Notification

×

Iklan

Iklan

Jam Gadang Bukittinggi: "Big Ben"-nya Indonesia dengan Sentuhan Tradisi Minangkabau

01 Januari 2025 | 20:52 WIB Last Updated 2025-01-01T15:20:54Z


Pasbana - Bukittinggi, kota sejuk di Sumatera Barat, memiliki daya tarik unik yang membuatnya istimewa. Salah satunya adalah Jam Gadang, menara jam ikonik yang sering disebut "kembar" dengan Big Ben di London. 

Namun, siapa sangka, meskipun memiliki kesamaan dalam mesin jamnya, keduanya memiliki karakter yang sangat berbeda.

Lebih dari Sekadar Penunjuk Waktu

Jam Gadang, dengan ketinggian 26 meter, menjulang anggun di tengah kota Bukittinggi. Meski jauh lebih pendek dibandingkan Big Ben yang mencapai 96 meter, Jam Gadang punya daya tarik yang sulit diabaikan. 

Atapnya yang berbentuk tanduk kerbau khas Minangkabau tidak hanya menjadi simbol budaya lokal, tetapi juga mencerminkan kekayaan tradisi yang mengakar kuat di daerah ini.

Sementara itu, Big Ben di London terkenal dengan puncak menaranya yang runcing, menunjukkan gaya arsitektur neo-Gotik yang megah. Keduanya memang beda gaya, tetapi keduanya sama-sama menjadi ikon yang melekat di hati masyarakatnya.

Mesin Jam Bersejarah

Yang menarik, baik Jam Gadang maupun Big Ben menggunakan mesin jam yang sama, sebuah keunikan langka di dunia. Mesin tersebut dibuat oleh perusahaan Jerman Vortmann Relinghausen, dan hanya ada dua unit di dunia. 




Hal ini membuat Jam Gadang tidak hanya menjadi ikon wisata, tetapi juga bagian dari sejarah teknologi dunia.


Wisata yang Tak Pernah Sepi

Jam Gadang bukan sekadar menara jam, tetapi juga pusat kegiatan masyarakat. Di sekitarnya, pengunjung bisa menikmati suasana taman yang asri, mencoba kuliner khas Minang seperti nasi kapau dan keripik balado, atau berbelanja suvenir unik. 

Setiap akhir pekan, area ini dipenuhi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin mengabadikan momen di depan ikon Bukittinggi ini.

Nilai Budaya yang Mendalam

Jam Gadang tidak hanya menarik dari segi arsitektur, tetapi juga memiliki filosofi yang dalam. Bentuk atapnya yang menyerupai tanduk kerbau melambangkan kebijaksanaan dan semangat gotong royong, nilai-nilai yang menjadi inti budaya Minangkabau.

Fakta Menarik Lainnya

  • Dibangun pada 1926, Jam Gadang awalnya dihadiahkan oleh Ratu Belanda kepada sekretaris kota Bukittinggi.
  • Angka pada jamnya tidak ditulis seperti biasanya. Angka "4" pada Jam Gadang ditulis dengan "IIII" bukan "IV", menambah keunikannya.
  • Mesin jam ini masih bekerja dengan sangat baik meskipun usianya hampir satu abad, menunjukkan kehebatan teknologi yang digunakan.

Pesona yang Terus Hidup

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Bukittinggi, Jam Gadang adalah tempat yang wajib disinggahi. Tidak hanya menawarkan pemandangan indah, tetapi juga cerita sejarah yang menghubungkan dua kota besar di dunia, Bukittinggi dan London. Makin tahu Indonesia. 

Jadi, kapan kamu akan berfoto dengan latar belakang Jam Gadang dan merasakan atmosfer uniknya? Bukittinggi selalu siap menyambutmu dengan pesonanya yang tak lekang oleh waktu! (Budi) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update