Padang, pasbana - Workshop Total Body Performance Method yang ditutup dengan penampilan dari peserta, diskusi seni pertunjukan dan perjanjian kerjasama antar kampus di Gedung Teater Mursal Esten, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) pada Kamis, 31 Oktober 2024.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Indonesia Performance Syndicate (IPS), dengan Prodi Pendidikan Tari Departemen Sendratasik FBS UNP Padang dan Prodi Seni Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, yang dimulai sejak tanggal 28-31 Oktober 2024.
“ Kerjasama ini diharapkan bisa memberi kontribusi terhadap perkembangan seni pertunjukan di Sumatera Barat. Kegiatan serupa ini penting dilakukan secara berkesinambungan,” ujar Prof. Dr. Ermanto, S.Pd., M. Hum, dekan FBS UNP. (31/10)
Senada dengan itu Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang, Dr. Irwan, S.Pd., M.Pd menyebutkan bahwa implementasi dari kerjasama ini berguna untuk meningkatkan tridarma perguruan tinggi yakni penelitian, pengembangan dan pengabdian masyarakat.
Ada 2 buah penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) dan Implementation Arrangement (IA) yang dilakukan. Pertama, kerjasama antara Prodi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNP dengan Prodi Seni Teater ISI Padangpanjang. Kerjasama ini meliputi kegiatan kolaborasi baik dalam hal peningkatan kapasitas akademik, produksi pertunjukan maupun pertunjukan.
Kedua, kerjasama antara Prodi Pendidikan Tari FBS UNP dengan komunitas Indonesia Performance Syndicate (IPS). Kerjasama ini meliputi aktivitas pengembangan Total Body Performance Method dan support untuk peningkatan kapasitas mahasiswa seni pertunjukan, baik dengan latar teater, tari, dan musik performatif.
“Hari ini ada 3 karya kelompok dari peserta workshop yang ditampilkan. Selama 3 hari terhitung 28-30 Oktober 2024, 25 peserta yang berasal dari mahasiswa Prodi Pendidikan Tari dan Prodi Sendratasik telah dilatih oleh Wendy HS dan Venny Rosalina terkait Total Body Performance,” jelas Dra. Desfiarni, M.Hum, dosen Prodi Pendidikan Tari, koordinator kegiatan.
Lanjut Desfiarni, judul karya-nya antara lain: Cemas, Depresi, dan 7 Dosa Besar. Penampilan ini merupakan bentuk apresiasi atas proses belajar mereka selama 3 hari ini dan akan meningkatkan kompetensi mahasiswa.
Ibrar, salah satu peserta workhsop mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Selama workshop, ia belajar bagaimana memfokuskan pikiran sambil bergerak dan berekspresi.
Kemudian dalam waktu yang singkat, ia bersama peserta lain diminta untuk membuat suatu pertunjukan tanpa musik konvensional. Musik yang dihadirkan berasal dari suara, tepuk pada bagian tubuh maupun hentakan kaki.
“Kelompok kami mengangkat tema depresi. Salah satu penyebab depresi adalah bullying yang sering kali terjadi di dunia nyata maupun dunia maya. Berangkat dari fakta, kami belajar untuk membuat karya dan mempertanggungjawabkannya hari ini,” jelas Ibrar.
Selain pertunjukan dari peserta, juga ada penampilan musik dari Jumaidil Firdaus yang berjudul Rantau Musikal. Karya ini mentransformasi bunyi tradisi Minangkabau ke gitar elektrik dan diolah dengan menggunakan multi efek.
Setelahnya dilanjut dengan diskusi terkait workshop dan pengaruhnya pada praktik pertunjukan kontemporer di Indonesia. Adapun pematiknya antara lain Dede Pramayoza, Tatang Rusmana, Wendy HS, dan Venny Rosalina. Diskusi banyak menggali terkait potensi seni pertunjukan tradisi nusantara yang bisa dijadikan sebuah metode ajar.
“Selama ini kita sering berpatok pada teori Barat. Padahal banyak seni tradisi di kita yang bisa dikembangkan sebagai sebuah metode belajar. Saya melihatnya sebagai sebuah fenomena postkolonial syndrome. Di mana seringkali kita lebih menganggap teori di luar jauh lebih baik dari pada potensi yang kita miliki,” ujar Dede Pramayoza, kaprodi teater ISI Padangpanjang.
Wendy HS, penggagas dari Total Body Performance menyebutkan metode ini berangkat dari formasi dasar ketubuhan yakni kuda-kuda pada Silek atau Minangkabau Martial Art dan bunyi pada Tapuak Galembong Randai. Metode ini menggabungkan unsur laku panggung (acting), gerak tubuh (dancing), dan bunyi performatif (musicing).
Randai merupakan seni pertunjukan tradisi masyarakat Minangkabau yang sudah berabad-abad usianya, di mana akting, gerak dan musik menjadi satu dalam peristiwa pertunjukan. Tahun 2017, randai ditetapkan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Sedangkan Silek pada tahun 2019 ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Dunia.
“ Sebagai sebuah metode, Total Body Performance akan terus diperbaharui dan dikembangkan. Harapannya kegiatan ini bisa bermanfaat bagi performer untuk meningkatkan skill mereka di ranah pertunjukan kontemporer,” harap Wendy.(*)