Mentawai, pasbana - Pada bulan September yang lalu, Desa Adat "Bumi Sikerei" Matotonan, sebuah desa suku asli di pendalaman Mentawai, melaksanakan kegiatan penting dalam rangka pengembangan desa wisata.
Kegiatan ini menjadi titik awal transformasi desa menjadi destinasi wisata kelas dunia yang memadukan sport tourism dan wisata budaya. Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Kegiatan Pengabdian Masyarakat.
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah pelatihan "Sadar Wisata dan Paket Wisata". Dipandu oleh Dr. Retnaningtyas Susanti, S. Ant, M.Sc, dosen Fakultas Pariwisata dan Perhotelan, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata yang ada di desa mereka.
Dalam sesi ini, Dr. Retnaningtyas menjelaskan pentingnya memahami daya tarik yang dimiliki desa, termasuk keindahan alam, budaya, dan tradisi yang unik.
Peserta pelatihan diajarkan cara merancang paket wisata yang menarik bagi pengunjung. Mereka belajar tentang segmentasi pasar, cara promosi, serta pentingnya menyusun itinerary yang dapat memberikan pengalaman berkesan.
Dengan pemahaman ini, diharapkan masyarakat mampu mengelola dan mempromosikan desa mereka secara lebih efektif. Selanjutnya, kegiatan berlanjut dengan pelatihan pemanduan "Tracking Alam" yang dipandu oleh Mabruri Tanjung dari Tim Pengembangan (TP2) Desa Wisata Dewi Sumatera Barat.
Pelatihan ini dirancang untuk mempersiapkan masyarakat dalam memandu wisatawan menjelajahi alam Mentawai yang masih alami dan indah. Mabruri memberikan materi tentang teknik pemanduan yang aman dan menarik.
Dalam pelatihan ini, peserta belajar mengenai keamanan saat melakukan trekking, pengenalan flora dan fauna, serta bagaimana berinteraksi dengan wisatawan. Peserta didorong untuk memahami pentingnya menjalin hubungan baik dengan pengunjung, sehingga mereka merasa nyaman dan terhubung dengan alam serta budaya lokal.
Acara ketiga dalam rangkaian kegiatan ini adalah pelatihan peningkatan pengetahuan pertolongan pertama di air, yang disampaikan oleh Prof. Dr. Anton Komaini, S.Si., M.Pd, dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan. Pelatihan ini sangat penting, mengingat banyak aktivitas wisata di desa melibatkan air, seperti berenang atau berlayar.
Prof. Anton mengajarkan teknik dasar pertolongan pertama, serta cara menjaga keselamatan diri dan orang lain saat beraktivitas di sekitar air. Para pemuda yang mengikuti pelatihan ini diharapkan menjadi duta keselamatan, yang tidak hanya bisa mengedukasi pengunjung, tetapi juga melindungi masyarakat lokal dari risiko yang mungkin terjadi.
Acara terakhir adalah pelatihan tambahan mengenai "Pelatihan Souvenir Khas Mentawai" oleh Samuel Martin Pradana, M.Tr.T. Pelatihan ini menggali lebih dalam mengenai aspek kesejahteraan keluarga dalam pengembangan pariwisata.
Samuel menjelaskan bagaimana pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi keluarga-keluarga di desa. Dalam sesi ini, peserta belajar tentang cara mengoptimalkan sumber daya lokal dan mengintegrasikannya ke dalam paket wisata. Diskusi mengenai inovasi produk wisata, seperti kerajinan tangan dan kuliner khas, juga menjadi fokus utama.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pariwisata memberikan dampak positif secara ekonomi bagi masyarakat lokal.
Seluruh rangkaian kegiatan ini dihadiri oleh kelompok masyarakat Desa Matotonan, yang merupakan bagian dari Pokdarwis atau Kelompok Sadar Wisata. Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam program ini, karena mereka adalah ujung tombak dalam pengelolaan dan penyampaian informasi kepada wisatawan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang potensi wisata dan pelatihan yang diberikan, masyarakat diharapkan mampu mengambil peran aktif dalam pengembangan pariwisata. Pengembangan Desa Adat "Bumi Sikerei" Matotonan ini bukan hanya tentang menarik wisatawan, tetapi juga melestarikan budaya dan tradisi lokal.
Dengan mengedepankan kearifan lokal, desa ini dapat menjadi contoh pengembangan wisata berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan dan budaya. Kegiatan pelatihan ini juga diharapkan bisa membangun rasa kebersamaan dan kesadaran kolektif di antara warga.
Dengan bersatu, mereka dapat menciptakan pengalaman wisata yang tidak hanya menarik tetapi juga mendidik, yang bisa meningkatkan apresiasi pengunjung terhadap kekayaan budaya Mentawai.
Desa Bumi Sikerei Matotonan memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata yang diperhitungkan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dengan dukungan dari akademisi, pemerintah, dan sektor swasta, desa ini dapat mengembangkan infrastruktur yang diperlukan, seperti akomodasi, fasilitas transportasi, dan aksesibilitas yang lebih baik.
Program-program pelatihan yang berkelanjutan juga sangat penting untuk memastikan bahwa masyarakat tetap teredukasi dan siap menghadapi tantangan yang mungkin muncul dalam pengembangan pariwisata. Pelatihan tentang pemasaran digital, pengelolaan keuangan, dan teknologi informasi akan sangat bermanfaat untuk memaksimalkan potensi yang ada.
Desa Adat "Bumi Sikerei" Matotonan menunjukkan komitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi masyarakatnya. Desa ini siap menyambut dunia dengan keindahan alam, budaya, dan tradisi yang kaya.
Melalui kolaborasi yang kuat antara masyarakat, akademisi, dan pihak-pihak terkait, desa ini memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata yang tidak hanya menarik tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal.
Dengan cara ini, "Bumi Sikerei" bukan hanya akan menjadi tempat yang layak untuk dikunjungi, tetapi juga sebagai simbol keberhasilan dalam memadukan wisata dengan pelestarian budaya dan lingkungan.(*)