Notification

×

Iklan

Iklan

Hujan Berkepanjangan Ancam Kualitas Panen Jagung di Solok Selatan, Petani Khawatirkan Kerugian Ekonomi

30 Januari 2025 | 06:40 WIB Last Updated 2025-01-30T08:43:15Z



Solok Selatan, pasbana  – Intensitas hujan tinggi yang melanda Kabupaten Solok Selatan (Solsel) selama sebulan terakhir mengancam kualitas hasil panen jagung para petani. Kondisi cuaca yang tidak menentu membuat petani kesulitan mengeringkan jagung yang baru dipanen, sehingga berpotensi menurunkan kualitas dan nilai jual komoditas tersebut.

Khairul, seorang petani jagung di Sangir, mengungkapkan bahwa jagung yang dipanennya belum kering setelah 15 hari akibat hujan yang turun hampir setiap saat. “Sudah 15 hari belum juga kering. Karena dampak hujan siang dan malam. Kalau pun teduh, hanya sebentar saja,” ujarnya pada Rabu (29/1). Biasanya, dalam cuaca normal, jagung dapat kering dalam waktu tiga hingga lima hari. Namun, kondisi saat ini membuat jagung berisiko tumbuh tunas atau bijinya membiru setelah dirontokkan.

Cuaca hujan di Solok Selatan telah berlangsung sejak akhir tahun 2024 dan diprediksi akan berlanjut hingga akhir Januari 2025. Menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), intensitas hujan di wilayah tersebut masih dalam kategori sedang hingga ringan, dengan frekuensi yang cukup tinggi. Hal ini membuat petani kesulitan memanfaatkan sinar matahari untuk mengeringkan hasil panen.

Khairul menambahkan, jika hujan terus berlanjut hingga Februari, dampaknya akan semakin serius terhadap perekonomian petani jagung di Solok Selatan. “Kalau hujan masih terus berlanjut di Februari nanti, bisa-bisa berdampak pada ekonomi para petani jagung di Solok Selatan,” jelasnya.

Meskipun harga jagung kering mengalami kenaikan selama musim hujan, mencapai Rp 5.000 per kilogram, kenaikan ini tidak sepenuhnya menguntungkan petani. Kenaikan harga dipicu oleh kelangkaan pasokan akibat musim hujan yang panjang. Namun, petani justru kesulitan memenuhi permintaan pasar karena kualitas jagung yang menurun.

Sahbunir, petani jagung lainnya, mengeluhkan bahwa jagungnya sudah mulai tumbuh tunas akibat kurangnya paparan sinar matahari. “Sejak panen sampai sekarang belum dapat cahaya matahari. Hujan hampir 24 jam turun, meskipun dengan intensitas sedang,” paparnya. Ia menambahkan, meskipun jagung dibolak-balik setiap hari, tetap saja ada yang tumbuh tunas. “Kalau terus berlanjut musim hujan, petani bisa alami kerugian. Jagung bisa cepat tumbuh karena dingin. Kalau banyak tumbuh, kualitas jagung turun, dan harganya pun berkurang,” tuturnya.

BMKG memprediksi bahwa cuaca hujan di Solok Selatan masih akan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan petani, mengingat jagung yang tidak kering sempurna rentan terhadap pertumbuhan jamur dan penurunan kualitas. Jika kondisi ini berlanjut, bukan tidak mungkin petani akan mengalami kerugian ekonomi yang signifikan.

Pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan bantuan teknis dan solusi jangka pendek, seperti penyediaan alat pengering jagung berbasis teknologi, untuk membantu petani mengatasi dampak musim hujan yang berkepanjangan. Tanpa intervensi yang tepat, ancaman kerugian ekonomi bagi petani jagung di Solok Selatan semakin nyata.(rilis)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update