Pasbana - Setiap Tahun Baru Imlek, ada satu tradisi yang selalu dinanti-nantikan, terutama oleh anak-anak: menerima angpao. Amplop merah ini bukan sekadar bingkisan uang, melainkan simbol keberuntungan, kasih sayang, dan harapan baik. Tapi, tahukah kamu bahwa di balik angpao yang kita kenal sekarang, ada sejarah panjang yang menarik? Yuk, kita telusuri lebih dalam!
Asal Usul Angpao: Dari Jimat Koin hingga Amplop Merah
Tradisi angpao atau hongbao (dalam Bahasa Mandarin) ternyata sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Awalnya, pada masa Dinasti Han (206 SM–220 M), orang-orang mengenakan jimat berbentuk koin untuk melindungi diri dari roh jahat. Baru pada Dinasti Tang (618–907 M), koin-koin mulai disebarkan sebagai bagian dari perayaan musim semi.
Namun, tradisi memberi uang kepada anak-anak baru benar-benar populer pada masa Dinasti Song dan Yuan (960–1368). Saat itu, uang diberikan dengan cara diikatkan pada benang merah. Warna merah dipilih karena melambangkan keberuntungan dan kegembiraan dalam budaya Tionghoa. Tradisi ini terus berkembang hingga masa Dinasti Ming dan Qing (1368–1911), di mana amplop merah mulai digunakan sebagai wadah uang.
Makna Simbolis di Balik Angpao
Angpao bukan sekadar hadiah uang. Ada makna mendalam di balik setiap amplop merah yang diberikan. Dalam bahasa Mandarin, angpao yang diberikan kepada anak-anak atau orang dewasa yang belum menikah disebut ya sui qian, yang berarti “uang penekan usia”. Ini mencerminkan kepercayaan bahwa uang tersebut bisa menangkal kemalangan dan memperlambat penuaan.
Jumlah uang di dalam angpao juga punya arti khusus. Angka genap, terutama enam dan delapan, dianggap membawa keberuntungan. Angka enam melambangkan kelancaran, sementara delapan melambangkan kemakmuran. Namun, hati-hati dengan angka empat, karena dalam bahasa Mandarin, angka ini terdengar mirip dengan kata “kematian” dan dianggap sial.
Angpao di Era Digital: Tradisi yang Tetap Hidup
Di era modern, tradisi angpao tidak hilang, melainkan beradaptasi dengan teknologi. Di Cina, aplikasi seperti WeChat dan AliPay telah mempopulerkan konsep “amplop merah digital”. Pada Malam Tahun Baru Imlek 2017, misalnya, WeChat mencatat 14,2 miliar transaksi angpao digital! Meski antusiasme awal mungkin sedikit meredup, pada 2024, masih ada sekitar 5,08 miliar transaksi angpao digital yang dilakukan melalui WeChat.
Di Indonesia, platform pembayaran digital seperti GoPay, OVO, dan DANA, serta aplikasi bank seperti myBCA dan OCTO Mobile, juga menyediakan fitur angpao digital atau E-angpao. Dengan desain yang menarik dan bisa dipersonalisasi, angpao digital memudahkan orang untuk berpartisipasi dalam tradisi ini, bahkan jika mereka berada jauh dari keluarga.
Angpao: Menjaga Ikatan Keluarga dan Budaya
Tradisi angpao bukan hanya tentang uang, melainkan juga tentang menjaga ikatan keluarga dan melestarikan budaya. Bagi banyak keluarga Tionghoa, memberi angpao adalah cara untuk menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat. Misalnya, seorang nenek yang tinggal di Cina bisa mengirim angpao digital kepada cucunya di Indonesia, menjaga hubungan meski terpisah jarak.
Namun, digitalisasi angpao juga memicu perdebatan. Beberapa orang merasa bahwa angpao digital kehilangan sentuhan personal yang ada dalam pertukaran fisik. Sementara itu, yang lain melihatnya sebagai evolusi alami yang membuat tradisi ini tetap relevan di dunia modern.
Variasi Angpao di Berbagai Negara
Tradisi serupa angpao juga ditemukan di berbagai negara Asia, meski dengan nuansa yang berbeda. Di Korea, selama perayaan Seollal (Tahun Baru Imlek Korea), para tetua memberikan uang kepada orang dewasa muda atau yang belum menikah. Bedanya, uang ini sering diberikan dalam amplop putih, karena warna putih dalam budaya Korea melambangkan kemurnian dan awal yang baru.
Di Singapura, angpao (disebut ang pow dalam bahasa Hokkien) telah melampaui batas budaya. Meski awalnya merupakan tradisi Tionghoa, kini masyarakat dari berbagai latar belakang turut mempraktikkannya. Amplop merah tetap yang paling populer, tetapi warna lain seperti merah muda atau emas juga bisa diterima.
Masa Depan Angpao: Antara Tradisi dan Inovasi
Dengan perkembangan teknologi, masa depan angpao mungkin akan semakin menarik. Misalnya, mata uang digital Cina (E-CNY) bisa membawa dimensi baru dalam praktik ini, memungkinkan pertukaran yang lebih inovatif dan aman. Namun, apapun bentuknya, nilai inti angpao tetap sama: merayakan hubungan, berbagi berkah, dan melestarikan warisan budaya.Makin tahu Indonesia. (*)