Notification

×

Iklan

Iklan

Masker N95 Ramah Lingkungan dari Kulit Jagung: Inovasi Peneliti ISI Padangpanjang untuk Mitigasi Bencana

23 Oktober 2024 | 12:02 WIB Last Updated 2024-10-23T05:07:31Z


Padang Panjang, pasbana  - Sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, Gunung Marapi di Sumatera Barat menjadi ancaman konstan bagi masyarakat sekitarnya. Erupsi gunung ini kerap menghasilkan abu vulkanik yang membahayakan kesehatan pernapasan. 

Masker N95, yang biasa digunakan untuk melindungi diri dari abu vulkanik, seringkali tidak mudah diakses saat terjadi bencana, harganya relatif mahal, dan material sintetisnya sulit terurai secara alami, menjadikannya kurang ramah lingkungan.

Menanggapi permasalahan ini, tim peneliti dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, yang dipimpin oleh Ferry Fernando, S.Sn., M.Sn., mengembangkan masker N95 inovatif dengan filter berbahan alami dari kulit jagung. Inovasi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga lebih terjangkau, memberikan solusi penting dalam mitigasi dampak bencana erupsi. 

"Kami menyadari pentingnya menciptakan masker yang dapat diakses masyarakat luas, terutama saat kondisi darurat seperti erupsi Gunung Marapi," jelas Ferry, yang juga merupakan dosen Desain Produk di ISI Padangpanjang.

Memanfaatkan Limbah Pertanian


Kulit jagung, yang merupakan limbah pertanian melimpah di Sumatera Barat, menjadi pilihan utama untuk bahan filter masker. "Kulit jagung mudah diakses dan murah, serta memiliki keunggulan ramah lingkungan karena mudah terurai secara alami," ungkap Ferry. Ia juga menjelaskan bahwa penelitian timnya bertujuan memanfaatkan potensi besar kulit jagung sebagai material alternatif yang efektif dalam menyaring abu vulkanik.

Proses Pembuatan dan Pengujian


Menurut Kendal Malik, S.Sn., M.Ds., Ketua Prodi Desain Produk ISI Padangpanjang dan anggota tim peneliti, pembuatan masker ini melalui tiga tahapan utama: 

1. Preparasi Filter Kulit Jagung: 
Kulit jagung dikumpulkan dan diproses melalui delignifikasi, aktivasi kimia, dan karbonisasi untuk meningkatkan porositas serta efisiensi penyaringan.
   
2. Fabrikasi Masker N95: 
Desain masker mengikuti standar ergonomis NIOSH dengan lapisan filter dari kulit jagung yang sudah diaktivasi, dipadukan dengan bahan non-woven.

3. Pengujian: 
Masker diuji untuk efektivitasnya menyaring abu vulkanik Gunung Marapi, terutama partikel PM2.5 dan PM10, serta diuji dari segi permeabilitas udara dan ketahanan fisik serta kimia filter.




"Hasil pengujian menunjukkan bahwa masker N95 dengan filter kulit jagung teraktivasi memiliki efisiensi filtrasi tinggi, khususnya terhadap partikel berbahaya PM2.5 dan PM10. Masker ini juga tetap nyaman digunakan berkat permeabilitas udara yang baik," tutur Aulia Witri, anggota tim peneliti.

Ferry Fernando menambahkan bahwa masker inovatif ini tidak hanya efisien, tetapi juga aman dan nyaman dipakai oleh masyarakat. "Inovasi ini kami harapkan bisa menjadi alternatif terjangkau dan ramah lingkungan bagi masyarakat, terutama saat terjadi bencana erupsi," tegasnya.

Ke depan, tim peneliti berencana untuk mengoptimalkan performa dan daya tahan masker serta melakukan uji lapangan guna mengevaluasi efektivitas dalam kondisi nyata. Mereka juga berkomitmen untuk melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan masker ini serta cara pembuatan dari kulit jagung.

Dengan pendekatan ini, diharapkan inovasi masker N95 dari kulit jagung dapat menjadi solusi berkelanjutan yang tak hanya melindungi kesehatan pernapasan, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan. Makin tahu Indonesia.(*/sjd)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update