Banda Aceh, pasbana – Dalam perayaan Hari Internasional Laksamana Malahayati, Meurak Jeumpa Institut bekerja sama dengan Komunitas The Power of Emak-Emak dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I Aceh menggelar diskusi interaktif virtual bertajuk “Internasional Legacy dan Warisan Arkeologi sebagai Identitas Bangsa”.
Acara ini dihadiri oleh budayawan, akademisi, arkeolog, dan pegiat seni yang memberikan perspektif mendalam tentang warisan sejarah dan nilai-nilai luhur sosok Laksamana Malahayati.
Peninggalan Bersejarah yang Mendunia
Nyakman Lamjame, inisiator diskusi, menyatakan bahwa UNESCO telah menetapkan hari lahir Laksamana Malahayati sebagai perayaan internasional, menegaskan pengakuan dunia terhadap kehebatannya."Ini momen bersejarah yang harus dirayakan bersama, terutama oleh masyarakat Aceh," ujarnya.
Dr. Sulaiman Juned, M.Sn., seorang sastrawan dan dosen ISI Padangpanjang, menambahkan bahwa Malahayati bukan hanya panglima perang perempuan pertama di dunia, tetapi juga seorang diplomat ulung.
"Beliau berhasil menundukkan Cornelius dan Frederick de Houtman serta menjadi juru runding saat Kesultanan Aceh menerima utusan Ratu Elizabeth I," ungkapnya.
Semangat Perempuan Aceh
Pegiat seni budaya, Ir. Oni Imelva, ST., mengajak generasi muda, khususnya perempuan, untuk meneladani semangat juang Malahayati."Perempuan Aceh masa kini harus merefleksikan semangat Malahayati dalam berbagai bidang, seperti olahraga, seni, dan ilmu pengetahuan," ujarnya.
Pelestarian Situs Sejarah
Arkeolog Ambo Isse, S.S., M.Si., menekankan pentingnya menjaga situs-situs sejarah seperti Benteng Kuta Inong Balee dan makam Malahayati. "Kondisi benteng ini sangat memprihatinkan. Pemerintah harus segera mengambil langkah konkret untuk konservasi," paparnya.Rekomendasi Strategis
Razuardi Ibrahim, M.T., seorang teknokrat dan budayawan, mengusulkan penelitian mendalam terhadap Benteng Kuta Inong Balee untuk mengungkap nilai strategis dan teknik pembangunannya."Sejarah Malahayati perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum nasional dan dijadikan bagian dari diplomasi budaya," tambahnya.
Pengembangan Wisata Sejarah
Diskusi ini juga membahas potensi wisata sejarah. Dr. Sulaiman Juned mengusulkan pengembangan destinasi edukatif seperti Museum Bahari dan Monumen Samudra Hindia yang didukung teknologi digital.Sementara itu, Oni Imelva menekankan peran masyarakat lokal dalam melestarikan dan mempromosikan situs-situs bersejarah.
Komitmen untuk Masa Depan
Menutup diskusi, Razuardi mengajak peserta untuk memperingati hari lahir Malahayati setiap tahun. "Kontribusi sekecil apa pun akan berdampak besar dalam menjaga semangat juang Malahayati," tutupnya.Acara ini menjadi momentum penting untuk mengingatkan generasi muda akan warisan sejarah yang kaya dari Laksamana Malahayati, sosok perempuan tangguh yang menginspirasi dunia. Makin tahu Indonesia.(*/nyakman)