PLTS Cirata terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia. (dok. PLN) |
Pasbana — Rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Danau Singkarak, Sumatra Barat, terus menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Proyek ini, yang dirancang untuk mendukung transisi energi hijau di Indonesia, menimbulkan pro dan kontra di kalangan warga sekitar. Untuk mengatasi berbagai dinamika ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) turut melakukan penelitian guna memastikan bahwa desain PLTS tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga mendukung aspek pariwisata.
Peneliti Madya Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Ivana Yuniarti, menyatakan pentingnya integrasi antara lingkungan dan pariwisata dalam pengembangan PLTS di Danau Singkarak. “Rencana penelitian kami disusun agar desain PLTS tidak hanya berfokus pada lingkungan, namun juga memperhatikan aspek wisata,” ungkapnya, Minggu (19/1/2025), seperti dikutip dari Antara.
Menurut Ivana, panel surya akan dipasang sekitar 50 meter dari bibir danau untuk memberikan ruang yang cukup bagi aktivitas wisata. Lebih lanjut, area sekitar PLTS akan dilengkapi dengan taman terapung yang dihiasi bunga-bunga indah. Selain mempercantik pemandangan, akar tanaman di taman terapung tersebut juga diharapkan menjadi habitat bagi ikan-ikan Danau Singkarak.
“Kami berharap langkah ini tidak hanya meningkatkan daya tarik wisata tetapi juga memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar,” tambah Ivana.
Namun, tidak semua pihak menyambut rencana ini dengan antusias. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, menjelaskan bahwa sebagian masyarakat di Batipuh Selatan menolak proyek ini karena trauma terhadap dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh keberadaan PLTA Singkarak sebelumnya.
“Kami telah mendengarkan alasan masyarakat. Intinya, mereka merasa PLTA sebelumnya tidak memberikan manfaat yang cukup bagi mereka dan malah menimbulkan dampak lingkungan,” ujar Andre, Rabu (15/1/2025). Meski demikian, ia menilai bahwa penolakan tersebut merupakan dinamika biasa yang bisa diselesaikan dengan dialog dan pendekatan partisipatif.
Proyek PLTS terapung ini merupakan bagian dari kerja sama antara PLN Indonesia Power dan ACWA Power, dengan total investasi mencapai US$104,95 juta. Pengembangan PLTS terapung di Singkarak akan mencakup 0,33% dari total luas danau, dengan kapasitas listrik sebesar 50 megawatt AC (MWac). Listrik yang dihasilkan akan disalurkan melalui interkoneksi 150 kV ke Gardu Induk Padang Panjang.
Direktur Utama PT PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menyatakan bahwa proyek ini adalah langkah penting dalam mendukung transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT). “PLTS terapung Singkarak ini diperkirakan akan memberikan kontribusi listrik sebesar 50 megawatt. Energi baru terbarukan adalah energi hijau yang tidak memberikan dampak lingkungan,” ujarnya.
PLN dan ACWA Power memiliki rekam jejak yang kuat dalam pengembangan energi terbarukan. PLN sebelumnya telah berhasil mengembangkan PLTS Terapung Cirata di Jawa Barat, yang menjadi PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWac. Sementara itu, ACWA Power memiliki portofolio pembangkit listrik sebesar 43 GW, di mana 36% di antaranya berasal dari pembangkit energi terbarukan.
Dengan pendekatan yang memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan pariwisata, proyek PLTS terapung di Danau Singkarak diharapkan mampu menjadi solusi yang menguntungkan semua pihak. Namun, keberhasilan proyek ini sangat bergantung pada dialog konstruktif antara pemerintah, pengembang, dan masyarakat setempat untuk memastikan manfaat yang maksimal bagi semua pihak.(rel/ant)