Notification

×

Iklan

Iklan

Menelusuri Jejak Dayak Tomun: Warisan Pagaruyung yang Hidup di Pedalaman Kalimantan

05 Januari 2025 | 08:37 WIB Last Updated 2025-01-05T02:31:25Z


Pasbana - Jika Anda mendengar kisah tentang masyarakat Dayak Kudangan atau Dayak Tomun, siapa sangka bahwa jejak budaya Minangkabau begitu terasa di desa yang berada jauh di pedalaman Kalimantan Tengah ini? 

Tradisi, bahasa, dan bahkan rumah adat mereka mencerminkan benang merah yang menghubungkan mereka dengan Kerajaan Pagaruyung, Sumatera Barat. 

Bagaimana cerita ini bermula? Mari kita simak perjalanan sejarah yang menarik ini.

Legenda Patih Sebatang: Dari Minangkabau ke Kudangan

Menurut kisah turun-temurun, seorang bangsawan dari Kerajaan Pagaruyung bernama Malikur Besar, atau dikenal sebagai Patih Sebatang, meninggalkan Sumatera Barat dan berlayar hingga ke hulu Sungai Belantikan di Kalimantan. 

Di sana, ia jatuh cinta pada seorang putri cantik bernama Mayang Ilung dari Kerajaan Petarikan. Pernikahan mereka melahirkan seorang anak bernama Cenaka Burai, yang kelak menjadi tokoh penting dalam hubungan antara budaya Minangkabau dan Dayak Tomun.




Cenaka Burai, yang besar di Minangkabau, suatu hari memutuskan untuk mencari ibunya. Dengan cincin pernikahan orang tuanya sebagai petunjuk, ia kembali ke Kalimantan. 

Pertemuan mereka yang penuh emosi diwarnai kebingungan—sosok sang ibu yang menua berbeda jauh dari gambaran kecantikannya. Namun akhirnya, cinta keluarga berhasil melampaui keraguan.

Kaitan Budaya: Bahasa dan Rumah Adat


Warga Dayak Tomun mengakui diri mereka sebagai keturunan Patih Sebatang. Tradisi mereka menunjukkan pengaruh kuat budaya Minangkabau. Rumah-rumah adat di Kudangan, misalnya, memiliki bentuk menyerupai Rumah Gadang, dengan atap melengkung seperti tanduk kerbau. 

Tidak hanya itu, bahasa sehari-hari masyarakat Dayak Tomun memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Minangkabau. Contohnya, kata "duo" (dua) dan "kepalo" (kepala) digunakan dengan cara yang mirip.

Peninggalan Sejarah yang Terjaga


Salah satu bukti sejarah yang memperkuat klaim ini adalah bendera kuno berukuran besar yang disimpan di rumah adat Kudangan. Selain itu, tarian Pagaruyung kerap ditampilkan dalam acara adat seperti pernikahan, sebagai simbol hubungan erat antara dua budaya ini.

Desa Kudangan: Keindahan dan Tradisi yang Terjaga


Terletak di Kabupaten Lamandau, Desa Kudangan adalah surga tersembunyi di tengah Kalimantan Tengah. Hutan hijau yang masih alami menjadi latar belakang kehidupan masyarakat yang memegang teguh adat istiadat mereka. 

Tradisi seperti upacara penyambutan tamu agung, prosesi pernikahan adat, dan ritual kematian menjadi daya tarik yang memikat para wisatawan.

Yang menarik, kebiasaan masyarakat Kudangan juga mencerminkan keunikan budaya mereka. Laki-laki di sana biasa mengunyah daun sirih, sedangkan perempuan membuat dan mengisap rokok kelinting buatan sendiri—sebuah pemandangan yang jarang ditemukan di daerah lain.

Potensi Wisata dan Masa Depan Desa Kudangan


Dengan letaknya yang strategis di jalur lintas provinsi Kalimantan, Desa Kudangan memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata budaya dan alam. Apalagi dengan rencana pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan, desa ini bisa saja menjadi salah satu daerah yang berkembang pesat. 

Untuk para pecinta alam dan budaya, Kudangan menawarkan pengalaman otentik yang sulit ditemukan di tempat lain.

Menghubungkan Masa Lalu dan Masa Kini

Kisah Dayak Tomun bukan hanya sekadar cerita turun-temurun, tetapi juga cerminan betapa kaya dan kompleksnya budaya Indonesia. Jejak Kerajaan Pagaruyung yang ditemukan di Kudangan menunjukkan bahwa identitas bangsa ini dibangun dari interaksi berbagai budaya yang saling memperkaya. Makin tahu Indonesia. (Budi) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update