Notification

×

Iklan

Iklan

Menyambut Hari Ibu, Bioskop Minikito dan Padang Berisi[K] Menggelar Pemutaran Film “Amak’

24 Desember 2024 | 22:41 WIB Last Updated 2024-12-24T15:44:47Z



Pasbana - Dalam rangka memperingati hari Ibu, Bioskop Minikito dan Padang Berisi[K] menggelar pemutaran dan diskusi film dengan tajuk “Sunday Sinema”. Kegiatan dilaksanakan di Minarko Andalas, 22 Desember 2024 malam. 

Film yang diputar malam itu berjudul, karya Ardi Syahid yang diproduksi tahun 2022. Ia seorang sineas dari Sumatera Barat yang juga seorang ustad. Film ini mengkisahkan tentang perjuangan amak (ibu) dari pemecah batu yang mendukung anaknya untuk sukses.

“ Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi pada sineas kota Padang. Hitung saja, di Sumatera Barat saja, begitu banyak film yang diproduksi tiap tahun namun tidak semuanya yang dapat kesempatan diputar untuk publik. Karenanya kegiatan ini sengaja dilakukan di ruang publik, bertujuan untuk menghubungkan antara sineas, masyarakat dan pemerintah agar bisa saling mengapresiasi dan bersinergi,” ujar Oscar, Direktur Bioskop Minikito. (22/12)

Oscar juga menyebutkan gelaran ini juga menjadi bagian dari perayaan 5 tahun Bioskop Minikito bergerak. Bioskop Mini Kito merupakan program kolaborasi yang dimotori oleh Komunitas  Honesty Film dan Honesty Creative, digagas bersama Andres Muhardi - Koperasi Film Indonesia, sejak tahun 2019. Program ini bertujuan membangun ruang jumpa antara sineas, komunitas budaya, serta masyarakat untuk mengapresiasi karya.




“ Padang Berisi[K] mendukung gerakan yang dilakukan Bioskop Mini Kito. Padang Berisi[K] adalah sebuah platform dan media yang fokus pada industri kreatif, pariwisata, budaya, sosial dan Politik,” ujar Dibya Rosa, pendiri Padang Berisik [K]

Malam itu juga hadir Deslenda (61), pemeran dari tokoh ‘Amak’. Deslenda dikenal sebagai penata tari Indonesia, pendiri dari Galang Dance Company (GDC). Ia juga dulunya aktif berakting di Teater Padang bersama almarhum suaminya yang juga seorang sutradara teater. 

“ Saya berharap dari Film ‘Amak’ ini, masyarakat melihat peran ibu di Minangkabau secara matrilineal itu sangat penting dan harus dihargai. Harapan ibu sangat kuat agar anaknya kuat, jaya dan punya masa depan yang lebih baik. Ia akan mengusahakan segala sesuatu untuk anaknya,” ujar perempuan yang baru saja pensiun jadi guru tari  tahun 2023 lalu di SMKN 7 Padang.

Ardi Syahid, sutradara ‘Amak’ menyebutkan film ini merupakan kerjasama antara rumah produksi Faa-Izza dengan SMKN7 Padang. Film yang berdurasi 1 jam 18 menit ini diproduksi dengan dana swadaya. 

“Lokasi syutingnya berada di Nagari Panggang Batu, Alahan Panjang - Kabupaten Solok. Banyak pesan moralnya diantaranya bakti ke orang tua. Bagi saya, film ini juga merupakan salah satu sarana dakwah. Tantangan terbesarnya di soal pendanaan dan mencari talent yang mumpuni,” cerita Ardi.
Setelah pemutaran, ada diskusi tentang perfilman yang dipandu oleh Dony Eros, dewan kurator dari Bioskop Minikito. Malam itu narasumber yang hadir diantaranya Dibya Rosa (akademisi dan film maker), Ardi Syahid (film maker) dan Satria Haris (sekretaris Persatuan Artis Film/Parfi Sumatera Barat).




Selama satu jam, diskusi membahas berbagai hal mulai dari proses kreatif membuat film, pendanaan, kolaborasi antar sub-sektor hingga soal apresiasi karya dan distribusi karya ke masyarakat. Malam itu cukup ramai, ada puluhan peserta hadir pada kegiatan tersebut.

Acara semakin semarak karena dipandu oleh Putra "Ambon" Stand Up Indo Padang, yang juga merupakan pemilik dari Minarko Andalas. Jadi khusus untuk acara ini, Minarko Andalas memberikan voucher makan gratis setiap yang membawa amak (ibu) datang ke acara ini.
Kegiatan malam ini juga didukung oleh Minarko Andalas, Dewan Jalanan (komunitas film dokumenter di Sumatera Barat), OG Talent Management, dan Plossa - minyak angin modern.

Andres Muhardi dari Koperasi Film Indonesia juga tampak hadir pada acara malam itu. “ Ini sebuah langkah kecil untuk membangun sebuah ekosistem budaya. Awalnya memang apresiasi film tapi ini akan berdampak pada pengembangan yang lainnya. Saya berharap gerakan serupa ini bisa bermunculan di Sumatera Barat. Namanya tidak harus Bioskop Minikito,” harapnya.

Senada dengan itu, Donny Eros juga menyampaikan harapannya. “ 5 tahun perjalanan Bioskop MiniKito tentu ada pasang surutnya. Membangun sebuah budaya apresiasi bukanlah hal yang mudah di Sumatera Barat. Namun hal ini harus dimulai,” jelas Donny Eros.

Lanjutnya, Bioskop Minikito ini diharapkan tidak hanya jadi ruang untuk launching film dan diskusi. Tapi bisa merangkul pelaku budaya lain untuk terlibat. Serta, bisa berkolaborasi dengan UMKM yang ada di kota Padang. Jadi satu gagasan berjalan, namun ada banyak pihak yang mendapatkan dampaknya.

“ Ke depan harapannya kita juga bisa melaksanakan pemutaran di tingkat RT atau RW, dan melibatkan masyarakat di sana, “ harap Eros.(*) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update