Notification

×

Iklan

Iklan

Menguak Sejarah Perkebunan Teh Kayu Aro: Warisan Kolonial yang Memikat Hingga Kini

23 Januari 2025 | 15:55 WIB Last Updated 2025-01-23T08:55:18Z


Pasbana - Bicara tentang Kerinci, kawasan sejuk nan indah di kaki Gunung Kerinci, kita tak bisa melewatkan jejak sejarahnya yang kental, terutama ketika Belanda menguasai wilayah ini pada tahun 1903. Meski sempat menjadi bagian Sumatera Barat, wilayah ini akhirnya menjadi Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi. Namun, daya tariknya tak hanya terletak pada keindahan alam, melainkan juga pada kisah perkebunan teh legendaris: Kayu Aro.  

Pada tahun 1925, Belanda memulai proyek besar-besaran melalui perusahaan Namblodse Venotschaaf Handle Veriniging Amsterdam (NV HVA). Perusahaan ini membuka hutan lebat di kaki Gunung Kerinci dan menjadikannya perkebunan teh. Nama Kayu Aro mulai dikenal, bukan hanya sebagai wilayah perkebunan, tetapi juga sebagai salah satu kebun teh terbesar di Sumatera pada masa itu, dengan luas mencapai 2.590 hektar pada tahun 1940.  




Yang membuat Kayu Aro istimewa adalah statusnya sebagai perkebunan teh tertua di Indonesia. Dibangun antara tahun 1925-1928, perkebunan ini tak hanya menyuplai teh untuk konsumsi lokal, tetapi juga menjadi salah satu eksportir teh hitam Orthodox ke Eropa. Bahkan hingga kini, pabrik teh di Kayu Aro tetap beroperasi, menghasilkan sekitar 6 juta kilogram teh hitam Orthodox per tahun.  
  
Teh dari Kayu Aro memiliki cita rasa khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Hal ini dipengaruhi oleh ketinggian wilayahnya, yaitu sekitar 1.600 meter di atas permukaan laut. Udara dingin, tanah yang subur, dan proses pengolahan teh yang masih mempertahankan metode tradisional menjadikan teh Kayu Aro sebagai produk premium. Pada masa kolonial, teh ini bahkan menjadi langganan keluarga kerajaan Belanda.  



Selain itu, perkebunan ini juga menyimpan pesona wisata yang menggoda. Hamparan hijau kebun teh yang membentang luas berlatar belakang Gunung Kerinci menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Tak heran, tempat ini sering menjadi tujuan wisatawan yang ingin menikmati udara segar sambil mempelajari sejarahnya.  
 
Sejarah panjang Kayu Aro menjadi bukti betapa besarnya pengaruh kolonial Belanda dalam membentuk lanskap ekonomi dan budaya di Indonesia. Meski begitu, perkebunan ini kini menjadi bagian dari warisan nasional yang harus kita jaga. Pabrik teh yang telah berusia lebih dari 90 tahun ini tak hanya memproduksi teh berkualitas tinggi, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah bangsa.  



Bagi yang ingin mengenal lebih jauh, tak ada salahnya berkunjung langsung ke Kayu Aro. Selain belajar tentang proses pengolahan teh, Anda juga bisa menikmati suasana damai khas pedesaan. Siapa tahu, secangkir teh hangat dari Kayu Aro akan memberi Anda pengalaman yang tak terlupakan.  

Dari hamparan teh yang hijau hingga cita rasanya yang istimewa, Kayu Aro adalah bukti bahwa sejarah dapat dinikmati dalam setiap tegukan. Makin tahu Indonesia.(budi)

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update