Notification

×

Iklan

Iklan

Menembus Ruang dan Waktu: Tantangan Penokohan dalam “Sayap-Sayap Proklamasi”

20 November 2024 | 14:40 WIB Last Updated 2024-11-20T07:40:26Z


Padang Panjang, pasbana  – Latihan gabungan oleh Komunitas Seni Kuflet Kota Padang Panjang untuk pertunjukan teater *“Sayap-Sayap Proklamasi”* sedang berlangsung intensif. Pentas teater epik yang akan digelar pada 12 Desember 2024, pukul 20:00 WIB di Desa Wisata Kubu Gadang ini menjanjikan pengalaman berbeda bagi penonton. Disutradarai oleh Sulaiman Juned dengan naskah karya S. Hasanah Nst, pertunjukan ini menjadi bagian dari Program Fasilitasi Bidang Kebudayaan 2024 yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.  

Sebagai pentas ke-55 Komunitas Seni Kuflet, “Sayap-Sayap Proklamasi” hadir dengan konsep unik yang melibatkan masyarakat dalam ruang dan waktu melalui pendekatan Post Festival. Sutradara sekaligus sastrawan, Sulaiman Juned, menyebut pendekatan ini memberi tantangan besar bagi para aktor. “Ini bukan sekadar pementasan biasa, melainkan sebuah perjalanan yang menghidupkan sejarah di hadapan penonton,” ujarnya.  

Bagi Irsyad, pemeran Mohammad Hatta, mendalami peran seorang tokoh besar seperti Bung Hatta bukanlah tugas ringan. “Hatta dikenal dengan integritas dan pemikirannya yang visioner. Saya harus melakukan riset mendalam, baik dari buku-buku biografi maupun dokumentasi visual, untuk memahami konteks cara berpikir dan nilai-nilai yang dihidupinya,” tutur Irsyad.  



Proses latihan juga melibatkan diskusi intensif dengan sutradara, yang menurutnya sangat membantu membangun karakter. “Menonton film dan mempelajari berbagai arsip sejarah memberi saya gambaran untuk menemukan jiwa Hatta, seorang negarawan yang tidak hanya bijak, tetapi juga sangat manusiawi,” tambahnya.  

Rahmat Pangestu, pemeran Soekarno, menghadapi tantangan berbeda. Sebagai figur yang sangat dikenal publik, Rahmat merasa perlu bekerja keras untuk menghadirkan sosok proklamator ini dengan otentik. “Soekarno adalah simbol karisma dan orasi. Saya harus berlatih ekstra untuk mendalami gestur dan cara berbicaranya, sehingga tidak terlihat hanya meniru, tetapi benar-benar menghidupkan,” jelasnya.  

Mursiddiq, yang memerankan Sutan Sjahrir, mengaku kesulitan menjaga konsistensi karakter. “Mengontrol gesture tubuh agar tidak kaku merupakan tantangan utama saya. Sjahrir memiliki sisi idealis dan humanis yang perlu ditampilkan dengan halus, tanpa kehilangan esensi perjuangannya,” ungkapnya. Ia berharap, melalui pentas ini, penonton bisa melihat sisi kemanusiaan tokoh-tokoh sejarah yang sering kali terlupakan dalam narasi formal.  




Hendri JB, pemeran Mak Etek Ayub sekaligus dosen Seni Teater ISI Padang Panjang, memuji pendekatan sutradara yang memberi ruang eksplorasi bagi para aktor. “Pertunjukan seperti ini penting untuk menjadi pembelajaran bagi generasi muda. Melalui seni, sejarah menjadi lebih dekat dan relevan,” katanya.  

Menurut Hendri, “Sayap-Sayap Proklamasi” bukan hanya sebuah pertunjukan teater, tetapi juga sarana edukasi yang kreatif dan menyentuh hati. Pertunjukan ini diharapkan mampu membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan apresiasi terhadap seni sebagai medium untuk memahami sejarah secara mendalam.   



Melalui pementasan ini, Komunitas Seni Kuflet ingin mengajak penonton untuk mengenang kembali perjuangan para tokoh bangsa dan mengambil inspirasi dari sisi-sisi kemanusiaan mereka. “Kami berharap penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga pulang dengan wawasan dan semangat baru untuk mencintai tanah air,” ujar Sulaiman Juned.  

Pentas “Sayap-Sayap Proklamasi” tidak hanya menjadi ajang perayaan seni, tetapi juga sebuah momentum refleksi bersama, mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan hanya hasil perjuangan, tetapi juga buah dari pengorbanan dan semangat persatuan.  

Catat tanggalnya: 12 Desember 2024, Desa Wisata Kubu Gadang – sebuah pentas yang akan membawa Anda menembus ruang dan waktu untuk mengenang spirit Proklamasi!(*/caca)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update