sumatera Barat. Ini mengisyaratkan adanya hubungan erat antara penanda kubur pada tradisi megalitik dan tradisi Islam. Namun, ada pertanyaan yang menarik untuk dijawab: apakah menhir-menhir dengan variasi bentuk, ukuran, dan hiasan ini juga mencerminkan status sosial orang yang dikuburkan? Apakah hiasan pada menhir memiliki arti tertentu?

Penelitian lebih lanjut tentu diperlukan untuk menjawab berbagai misteri ini. Situs Bawahparit tidak hanya menjadi lokasi bersejarah, tetapi juga menjadi jendela untuk memahami bagaimana masyarakat purba beradaptasi dengan perubahan budaya.

Mengapa Situs Ini Penting?


Situs Bawahparit bukan sekadar peninggalan arkeologi biasa. Ia merupakan cerminan perjalanan panjang masyarakat megalitik yang perlahan menyatu dengan budaya Islam. Di tempat ini, kita bisa melihat bagaimana tradisi kuno bertahan dan beradaptasi dengan kehadiran pengaruh baru. 

Situs ini juga memperlihatkan betapa pentingnya hubungan antara manusia dan lingkungannya, dari bukit-bukit yang mengelilingi hingga sungai yang mengalir deras, semuanya menjadi bagian dari kehidupan spiritual dan fisik masyarakat zaman dahulu.

Untuk melestarikan dan mengungkap lebih banyak lagi misteri dari Situs Bawahparit, penelitian lanjutan tentu sangat dibutuhkan. Setiap menhir yang berdiri di sini menyimpan cerita masa lalu yang menunggu untuk diceritakan. 

Bagaimana menurut Anda? Siapkah kita untuk kembali menggali masa lalu dan memahami akar budaya yang membentuk identitas kita saat ini? Situs Bawahparit adalah salah satu dari sedikit tempat di mana kita bisa benar-benar merasakan jejak-jejak sejarah yang masih hidup hingga hari ini. Makin tahu Indonesia. (Budi)

PILKADA 50 KOTA




×
Kaba Nan Baru Update