Notification

×

Iklan

Iklan

Sentimen Window Dressing Sudah Tidak Relevan: Apa yang Terjadi pada IHSG di Bulan Desember?

29 Desember 2024 | 10:02 WIB Last Updated 2024-12-29T03:10:38Z


Pasbana - Sejak awal tahun 2000-an hingga 2021, pasar saham Indonesia memiliki tradisi unik: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu berakhir hijau di bulan Desember

Fenomena ini dikenal sebagai window dressing, sebuah praktik di mana perusahaan dan manajer investasi berusaha mempercantik portofolio atau laporan keuangan mereka menjelang akhir tahun. 

Saham-saham biasanya mengalami lonjakan harga signifikan, memberikan peluang bagi investor untuk memanfaatkan momentum ini.

Namun, jika kita melihat data 5 tahun terakhir, pola ini tampak mulai pudar. Window dressing hanya terjadi sebesar 60%, yang berarti peluang kenaikan saham di bulan Desember tidak lagi sekuat sebelumnya. 

Apa yang sebenarnya berubah, dan apa dampaknya bagi investor?

Perubahan Sentimen: Dari Keyakinan Menuju Ketidakpastian
Kondisi Pasar yang Tidak Sehat

Salah satu alasan utama memudarnya sentimen window dressing adalah perubahan struktur pasar saham Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak saham dengan fundamental lemah justru 'digoreng' oleh pelaku pasar untuk meningkatkan harga IHSG. 

Namun, ketika kepercayaan investor mulai menurun dan banyak orang menarik dana dari pasar saham, efek window dressing pun melemah.

Strategi Market Maker

Market maker, yang biasanya berperan besar dalam menciptakan momentum window dressing, kini justru sering melakukan take profit

Ketika pola ini sudah banyak dipahami investor ritel, market maker memilih memanfaatkan kenaikan harga untuk menjual sahamnya, alih-alih terus mendorong IHSG naik. 

Akibatnya, ekspektasi terhadap window dressing menjadi lebih sulit dipenuhi.

Strategi Investor di Tengah Ketidakpastian Window Dressing

Meskipun tradisi window dressing tidak lagi menjadi kepastian, investor tetap dapat memanfaatkan momentum Desember dengan strategi yang lebih cerdas dan terarah, seperti;

Fokus pada Saham Berfundamental Kuat
Alih-alih mengejar momentum jangka pendek, investor dapat mengincar saham-saham dengan fundamental yang solid dan prospek dividen tinggi. Contohnya adalah saham seperti BBRI, BBCA, ITMG, dan UNTR, yang sering menjadi pilihan utama menjelang pembagian dividen. 

Ketika harga saham-saham ini terkoreksi di bulan Desember, itu bisa menjadi peluang untuk membeli di harga murah.

Persiapan untuk Dividen
Saham-saham yang secara historis membagikan dividen besar biasanya mengalami kenaikan harga menjelang tanggal cum date dividen. 

Strategi ini memungkinkan investor mendapatkan dua keuntungan: capital gain dan dividen yield.

Diversifikasi dan Pengelolaan Risiko
Dengan pasar yang semakin tidak menentu, diversifikasi menjadi langkah penting. Jangan hanya bergantung pada satu sektor atau momentum musiman. Sebaliknya, susun portofolio yang mencakup saham, reksa dana, dan instrumen lain untuk mengelola risiko secara efektif.

Window dressing tidak lagi bisa dianggap sebagai kepastian di bulan Desember. Perubahan dinamika pasar, aksi pelaku pasar besar, dan kondisi ekonomi yang tidak stabil menjadi faktor utama melemahnya tradisi ini.

Namun, bagi investor cerdas, ketidakpastian ini justru membuka peluang baru. Dengan pendekatan berbasis data, fokus pada fundamental, dan strategi jangka panjang, investor masih dapat memanfaatkan Desember sebagai momen untuk membangun portofolio yang kuat dan siap menghadapi tahun depan.

Di tengah pasar yang berubah, satu hal tetap konsisten: kesuksesan investasi bergantung pada analisis yang tajam dan keputusan yang bijak. Jadi, apakah Anda siap untuk menutup tahun ini dengan strategi baru? 
(Budi Rajobujang) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update