Pasbana - Di balik gemerlap modernitas, ada cerita-cerita menarik yang tersembunyi di balik tanah-tanah tua. Salah satunya adalah kisah tentang Minangkabau Timur, sebuah wilayah yang kini secara administratif masuk dalam Provinsi Riau. Kampar, Kuantan Singingi, dan Rokan Hulu adalah tiga kabupaten yang menjadi saksi bisu penyebaran suku-suku Minangkabau, seperti Piliang, Malayu, Pitopang, dan Domo. Yuk, kita telusuri lebih dalam!
Suku-Suku Minangkabau yang Menyebar di Riau
Minangkabau Timur dikenal sebagai daerah persebaran suku-suku Minangkabau yang cukup signifikan. Tiga suku utama yang mendominasi wilayah ini adalah Piliang, Malayu, dan Pitopang. Mereka tersebar di berbagai daerah, mulai dari Kampar Kanan, Kampar Kiri (Gunung Sahilan), Tapung, Rokan IV Koto, Rambah, Tanah Putih (Rokan Hilir), Kuantan, Singingi, hingga muara Sungai Kampar di Pelalawan.
Namun, ada satu suku yang cukup unik dan banyak ditemukan di Kampar, yaitu suku Domo. Meskipun suku ini juga bisa ditemui di Sumatra Barat, khususnya di Luhak Limapuluh dan Sijunjuang, keberadaannya di Kampar menunjukkan betapa eratnya hubungan budaya antara Riau dan Sumatra Barat.
Rumah Lontiok: Warisan Budaya yang Mulai Pudar
Salah satu bukti nyata pengaruh Minangkabau di Riau adalah keberadaan Rumah Lontiok, rumah tradisional Minangkabau yang banyak ditemui di sekitar V Koto (Kampar Kanan). Rumah ini memiliki arsitektur khas dengan atap yang melengkung seperti tanduk kerbau, simbol dari budaya Minangkabau.
Namun, sayangnya, banyak Rumah Lontiok yang kini terbengkalai dan lapuk. Menurut data dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Riau, hanya sekitar 20% dari total Rumah Lontiok yang masih terawat dengan baik. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri, mengingat rumah-rumah ini adalah bagian dari warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Mengapa Minangkabau Timur Penting?
Minangkabau Timur bukan sekadar wilayah geografis. Ia adalah bukti hidup dari persebaran budaya dan tradisi Minangkabau yang telah berlangsung selama berabad-abad. Menurut antropolog Universitas Andalas, penyebaran suku-suku Minangkabau ke Riau terjadi melalui migrasi besar-besaran pada abad ke-14 hingga ke-16. Migrasi ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk perdagangan, pernikahan, dan perluasan wilayah.
Selain itu, Minangkabau Timur juga menjadi jembatan budaya antara Sumatra Barat dan Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya kesamaan adat istiadat, bahasa, dan arsitektur antara kedua wilayah tersebut.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Melihat kondisi Rumah Lontiok yang semakin memprihatinkan, sudah saatnya kita bergerak untuk melestarikan warisan budaya ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
1. Pendokumentasian: Melakukan pendokumentasian secara detail terhadap Rumah Lontiok yang masih tersisa. Hal ini bisa dilakukan dengan melibatkan komunitas lokal dan lembaga terkait seperti BPCB Riau.
2. Revitalisasi: Melakukan revitalisasi terhadap Rumah Lontiok yang sudah lapuk. Program ini bisa melibatkan pemerintah daerah, komunitas, dan juga pihak swasta.
3. Edukasi: Mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya melestarikan warisan budaya. Hal ini bisa dilakukan melalui sekolah-sekolah dan kegiatan-kegiatan budaya.
Minangkabau Timur adalah potret nyata dari kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai. Kampar, Kuantan Singingi, dan Rokan Hulu bukan sekadar nama-nama daerah, melainkan juga penyimpan cerita-cerita panjang tentang perjalanan suku-suku Minangkabau. Mari kita jaga bersama warisan ini agar tidak hilang ditelan zaman. Makin tahu Indonesia. (*)