Notification

×

Iklan

Iklan

Ruang Baca Rimba Bulan Mengulik Dengung Tanah Goyah Iyut Fitra

19 Oktober 2024 | 21:32 WIB Last Updated 2024-10-19T14:32:01Z


Padang Panjang, pasbana  – Ruang Baca Rimba Bulan kembali menghidupkan gairah sastra di kota ini dengan menggelar bedah buku puisi Dengung Tanah Goyah karya penyair terkemuka, Iyut Fitra, pada Jumat (19/10). 

Acara yang berlangsung di Silaing Bawah, Padang Panjang, ini menghadirkan narasumber Dr. Sahrul N., S.S., M.Si., dan Ubai Dillah Al-Anshori, S.Pd., M.Sn., dengan Muhammad Subhan sebagai moderator. Acara ini menjadi magnet bagi berbagai komunitas sastra dan mahasiswa dari sejumlah daerah di Sumatera Barat.




Ketua Ruang Baca Rimba Bulan, Alvin Nur Akbar, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat sastra lokal, tetapi juga oleh mahasiswa dari UMMY Solok, santri Diniyah Putri Padang Panjang, serta perwakilan dari Komunitas Seni Intro Payakumbuh dan Komunitas Seni Kuflet.

 "Antusiasme peserta sangat luar biasa. Ini menunjukkan bahwa Padang Panjang tetap menjadi pusat pergerakan sastra di Sumatera Barat," ujar Alvin.

Muhammad Subhan, pembina Ruang Baca Rimba Bulan sekaligus penulis dan pegiat literasi, mengungkapkan bahwa Ruang Baca Rimba Bulan didirikan pada tahun 2018 dengan semangat untuk menghimpun pegiat sastra di Padang Panjang. 




"Kota ini memiliki banyak penulis dan pegiat literasi. Mereka adalah aset yang harus kita rawat dan dukung," tuturnya.

Sementara itu, Iyut Fitra, penulis *Dengung Tanah Goyah*, menjelaskan filosofi di balik karyanya. Menurutnya, setelah karya seorang penyair diterbitkan, maka penyair itu 'mati' dalam makna kiasan.

 "Karya sastra sebaiknya diserahkan kepada pembaca untuk ditafsirkan. Biarlah karya yang berbicara, bukan lagi sang penulis," tegasnya.

Pandangan tersebut diamini oleh Sulaiman Juned, dosen Seni Teater ISI Padangpanjang, yang turut hadir dalam acara. 

Menurutnya, karya sastra memang bersifat multi-interpretatif dan memiliki makna yang dapat berubah tergantung pembacanya. "Apa yang dikatakan Iyut benar adanya. Sastra adalah ruang tafsir yang terbuka bagi siapa saja," ungkap Sulaiman.

Dalam ulasannya, Ubai Dillah Al Anshori, Redaktur Budaya Harian Rakyat Sumbar, menjelaskan bahwa "Tanah Goyah" dalam konteks puisi ini menggambarkan kondisi yang porak-poranda. 




"Kata ‘dengung’ sendiri menurut saya adalah simbol dari sesuatu yang sudah tidak lagi bisa dipertahankan," ujar Ubai. 

Ia juga menambahkan harapannya agar Ruang Baca Rimba Bulan dapat terus berkembang dan melahirkan penulis-penulis besar dari Padang Panjang, seperti A.A. Navis yang pernah mengharumkan nama kota ini.

Diskusi berlangsung dengan hangat dan interaktif, diakhiri dengan refleksi dari peserta yang hadir tentang makna puisi dan kontribusi sastra terhadap masyarakat. 

Ruang Baca Rimba Bulan kembali membuktikan eksistensinya sebagai wadah yang memperkuat jalinan komunitas sastra di Sumatera Barat, sekaligus menjaga tradisi literasi di tengah perubahan zaman. (*/Friti)

PILKADA 50 KOTA




×
Kaba Nan Baru Update