![]() |
Foto Ilustrasi |
Pasbana - Kalau berita soal pemotongan anggaran negara diibaratkan sebagai sinetron, mungkin judulnya adalah "Ditinggal Pas Lagi Butuh". Setiap hari, kita disuguhi drama pemotongan anggaran yang seolah-olah negara ini sedang berada di ujung tanduk. Krisis anggaran? Rasanya seperti kita sedang menonton film thriller finansial, tapi sayangnya, ini bukan fiksi. Ini nyata.
Tapi, jangan khawatir! Di tengah hiruk-pikuk pemotongan anggaran, ada satu hal yang tetap meriah: pesta pelantikan para bupati, wali kota, dan gubernur terpilih. Ya, meski anggaran dipotong sana-sini, pesta pelantikan tetap harus berjalan. Bahkan, Presiden Prabowo sepertinya ingin membuat sejarah dengan melantik semua kepala daerah secara langsung di Istana. Bayangkan, sekitar 2.000 orang akan memadati Istana pada 20 Februari nanti. Istana mungkin akan lebih ramai daripada mall saat akhir pekan.
Tapi, jangan bayangkan acara ini akan sederhana. Meski anggaran dipotong, pelantikan tetap harus megah. Istri para kepala daerah pun diundang, plus ajudan, tukang rias, dan siapa tahu, mungkin juga ada penggembira. Kalau Istana tidak cukup, acara bisa dipindah ke halaman. Semoga saja cuaca cerah, ya. Kalau hujan, bisa-bisa pelantikan berubah jadi acara basah-basahan.
Sementara itu, di belakang layar, para kepala daerah mungkin sedang gigit jari. Anggaran daerah dipotong lebih dari 30 persen. Banyak daerah yang pendapatan aslinya hanya cukup untuk membayar setengah gaji pegawai. Jangankan untuk membangun, untuk gaji saja sudah pas-pasan. Tapi, jangan khawatir, para kepala daerah ini tidak punya waktu untuk bersedih. Mereka harus segera memikirkan cara menghemat anggaran, sambil tetap memastikan pesta pelantikan mereka tetap meriah.
Dan jangan lupa, setelah pelantikan, para kepala daerah ini harus kembali berkumpul di Magelang untuk dikarantina selama 14 hari di Akademi Militer. Ya, 14 hari! Bukan satu atau dua hari, tapi dua minggu penuh. Beberapa kepala daerah yang sudah senior bahkan mencoba menawar: "Tiga hari saja, ya?" Tapi, tampaknya tawaran mereka langsung ditolak. Padahal, mereka mungkin sudah bisa membayangkan apa yang akan disampaikan para menteri — apakah ada menteri yang benar-benar menguasai bidangnya atau tidak.
Tapi, mungkin Presiden Prabowo punya alasan tersendiri. Dia mungkin ingin memberikan pidato menggelegar soal pentingnya penghematan, anti-korupsi, dan kerja keras untuk rakyat. Dia mungkin masih yakin bahwa dengan mendengar pidatonya langsung, para kepala daerah akan berubah. Tapi, kita semua tahu, pidato saja tidak cukup. Yang dibutuhkan sekarang adalah aksi nyata. Ibarat permainan silat, gerakan-gerakan kembangannya sudah cukup. Yang ditunggu adalah tendangan kakinya.
Jadi, di tengah segala kekhawatiran soal pemotongan anggaran, mari kita tetap tersenyum. Karena, meski anggaran dipotong, pesta pelantikan tetap harus berjalan. Dan siapa tahu, mungkin di balik semua ini, ada hikmahnya. Mungkin ini saatnya kita semua belajar untuk lebih hemat dan bijak dalam menggunakan anggaran. Tapi, untuk sekarang, mari kita nikmati dulu drama pemotongan anggaran dan pesta pelantikan yang mewah ini. Karena, di negeri ini, selalu ada cerita yang bisa membuat kita tertawa, meski kadang harus sambil menangis.(*)