Notification

×

Iklan

Iklan

Tradisi Babako: Merajut Kasih Sayang dalam Pernikahan Minangkabau

11 Februari 2025 | 11:41 WIB Last Updated 2025-02-11T04:41:10Z


Pasbana - Pernikahan dalam budaya Minangkabau bukan sekadar penyatuan dua insan, melainkan juga perayaan kebersamaan dan kekeluargaan. Salah satu tradisi yang menonjol dalam pernikahan adat Minangkabau adalah Babako, sebuah ritual yang penuh makna dan sarat dengan nilai-nilai kebersamaan. Babako bukan sekadar acara seremonial, melainkan wujud nyata dari kepedulian dan kasih sayang keluarga ayah mempelai wanita kepada calon pengantin.

Apa Itu Babako?


Babako adalah tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh keluarga ayah mempelai wanita (disebut bako) untuk memberikan dukungan dan bantuan dalam persiapan pernikahan. Dalam tradisi ini, keluarga bako akan membawa berbagai hantaran berupa kebutuhan sehari-hari seperti pakaian, makanan, dan peralatan rumah tangga. Hantaran ini bukan sekadar barang bawaan, melainkan simbol kasih sayang dan dukungan moral dari keluarga ayah kepada anak pisang (anak dari saudara laki-laki).

Menurut Wirnelis Syarif dkk. dalam penelitiannya tentang "Penyelenggaraan Makanan Adat Pada Acara Perkawinan Kota Padang", Babako juga menjadi momen untuk mempererat hubungan silaturahmi antara keluarga bako dan anak pisang. Tradisi ini tidak hanya dilakukan saat pernikahan, tetapi juga dalam acara adat lainnya seperti turun mandi, aqiqah, pengangkatan penghulu, hingga upacara kematian.

Prosesi Babako: Dari Arak-Arakan hingga Petuah Bijak


Prosesi Babako dimulai dengan arak-arakan yang meriah. Keluarga bako berjalan beriringan menuju rumah anak pisang sambil membawa hantaran adat seperti sirih dalam carano (wadah tradisional), nasi kuning, singgang ayam, perangkat busana, dan perhiasan. Arak-arakan ini biasanya diiringi oleh musik tradisional rebana dan nyanyian adat, menciptakan suasana yang hangat dan penuh kebersamaan.




Sesampainya di rumah anak pisang, keluarga bako disambut dengan siraman beras kunyit, simbol penyucian dan harapan untuk kehidupan yang harmonis. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian petuah dan nasihat dari para tetua adat kepada calon pengantin. Nasihat ini menjadi bekal berharga bagi pasangan yang akan memulai kehidupan berumah tangga.

Hantaran Adat: Simbol Kasih Sayang dan Kebersamaan


Hantaran dalam tradisi Babako bukan sekadar barang bawaan, melainkan simbol kasih sayang dan dukungan. Beberapa hantaran yang wajib dibawa antara lain:

1. Sirih lengkap dalam carano: Sirih menjadi simbol penghormatan dan kebersamaan dalam budaya Minangkabau.
2. Beras, kelapa, dan bahan mentah lainnya: Bahan-bahan ini digunakan untuk persiapan perhelatan, menunjukkan gotong royong dalam menyiapkan acara.
3. Perangkat busana dan perhiasan: Busana adat dan perhiasan menjadi simbol kemuliaan dan penghargaan kepada calon pengantin.
4. Makanan adat seperti sisampek: Makanan ini memiliki makna simbolis, seperti singgang ayam yang melambangkan harapan untuk kehidupan yang kokoh dan harmonis.



Makna dan Fungsi Tradisi Babako


Tradisi Babako memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Minangkabau. Pertama, tradisi ini menjadi wujud kasih sayang dan tanggung jawab keluarga ayah kepada anak pisang. Kedua, Babako juga berfungsi untuk mempererat hubungan silaturahmi antara keluarga bako dan anak pisang. Ketiga, tradisi ini menjadi sarana untuk melestarikan adat istiadat Minangkabau yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.

Menurut Ibrahim Dt. Sanggoeno Dirajo dalam bukunya Tambo Alam Minangkabau, tradisi Babako juga menjadi momen untuk menunjukkan status sosial keluarga dalam masyarakat. Kehadiran bako dengan hantaran yang lengkap akan mengangkat martabat anak pisang di mata masyarakat.

Babako di Era Modern: Tetap Relevan atau Mulai Pudar?


Di tengah gempuran modernisasi, tradisi Babako masih bertahan di beberapa daerah di Sumatera Barat, seperti Nagari Lubuk Gadang Utara. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaannya mulai mengalami perubahan. Beberapa keluarga memilih untuk menyederhanakan prosesi Babako, sementara yang lain tetap mempertahankannya dengan khidmat.




Menurut Maril Gafur dalam artikelnya di Antara Sumbar, tradisi Babako tetap relevan sebagai sarana untuk memperkenalkan dan memperlihatkan kepada masyarakat bahwa salah satu anak dari saudara laki-laki telah menikah. Tradisi ini juga menjadi momen untuk mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong kepada generasi muda.

Merawat Warisan Nenek Moyang


Tradisi Babako adalah salah satu warisan budaya Minangkabau yang patut dijaga dan dilestarikan. Selain sebagai wujud kasih sayang dan kebersamaan, tradisi ini juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Di tengah perubahan zaman, Babako tetap menjadi simbol kekuatan adat dan budaya Minangkabau yang tak lekang oleh waktu.

Dengan memahami dan melestarikan tradisi Babako, kita turut menjaga warisan budaya yang menjadi identitas bangsa. Mari terus merawat kebersamaan dan kasih sayang dalam setiap helai kehidupan kita.Makin tahu Indonesia . (*)

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update