Notification

×

Iklan

Iklan

Pelestarian Warisan Laksamana Malahayati: Desakan Pembangunan Museum Bahari di Lamreh, Aceh Besar

17 Februari 2025 | 15:28 WIB Last Updated 2025-02-17T08:28:43Z



Banda Aceh, pasbana  – Dalam upaya melestarikan warisan sejarah Laksamana Malahayati, salah satu tokoh perempuan pejuang maritim terkemuka di Nusantara, Meurak Jeumpa Institute menggelar diskusi virtual bertajuk "Eksplorasi Tinggalan Arkeologi Laksamana Malahayati" pada Minggu malam (16/2/2025). Diskusi ini menekankan pentingnya pembangunan museum bahari di Lamreh, Aceh Besar, sebagai langkah konkret untuk merawat dan mempromosikan peninggalan arkeologis Malahayati.

Dr. Sulaiman Juned, M.Sn, sastrawan dan sutradara teater yang juga dosen seni teater di ISI Padangpanjang, menyatakan bahwa kondisi tinggalan arkeologi Laksamana Malahayati saat ini sangat memprihatinkan. "Benteng Inong Bale, yang menjadi basis pertahanan Malahayati, mulai tergerus longsor. Kita tidak boleh hanya bangga dengan kehebatan masa lalu beliau, tetapi juga harus bertindak untuk melestarikannya," ujarnya. Ia menambahkan, pembangunan museum bahari di Lamreh dapat menjadi solusi untuk merawat seluruh peninggalan Malahayati sekaligus mengedukasi generasi muda tentang sejarah maritim Aceh.

Sulaiman Juned juga menekankan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya pelestarian ini. "Negara harus hadir bersama masyarakat untuk menyelamatkan warisan ini agar tidak hilang. Selain itu, media seni seperti sastra, teater, film, dan seni rupa dapat menjadi sarana untuk menghidupkan kembali warisan ini secara berkelanjutan," paparnya. Ia berharap Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi dapat segera menindaklanjuti program pelestarian ini.



Ambo Asse Ajis, Ketua Ikatan Arkeologi Indonesia (IAAI) Aceh-Sumatera Utara, turut menyoroti pentingnya menjaga warisan Laksamana Malahayati. "Malahayati adalah tokoh yang hebat dan kuat. Bukti sejarah menunjukkan perannya sangat besar dalam kejayaan negeri ini, terutama dalam memimpin pelayaran hingga lebih dari 2.000 kilometer untuk mengamankan perairan Selat Malaka," ujarnya. Ambo juga mengapresiasi keberadaan Benteng Inong Bale yang masih tersisa, meskipun banyak teknologi maritim Aceh yang telah hilang. "Kita bersyukur lokasi benteng masih ada, tetapi ini harus segera dilestarikan sebelum terlambat," tambahnya.

Pembangunan museum bahari di Lamreh dinilai sebagai langkah strategis untuk melestarikan warisan Laksamana Malahayati. Museum ini tidak hanya akan menjadi tempat penyimpanan artefak dan peninggalan arkeologis, tetapi juga sebagai pusat edukasi dan penelitian tentang sejarah maritim Aceh. Selain itu, museum ini dapat menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik, mendukung pariwisata lokal dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga warisan budaya.

Para peserta diskusi sepakat bahwa langkah konkret harus segera diambil. Mereka mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk segera merancang program pelestarian yang komprehensif, termasuk pembangunan museum bahari, restorasi Benteng Inong Bale, dan pengembangan media seni sebagai sarana promosi. "Ini bukan hanya tentang melestarikan sejarah, tetapi juga tentang membangun identitas dan kebanggaan bangsa," tegas Sulaiman Juned.

Dengan upaya bersama, warisan Laksamana Malahayati diharapkan dapat terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang. Seperti kata Ambo Asse Ajis, "Malahayati adalah bukti bahwa Aceh memiliki sejarah maritim yang gemilang. Mari kita jaga warisan ini agar tidak punah."

(*/Soerya)  

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update