Notification

×

Iklan

Iklan

Kadai Lontong Ajo Jaya: Sarapan Khas Minangkabau yang Mempertahankan Cita Rasa dan Proses Produksi yang Otentik

07 Oktober 2024 | 08:39 WIB Last Updated 2024-10-07T02:23:19Z
 
Kadai Lontong Ajo Jaya, Foto: Fathiyah Rizqullah Havtori


Oleh: Fathiyah Rizqullah Havtori 
Departemen Manajemen 24 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas


Pasbana - Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang bernama “Kadai Lontong Ajo Jaya “ yang terletak di Simpang Gerry Permai, Jalan Adinegoro Dalam, Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. UMKM ini sudah berdiri sejak tahun 2004 dan didirikan oleh sepasang suami istri yang bernama ibu Asnawati dan bapak alm. Mustofa (Ajo).

Lontong merupakan salah satu menu sarapan yang diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga orang tua dikarenakan rasanya yang enak dan tersedia denga berbagai macam jenis gulai seperti : gulai paku, gulai cubadak, gulai tauco, dan lain sebagainya. UMKM ini didirikan selain untuk menghasilkan pendapatan juga ingin memperkenalkan dan mempertahankan makanan atau sarapan khas Minang tersebut dikalangan Masyarakat.

Kadai Lontong Ajo ini tidak hanya menjual sarapan lontong kuah gulai saja. Namun juga berbagai sarapan lainnya seperti : bubur kacang hijau, bubur pulut hitam, lotek, aneka gorengan dan jajanan pasar lainnya. Dan yang tidak kalah penting dan menarik dari warung ini adalah minuman khas Minang nya yaitu teh talua, dimana minuman ini cukup diminati oleh kalangan bapak bapak di Minangkabau. Warung Lontong ini buka setiap hari mulai pukul 6 pagi hingga pukul 12 siang saja. Karena target pasar UMKM ini memang hanya untuk sebagai menu sarapan pagi saja.

“Warung lontong ini sangat menjaga rasa aslinya yang sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumennya, karena rasa khas minang yang tidak pernah hilang dari dulu membuat warung ini selalu ramai pembeli apalagi ketika waktu libur, banyak warga rantau yang ingin merasakan kembali dan bernostalgia dengan makanan ciri khas Minang tersebut”. Ujar ibu Qori selaku konsumen dari Kadai Lontong Ajo Jaya.

Menurut ibu Asnawati, selaku pemilik UMKM ini mengatakan bahwa “sarapan khas Minang ini merupakan salah satu usaha kuliner yang cukup menjanjikan, karena banyaknya peminat dari kalangan masyarakat sekitar maupun dari masyarakat luar. Dan untuk memulai usaha ini juga memerlukan modal awal yang cukup terjangkau yang hanya memerlukan perlengkapan dapur, bahan baku, dan tempat usaha saja”. Karena pada awalnya Kadai Lontong Ajo ini hanya didirikan di teras rumah beliau. Dan lambat laun usaha ini semakin berkembang dan diminati oleh banyak konsumen sehingga beliau pun dapat membuka lapak di dekat Simpang Gerry.


Foto Proses Pengemasan Sumber : Fathiyah Rizqullah Havtori


Sebagaimana yang telah dituturkan tadi bahwa warung ini sangat menjaga rasa asli dari makanannya, karena ini merupakan salah satu komitmen pemilik dan akan menjadi standarisasi dalam proses produksinya. Dalam proses produksinya hal pertama yang menjadi acuan bagi pemilik UMKM ini yaitu pemilihan bahan baku produksi, dalam pemilihan bahan baku produksinya pemilik tidak mau menggunakan bahan-bahan yang tidak bagus dan tidak berkualitas sehingga dalam proses pembeliaan bahan baku, pemilik UMKM ini yang langsung membelinya ke pasar atau diantarkan oleh distributor bahan bahan baku langganan beliau.

Setelah pemilihan bahan baku yang digunakan, tahapan produksi selanjutnya adalah pengolahan bahan baku menjadi makanan yang siap untuk dikonsumsi. Tahapan ini juga tidak kalah penting karena ini adalah tahapan yang paling menentukan terhadap hasil makanan yang disajikan. Hal pertama yang dilakukan oleh pemilik di tahapan ini adalah mengakomodir atau mengarahkan karyawan dapur untuk mulai melakukan pengolahan bahan baku. Mulai dari pencucian dan pembersihan bahan baku, alat alat dapur dan lain sebagainya. Pemilik akan selalu mengupayakan dan menghasilkan makanan yang higenis dan sehat.

Tahapan selanjutnya setelah pencucian dan pembersihan adalah tahap pengolahan, pada tahap ini pemilik turun langsung untuk mengolah bahan-bahan tersebut dengan dibantu karyawan dapurnya, untuk memastikan rasa asli yang menjadi daya tarik warung tersebut. Warung ini masih menggunakan alat dan proses produksi yang cukup tradisional, hal ini lah yang menjadi pembeda dan keunikan pada UMKM ini. Pada tahapan ini pemilik mengarahkan serta mengajari karyawannya bagaimana cara pengolahan yang dilakukan terhadap makanan yang akan dijual nantinya.

Setelah tahap pengolahan, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian dimana dalam tahap penyajian. Warung ini menyediakan penyajian makan di tempat dan bungkus atau bawa pulang. Tapi kebanyakan konsumen lebih suka dibungkus karena banyaknya pengunjung jadi terkadang konsumen tidak kebagian meja dan juga kalau kata orang minang ”kalau dibungkuih labiah banyak onggoknyo”. Yang artinya ketika makanan yang kita beli dan dibungkus bawa pulang maka porsinya lebih besar. Hal ini juga merupakan ciri khas warung atau tempat makan Minang karena orang minang menyadari bahwa makanan yang dibungkus kemungkinan besar akan dikonsumsi oleh lebih dari satu orang dan bisa dimakan bersama keluarganya.

Menurut ibu Mira selaku karyawan dari UMKM ini, mengatakan bahwa “saya merasa sangat sanang dengan pekerjaan yang saya lakukan sekarang karena saya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dan keterampillan dalam membuat masakan-masakan khas Minang”. Dan juga beliau sudah cukup lama dan setia mendampingi UMKM ini serta berharap usaha ini bisa lebih maju dan berkembang lagi nantinya.

Target pasar dari warung lontong ini cukup banyak karena warung ini memiliki letak yang cukup strategis yakni dekat dari beberapa instansi, seperti: Kantor Camat, Polsek Koto Tangah, sekolahan, dan juga banyaknya perumahan yang ada di sekitaran UMKM ini. Sehingga warung ini memiliki cukup banyak pelanggan setianya.(*)
×
Kaba Nan Baru Update