Notification

×

Iklan

Iklan

Monolog “Racun Tembakau” Rachman Sabur – Payung Hitam Tampil di PAT 7 ISI Padang Panjang

13 Oktober 2024 | 14:06 WIB Last Updated 2024-10-13T07:27:27Z



Padang Panjang, pasbana - Ipan, lelaki tua berjas kotak hitam putih dengan topi pet hitam berdiri tegak di podium sembari membakar rokok. Di tengah kepulan asap tembakaunya itu, Ivan berceramah tentang bahaya rokok bagi kesehatan tubuh. Sesuatu yang paradoks ketika ia justru melakukan hal yang disebutnya sebagai sesuatu yang berbahaya. Ternyata, ceramah itu adalah hasil paksaan sang istri. Ipan mengalah, mengikuti kemauan istrinya. Tidak kali ini saja. Ia selalu mengalah hampir di sepanjang waktu dalam hidupnya.

Selama 40 menit, monolog ‘Racun Tembakau’ dari Rachman Sabur berhasil memukau penonton di Teater Arena Mursal Esten Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang. Penampilan ini merupakan bagian dari rangkaian hari ke-2 Pekan Apresiasi Teater (PAT) ke-7 Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.

“Saya memainkan monolog ‘Racun Tembakau’ sejak tahun 1979 ketika masih mahasiswa. Karya ini menceritakan tentang kondisi yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan di dalam relasi rumah tangga. Di mana istri lebih dominan daripada suaminya,” kata Rachman. (11/10)

Racun Tembakau merupakan karya dari Anton P. Chekov, seorang Dramawan Rusia pada tahun 1902. Rachman ingin memberikan keberimbangan terhadap isu soal relasi di rumah tangga. Selama ini kita tahu bahwa budaya patriarki telah meletakan posisi perempuan sebagai subordinat. Namun ada juga kasus di mana perempuan berada di posisi dominan, meskipun memang jumlahnya tidak banyak.




“Persoalannya bukan siapa yang harus mendominasi. Laki-laki dan perempuan hendaklah berada pada relasi yang setara, saling membangun dan mendukung. Jadi, kita mesti melihat sebuah isu dalam perspektif yang lebih luas. Ini pesan yang ingin saya sampaikan kepada penonton,” ujar pendiri dari Teater Payung Hitam ini. Payung Hitam merupakan kelompok teater di Bandung yang masih eksis meski usianya telah mencapai 40 tahun lebih.

Bagi Rachman, penampilannya di PAT 7 merupakan bagian dari napak tilas. Di mana ia dulu memulai karir dari kerja keaktoran. Lelaki yang kerap disapa Babeh ini adalah seorang praktisi sekaligus akademisi di bidang teater. 




“Teater Payung Hitam seringkali diidentikan dengan teater tubuh. Namun saya dan teman-teman di Payung Hitam juga sebetulnya mengakrabi teater kata-kata,” ungkapnya.

PAT 7 dan Harapan untuk Masa Depan Teater Indonesia

Selain tampil, Rachman juga mengisi Masterclass di pagi harinya. Puluhan peserta yang sebagian besar merupakan mahasiswa teater ISI Padangpanjang mengikuti kelas dengan antusias. Rachman berbagi pengalaman tentang kiprahnya di dunia teater mulai dari keaktoran, penulisan lakon, penyutradaraan, dan artistik. Itu semua ia dapat dari berproses.
“ Saya mengajak peserta untuk berjarak sementara dari dalil atau teori teater yang ada. Jika kita bicara soal masa depan teater modern Indonesia ke depan, maka teater tradisi hendaklah menjadi spirit. Kita harus mulai berangkat dari kultur budaya masing-masing,” jelas Rachman.

Melihat kondisi teater hari ini, Rachman tentu memiliki kegelisahan yang sama dengan praktisi teater di Indonesia lainnya.

“ Selama ini komunitas teater justru bisa eksis karena mencari pendanaan dan peluang sendiri. Kalaupun ada dana hibah, itupun baru menyentuh sebagian kecil saja. Sebagian besar lainnya harus berjalan mandiri. Itu realitas yang terjadi di teater modern Indonesia,” ceritanya.

Kendati demikian, Rachman meletakan harapannya kepada gerakan kolektif di teater. Baginya, teater itu sarat dengan semangat saling berbagi dan kerja kolektif. Teater jugalah yang membuat hidupnya menjadi lebih baik. Tahun 2007, Rachman pernah terkena stroke dan teater menjadi penyemangatnya untuk pulih seperti sediakala. Ia membutuhkan waktu 2 tahun untuk pulih.

“ Orang yang punya pengalaman di teater, perilakunya akan menjadi lebih bijak. Karena sifat teater itu bukan personal. Satu sama lainnya punya ketergantungan,” ucap Rahman.

Bagi Rachman, kritik oto kritik di badan teater itu sendiri penting dilakukan. Kritik ke luar dan ke dalam. Secara pribadi, ia berharap PAT bisa menjadi ruang apresiasi sekaligus membenahi kerja-kerja di perteateran.

“ Saya optimis ke depan PAT bisa makin baik, selama kita punya konsistensi dan kesetiaan terhadap teater. Harapannya prodi teater terus melakukan terobosan-terobosan. Bagaimana merekrut alumni kampus untuk terlibat di aktivitas belajar mengajar kampus agar mereka bisa menjadi roll mode bagi mahasiswa. Jeda penyelenggaraan PAT selama ini cukup panjang. Mudah-mudahan gerakan yang sekarang menjadi pemicu untuk lebih maju ke depan,” harapnya.




Rizky, mahasiswa teater ISI Padangpanjang, salah satu peserta masterclass mengutarakan pendapatnya.

“ Di masterclass bersama Rachman Sabur, kami diajak kembali mengenal tubuh, pikiran, kesadaran, maupun intituisi diri. Kita harus melakukan penjelajahan seperti bercengkrama dengan alam dan lingkungan sekitar. Beliau tadi juga menyinggung soal pengalaman rasa dan intuisi yang didapat dari penjelajahan soal kuliner,” cerita Rizky.

Selain masterclass dan penampilan Rachman Sabur dari Teater Payung Hitam, juga ada workshop yang diampu Maas Theater En Dans Rotterdam dari Belanda. Juga ada forum diskusi terkait Pekan Apresiasi Teater dan Teater Kampus yang menghadirkan alumni teater ISI Padangpanjang yang kini membangun teater independen setelah lulus dari kampus. Mereka diantaranya Fitri Noveri dari Komunitas 9 Ruang – Kabupaten 50 Kota, Abdul Hanif dari Teater Balai – Bukittinggi, dan Akbar Munazif dari Actor Idea.




Pekan Apresiasi Teater (PAT) merupakan ajang biennale yang diselenggarakan oleh Program Studi Seni Teater ISI Padangpanjang, terakhir di tahun 2015. PAT merupakan ruang bersama bagi akademisi maupun praktisi teater baik antar kampus maupun antar negara untuk saling mengapresiasi dan berbagi pengalaman.

PAT ke-7 yang akan berlangsung sejak tanggal 10-12 Oktober 2024 di Gedung Teater Arena Mursal Esten dan Gedung Pertunjukan Hoerijah Adam ISI Padangpanjang ini, terselenggara berkat kerjasama antara Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang, Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang, Erasmus Huis Belanda, HMJ Teater ISI Padang Panjang, Keluarga Besar Alumni Teater (Kebat), Pojok Seni, dan Produksi KejarTayang. Makin tahu Indonesia.[*]

PILKADA 50 KOTA




×
Kaba Nan Baru Update