Padang, pasbana – Pemerintah Kota Padang meluncurkan program inovatif bertajuk Setop Boros Pangan yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya hidup hemat dan mengurangi sisa makanan. Program ini digagas sebagai respons atas tingginya volume sisa makanan yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah.
Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang, Alfiadi, menyatakan bahwa 65 persen sampah di TPA Kota Padang berasal dari sisa makanan, baik yang sudah dimakan maupun yang belum diolah.
"Data kami menunjukkan bahwa 65 persen sampah di TPA adalah sisa makanan. Ini mencakup makanan yang tidak dihabiskan saat makan dan bahan makanan yang tidak jadi dimasak karena berbagai alasan," ujar Alfiadi dalam keterangannya di Padang, Sabtu (15/2). Ia menambahkan, program ini tidak hanya bertujuan untuk menghemat anggaran keluarga, tetapi juga untuk menciptakan efisiensi secara nasional.
Persoalan sisa makanan bukan hanya terjadi di Padang, melainkan telah menjadi isu nasional. Menurut data yang dihimpun oleh Alfiadi, nilai sisa makanan yang terbuang di Indonesia mencapai sekitar Rp300 triliun per tahun. Angka ini mencerminkan betapa besarnya potensi penghematan yang bisa dicapai jika masyarakat lebih bijak dalam mengelola makanan.
Program Setop Boros Pangan diharapkan dapat mengubah kebiasaan masyarakat yang cenderung boros, terutama dalam acara-acara besar seperti pesta pernikahan.
"Kebiasaan mengambil makanan dalam jumlah banyak, tetapi hanya sedikit yang dimakan, harus diubah. Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang menghargai sumber daya yang kita miliki," tegas Alfiadi.
Program ini telah mendapatkan dukungan positif dari warga Kota Padang. Jupri, salah seorang warga, mengapresiasi inisiatif pemerintah kota tersebut.
"Program ini sangat bagus untuk mengingatkan kita agar tidak boros. Terutama saat ada acara pesta, kebiasaan mengambil makanan berlebihan harus ditinggalkan," ujar Jupri.
Pemerintah Kota Padang berencana untuk terus mensosialisasikan program ini melalui berbagai kanal, termasuk media sosial, seminar, dan kerja sama dengan komunitas lokal.
Diharapkan, langkah ini tidak hanya mengurangi volume sampah di TPA, tetapi juga menciptakan kesadaran kolektif tentang pentingnya mengelola makanan dengan bijak.
Meski mendapat dukungan, program ini tidak lepas dari tantangan. Salah satunya adalah mengubah kebiasaan masyarakat yang sudah mengakar. Untuk itu, pemerintah kota akan melibatkan tokoh masyarakat, pemuka agama, dan influencer lokal untuk membantu menyebarkan pesan ini secara lebih efektif.
Alfiadi menegaskan, "Kami akan terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memastikan program ini berjalan efektif. Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh elemen masyarakat."
Program Setop Boros Pangan Kota Padang merupakan langkah konkret untuk mengatasi masalah sisa makanan yang selama ini menjadi beban lingkungan dan ekonomi.
Dengan dukungan masyarakat dan strategi komunikasi yang tepat, program ini diharapkan dapat menjadi model bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menciptakan gaya hidup yang lebih hemat dan berkelanjutan.(rel)