(foto: Edgar Allan Poe) |
Oleh: Annisa Mardhiyah Safitri
Pasbana - Edgar Allan Poe sudah dikenal sebagai pelopor karya dengan genre Gothic dan Horor. Di antara karya-karyanya, ada sebuah cerita pendek yang luar biasa berjudul "The Fall of the House of Usher" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1839 dan telah menginspirasi banyak penulis dan karya sastra di seluruh dunia.
Poe telah sukses membuka jalan bagi para penulis untuk menerapkan genre gelap pada karya-karya mereka.
Cerita The Fall of the House of Usher dimulai dengan seorang narator tak dikenal yang pergi menuju rumah Roderick Usher, teman masa kecilnya yang sudah lama tidak ia temui.
Diketahui sang narator diminta oleh Roderick sendiri untuk menemaninya karena masalah mentalnya, dan karena ia bersimpati maka sang narator setuju.
Singkatnya, setelah memasuki rumah itu, sang narator merasa ada yang aneh dengan Roderick dan rumah kuno itu. Satu persatu anggota keluarga Roderick menghilang, dan dari sana mulailah kejanggalan-kejanggalan lainnya diikuti kewarasan Roderick yang semakin menurun.
(foto: Buku “The Fall of the House of Usher”) |
Cerita ini menggunakan genre gothic dan horor didalamnya. Poe mendeskripsikan kehororannya dengan narasi detail yang membuat suasana mencekamnya terasa nyata.
Hal ini menginspirasi beberapa penulis untuk mengikuti jejak Poe dalam menggunakan genre horor dan gothic. Cerita ini juga menggunakan unsur psikological yaitu berupa gangguan mental seseorang. Kegilaan dan gangguan mental ini dieksplorasi Poe melalui karakter Roderick Usher, seorang pria yang runtuh seiring dengan runtuhnya tembok rumahnya.
Dalam cerita ini juga, Poe menggunakan symbolisme dan alegori, yang dimana keruntuhan rumah keluarga Usher merupakan perumpamaan kehancuran keluarga itu. Penggunaan symbolisme ini menginspirasi penulis untuk menggunakan unsur yang sama yakni metafora dalam cerita mereka.
Poe memperkenalkan teori “unity of effect” dalam cerita pendeknya, dimana setiap elemen cerita dirancang untuk menciptakan satu efek emosional. Teori ini memberikan kontribusi signifikan terhadap cerita pendek modern yang banyak dipraktikkan.
(foto: para mahasiswi ketika diwawancarai) |
Para Mahasiswi Sastra Inggris dari Universitas Andalas memberikan pendapat mereka tentang Edgar Allan Poe dan karyanya ini saat diwawancarai, “Sebagai penikmat cerita horor, saya merinding karena suasana dari cerita ini begitu nyata dan unsur psikologikalnya adalah bagian yang membuat saya bergidik ngeri, hal itu membuat saya takjub dan mengidolakan Edgar Allan Poe atas karya-karyanya,” tutur Gita Fatwa Andini.
Temannya, Aulia Ananda Putri, mengaku sudah beberapa kali menganalisis karya-karya Poe, “The Fall of the House of Usher ini adalah salah satu cerita favorit saya, dan juga cerita ini membantu saya melatih skill analisis saya terhadap karya-karya sastra.” Akunya lagi.
Karya Poe ini berhasil menginspirasi penulis sampai pada saat ini, “Cerita ini menjadi acuan saya untuk menulis dan membuat karya, sungguh, Edgar Allan Poe sangat hebat karena namanya tetap hidup atas karya-karyanya. Saya ingin menjadi seperti beliau di masa depan nanti!” ungkap Ayu Masrami. (26/09)
Pengaruh Edgar Allen Poe pada "The Fall of the House of Usher" sudah melampaui unsur horor. Apa yang ia perkenalkan dalam cerita seperti unsur lingkungan yang suram, dan gangguan psikis telah menjadi ciri standar hampir semua bentuk sastra saat ini.
Penulis kontemporer terus mengambil inspirasi dari karya Poe untuk menciptakan karya yang mengeksplorasi kompleksitas emosi manusia. Beberapa studi pun menjadikan karya Poe sebagai subjek analisa karya sastra, hal ini menunjukkan bahwa warisan sastra Poe masih hidup hingga saat ini.(*)