Notification

×

Iklan

Iklan

Komunitas Seni Kebas Suguhkan "Senja": Tangis dan Keharuan dalam Kisah Penuh Arti

30 Oktober 2024 | 07:43 WIB Last Updated 2024-10-30T00:43:36Z



Banda Aceh, pasbana - Drama “Senja” yang dipentaskan oleh Komunitas Seni Kebas pada 26 Oktober 2024 di Gedung Taman Seni dan Budaya Aceh berhasil memukau penonton, menyuguhkan perjalanan emosional yang menyayat hati dan penuh makna.

Pementasan ini merupakan bagian dari program rutin UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh yang dirancang untuk menggugah kembali minat seni teater di tengah masyarakat.

Panggung dimulai dalam keadaan gelap, dengan suara burung yang samar, menghadirkan suasana pagi yang sejuk di Panti Jompo Senja. Tata panggung yang ditata artistik oleh Che' Naz bersama Jack Monarch, dibantu oleh Denny Irfan dan Mahfud Ridha sebagai kru panggung, menampilkan nuansa rumah bergaya Eropa klasik. Sinar perlahan muncul dari balik plang bertuliskan "Panti Jompo Senja," melambangkan terbitnya matahari, menambah keindahan visual yang menghanyutkan.

Kisah di Balik "Senja" yang Menyentuh Hati


Drama ini mengisahkan kehidupan tokoh-tokoh lansia di panti jompo, dengan karakter utama Opa Adam (Riza Sachfan) yang menjalani hari-harinya di bawah bayang-bayang kesepian dan kenangan. 

Berbagai karakter lain seperti Opa Bowo (Faisal Amir), sahabat lama Adam yang iseng dan selalu berusaha menghiburnya, serta Oma Ayu (Dede Sachfan), sosok lembut yang secara bertahap menumbuhkan rasa kasih sayang kepada Opa Adam, turut memperkaya konflik emosional yang ditawarkan pementasan ini.

Salah satu momen yang paling menyentuh adalah ketika Oma Ayu diam-diam mengungkapkan perasaan kepada Opa Adam yang kemudian dibalas dengan senyum penuh arti. Sayangnya, kebahagiaan itu harus diakhiri dengan kematian Opa Adam yang datang tiba-tiba. Musik latar yang sendu, dipadu dengan cahaya panggung yang meredup, membawa suasana pilu hingga ke hati penonton. 




Sebuah pernikahan yang diimpikan harus menjadi perpisahan di dunia nyata, menyisakan harapan bahwa mereka akan bersatu di akhirat kelak.

Daya Tarik Drama dengan Musik dan Cahaya yang Menguatkan


Kekuatan pementasan “Senja” bukan hanya pada cerita dan akting, melainkan juga pada tata musik yang digarap oleh Mulya Syahputra, bersama Yudi Amirul dan Icut Aprillia. Lagu-lagu tema seperti “Kelam,” “Beri Aku Waktu,” dan “Senja,” yang diciptakan oleh penulis naskah Dede Nasmawati, menghadirkan melodi yang menyentuh dan melayangkan imajinasi penonton, membuat mereka enggan beranjak.

Tata cahaya yang dikerjakan oleh Teuku Ilham semakin menghidupkan emosi pada babak-babak krusial. Dari semburat cahaya yang hadir di sela pohon hingga cahaya jingga senja yang menyelimuti Opa Adam pada saat-saat terakhirnya, pencahayaan ini berhasil menciptakan atmosfer yang selaras dengan adegan dan menguatkan perasaan penonton.

Kesan Mendalam dari Penonton dan Pemeran


Syaiful, salah satu penonton setia, menyampaikan harapan bahwa kisah “Senja” bisa menjadi cermin bagi para anak untuk lebih peduli pada orang tua mereka. “Saya ingin cepat pulang, memeluk ibu dan bapak. Saya beruntung masih bisa merawat orang tua saya,” ungkapnya dengan penuh keharuan.

Riza Sachfan, pemeran Opa Adam, mengungkapkan betapa mendalamnya pengalaman ini baginya sebagai aktor. “Saya merasa belajar banyak tentang kehidupan, bahwa di usia tua kita selalu merindukan sosok-sosok terdekat. Dunia teater sangat luas dan menantang, dan saya sangat bersyukur bisa memerankan sosok Adam,” ujarnya.




Faisal Amir, yang berperan sebagai Opa Bowo, juga merasakan pengalaman berharga di panggung teater. “Walau saya tidak memiliki latar belakang teater, saya tertantang menerima peran ini. Banyak pelajaran hidup yang saya dapatkan, dan ternyata berteater itu sangat nikmat,” katanya.

Apresiasi untuk Teater Aceh yang Terus Berkembang


Sutradara Zulfikar Kirbi, yang dengan penuh rasa bangga mengarahkan pementasan ini, mengapresiasi seluruh tim yang telah berkolaborasi tanpa henti. “Mereka paham pentingnya kerja kolektif. Salut kepada para aktor dan aktris, terutama yang baru memulai, yang tekun dan tidak kenal jenuh,” ujarnya. Keberhasilan “Senja” bukan hanya karena alur cerita yang menggetarkan, tetapi juga dukungan dari Kepala UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh yang telah membuka ruang bagi komunitas teater di Aceh untuk berkarya.

Dengan suksesnya lima pementasan sepanjang tahun ini, teater Aceh kini berada di jalan yang tepat untuk menghidupkan kembali gairah berkesenian, sebagaimana yang pernah berjaya di era 80-an dan 90-an. Diharapkan, melalui pementasan-pementasan seperti ini, semangat berkesenian Aceh terus membara dan memberikan inspirasi bagi generasi muda.(*/zl) 

PILKADA 50 KOTA




×
Kaba Nan Baru Update