Notification

×

Iklan

Iklan

Hasil Tangkap Ikan di Padang Turun 40 Persen, Nelayan Kesulitan Melaut Akibat Pencemaran dan Cuaca Ekstrem

15 Februari 2025 | 06:42 WIB Last Updated 2025-02-15T17:45:33Z



Padang, pasbana– Hasil tangkap ikan di Kota Padang mengalami penurunan drastis hingga 40 persen dalam beberapa bulan terakhir. Fenomena ini disebabkan oleh kombinasi pencemaran laut dan cuaca ekstrem yang dipicu oleh fenomena El Nino. Kondisi ini membuat nelayan setempat kesulitan melaut dan mengancam stok ikan di pasaran.  

Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Padang, Alfiadi, mengungkapkan hal tersebut pada Kamis (13/2/2025). "Kendati belum dihitung secara pasti, namun diperkirakan terjadi penurunan hasil tangkap nelayan sekitar 30-40 persen," ujarnya.  
  
Menurut Alfiadi, penurunan hasil tangkap ikan disebabkan oleh ketidakmampuan kapal nelayan tradisional menjangkau daerah tangkap yang lebih jauh dari bibir pantai. Sebagian besar kapal nelayan di Kota Padang masih berjenis tradisional, yang hanya mampu beroperasi hingga jarak 6-7 kilometer dari bibir pantai atau di sekitar pulau-pulau terluar.  

"Namun, akibat pencemaran laut dan suhu panas yang meningkat, ikan-ikan kini menjauh ke tengah laut. Dengan kondisi ini, nelayan yang hanya menggunakan kapal tradisional sangat kesulitan menangkap ikan," tambah Alfiadi.  

Cuaca ekstrem selama beberapa bulan terakhir semakin memperburuk situasi. Angin kencang yang berlangsung selama tiga bulan membuat banyak nelayan tidak bisa melaut. "Akibatnya, stok ikan berkurang drastis," jelasnya.  
  
Penurunan produksi ikan tidak hanya dirasakan oleh nelayan, tetapi juga oleh masyarakat Kota Padang. Pasokan ikan yang terbatas memaksa warga mengandalkan pasokan dari daerah tetangga seperti Sibolga. Keterbatasan stok ini juga memicu kenaikan harga ikan di pasaran.  

"Penurunan hasil tangkap ikan tentu sangat berdampak terhadap perekonomian nelayan," tegas Alfiadi. Tanpa peningkatan fasilitas dan teknologi, produksi perikanan Kota Padang dikhawatirkan akan terus merosot dan semakin berdampak pada kesejahteraan nelayan.  
  
Sebagai solusi sementara, Pemerintah Kota Padang melalui dana aspirasi anggota DPRD memberikan bantuan alat tangkap bagi nelayan. Namun, Alfiadi menegaskan bahwa bantuan ini belum cukup untuk mengatasi permasalahan utama.  

"Yang sebenarnya dibutuhkan nelayan saat ini adalah kapal modern yang bisa menjangkau laut lebih dalam, bukan hanya alat tangkap saja," ujarnya. Tanpa peningkatan fasilitas dan teknologi, produksi perikanan Kota Padang dikhawatirkan akan terus merosot dan semakin berdampak pada kesejahteraan nelayan.  
  
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena El Nino telah menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut di perairan Indonesia, termasuk di Sumatera Barat. Hal ini mengakibatkan pergeseran habitat ikan ke daerah yang lebih dalam dan dingin.  

Selain itu, laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa pencemaran laut di kawasan pesisir Sumatera Barat meningkat sebesar 15 persen dalam dua tahun terakhir, terutama akibat limbah industri dan sampah plastik.  
  
Penurunan hasil tangkap ikan di Kota Padang menjadi tantangan serius bagi nelayan dan pemerintah setempat. Diperlukan langkah-langkah strategis, seperti modernisasi kapal nelayan dan penanganan pencemaran laut, untuk mengembalikan produktivitas perikanan dan menjaga kesejahteraan masyarakat.  

"Kami berharap ada dukungan lebih besar dari pemerintah pusat dan daerah untuk mengatasi masalah ini secara menyeluruh," tutup Alfiadi.  

Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, upaya kolaboratif antara pemerintah, nelayan, dan masyarakat menjadi kunci untuk memulihkan sektor perikanan Kota Padang.  (*) 

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update