Notification

×

Iklan

Iklan

Teknik Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) Buktikan Hasil Panen Meningkat

07 Februari 2025 | 06:55 WIB Last Updated 2025-02-07T23:58:43Z


Solok Selatan, pasbana - Lebih dari seribu petani di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, telah beralih ke teknik Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) untuk budidaya padi dan jagung. Teknik ini dinilai mampu meningkatkan hasil panen, menghemat biaya produksi, serta mengurangi serangan hama seperti keong dan wereng. Pengalaman positif ini dibagikan oleh para petani dalam Lokakarya Program Udara Bersih Indonesia yang digelar di Aula Dinas Pertanian Solok Selatan, Rabu (5/2).

Yurnita, petani asal Nagari Bomas, Kecamatan Sungai Pagu, mengaku telah sembilan kali musim tanam menerapkan teknik MTOT. "Hasil panen saya meningkat, biaya lebih hemat, dan saya terhindar dari serangan hama," ujarnya. Teknik yang dijuluki "bersawah pokok murah" ini juga membantu Penti Hendriani, petani lain yang sempat kesulitan finansial. "Uang tidak ada, suami lagi sakit. Alhamdulillah, ada cara bertani sawah pokok murah," tuturnya. Penti bahkan telah mengajarkan teknik ini kepada 20 petani di sekitarnya.

Helmida, petani dari daerah terpencil yang sulit dijangkau mesin bajak, mengaku teknik MTOT sangat membantu. "Saya tidak perlu lagi membajak sawah. Biaya lebih murah, dan hasilnya lebih banyak," katanya. Sementara itu, Asmadi dari Lubuk Gadang Selatan menambahkan, "Anakan padi lebih banyak dibandingkan cara konvensional, sehingga hasilnya lebih tinggi." Pengalaman serupa disampaikan Jasman, yang berhasil menanam padi di lahan yang sebelumnya keracunan besi.

Selain meningkatkan produktivitas, teknik MTOT juga ramah lingkungan. Jerami yang tidak dibakar mengurangi emisi karbondioksida, sementara pengurangan penggenangan sawah menekan produksi gas metana. "Udara lebih bersih dan sehat," ujar Dr. Heru Setyoko, MM, Direktur FIELD Indonesia, dalam lokakarya tersebut. FIELD Indonesia, yang mengembangkan Program Udara Bersih, telah melibatkan 34.000 petani di delapan provinsi, termasuk Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.

Program ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah (NGO). Joni Permadi, Wali Nagari Lubuk Gadang Selatan, menyatakan bahwa pada 2024 telah dibentuk dua unit sekolah lapangan untuk MTOT. "Tahun 2025 akan dikembangkan empat unit lagi. Teknik ini sangat membantu petani meningkatkan produksi dan mengurangi biaya," ujarnya.

Teknik MTOT dinilai sebagai solusi tepat untuk mendukung swasembada pangan nasional. "Jika dikembangkan secara masif, teknik ini akan sangat membantu pemerintah mencapai target swasembada pangan," tambah Heru. Data FIELD Indonesia menunjukkan, jumlah petani yang menerapkan MTOT terus bertambah karena teknik ini murah, mudah, hemat tenaga, dan ramah lingkungan.

Lokakarya ini dihadiri oleh perwakilan Dinas Pertanian Solok Selatan, Badan Penyuluhan Pertanian (BPP), Wali Nagari, serta petani Kader Udara Bersih Indonesia. Dengan dukungan berbagai pihak, teknik MTOT diharapkan dapat menjadi model pertanian berkelanjutan yang mampu meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.(*) 

IKLAN

 

×
Kaba Nan Baru Update