Mentawai, pasbana— Kepulauan Mentawai, yang terletak di lepas pantai Sumatera Barat, menyimpan kekayaan budaya yang unik dan berbeda dari budaya Minangkabau yang dominan di daratan utama.
Suku Mentawai, yang telah mendiami wilayah ini sejak sekitar 500 SM, memiliki tradisi budaya yang kaya, terutama dalam sistem kepercayaan Arat Sabulungan yang sangat erat terkait dengan alam.
Dalam rangka meningkatkan daya tarik wisata budaya Mentawai, tim peneliti yang dipimpin oleh Ferry Herdianto, bersama anggota Mulyadi, Meliya Indriani, dan Suci Rahmadhani, telah melakukan penelitian sejak Juni 2024.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengoptimalkan potensi pasar sasaran untuk pariwisata budaya di Mentawai, dengan fokus pada peran penting musik ritual adat dalam strategi pemasaran.
Keunikan Budaya Mentawai: Sikerei sebagai Simbol Tradisi
Yosep Sagari, seorang budayawan Mentawai, menjelaskan bahwa Suku Mentawai yang terutama berasal dari Pulau Siberut adalah salah satu suku pedalaman tertua di dunia. Budaya Mentawai memiliki sistem kepercayaan Arat Sabulungan yang menghormati roh-roh alam seperti tai kamanua (roh langit), tai kaleleu (roh bukit), dan tai kabagat koat (roh laut).
Kepercayaan ini menjadi bagian penting dari spiritualitas suku Mentawai dan membentuk ritual serta adat istiadat mereka.
Salah satu tradisi yang masih hidup dan terus dilestarikan adalah peran sikerei, tokoh adat yang berfungsi sebagai perantara antara dunia nyata dan dunia roh.
Ritual-ritual yang dipimpin sikerei tidak hanya penting bagi masyarakat setempat tetapi juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik dengan pengalaman budaya autentik.
“Penetapan pasar sasaran wisata budaya sangat penting untuk memastikan target yang tepat bagi promosi kebudayaan Mentawai,” ujar Yosep Sagari.
Ketua Tim Peneliti, Ferry Herdianto, mengungkapkan bahwa penelitian ini mengevaluasi segmen pasar yang berpotensi memberikan keuntungan besar bagi pengembangan pariwisata budaya Mentawai. Evaluasi ini mencakup berbagai faktor seperti ukuran pasar, daya beli, dan perilaku konsumen yang terkait dengan wisata budaya.
Anggota tim, Mulyadi, menambahkan bahwa pemahaman terhadap tren pasar dan teknik peramalan sangat dibutuhkan dalam menyusun strategi pemasaran yang efektif. Faktor-faktor ekonomi dan perubahan tren wisata diharapkan menjadi bahan pertimbangan penting dalam merencanakan pemasaran pariwisata.
Festival Pesona Mentawai: Agenda Tahunan untuk Mempromosikan Kebudayaan Lokal
Menurut Joni Anwar, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mentawai, strategi pemasaran pariwisata Mentawai telah dimulai sejak 2016 melalui Festival Pesona Mentawai. Festival ini dirancang untuk mempromosikan kebudayaan lokal dan biasanya diselenggarakan setiap bulan September.
Namun, pada tahun ini, Pj. Bupati Kepulauan Mentawai mengeluarkan kebijakan untuk mengundurkan festival menjadi bulan Oktober karena adanya perayaan Hari Ulang Tahun Kepulauan Mentawai atau Punen Laggai di bulan yang sama.
“Festival ini bertujuan untuk menarik wisatawan dengan menampilkan berbagai aspek budaya Mentawai, termasuk musik ritual dan tarian adat yang mencerminkan kekayaan budaya lokal,” jelas Joni Anwar.
Dengan kombinasi antara penelitian pasar yang komprehensif dan agenda budaya yang menarik, seperti Festival Pesona Mentawai, strategi pemasaran pariwisata di Kabupaten Mentawai diharapkan mampu meningkatkan minat wisatawan terhadap kebudayaan unik Suku Mentawai.
Peran penting sikerei dan ritual adat Mentawai diperkirakan dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang mencari pengalaman budaya otentik.
Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan tetapi juga melestarikan warisan budaya Mentawai yang telah bertahan selama ribuan tahun, menjadikan Kabupaten Mentawai sebagai destinasi pariwisata budaya yang memiliki nilai edukasi dan spiritual yang tinggi. Makin tahu Indonesia.(*/Soerya)