Notification

×

Iklan

Iklan

Akhlak Mulia: Senjata Rahasia Gen Z Menghadapi Dunia yang Semakin Menggila

13 Maret 2025 | 11:21 WIB Last Updated 2025-03-13T04:29:51Z



Pasbana - Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, di mana media sosial menjadi panggung utama dan teknologi mengubah cara kita berinteraksi, ada satu hal yang tetap relevan sejak zaman Nabi Muhammad hingga era TikTok: akhlak mulia. 

Ya, akhlak. Bukan sekadar kata-kata usang yang hanya cocok diucapkan di pengajian, tapi senjata rahasia yang bisa membuat kita selamat dari badai kehidupan—baik di dunia maupun akhirat.

Rasulullah Saw pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad). Bayangkan, misi utama Nabi bukan sekadar mengajarkan shalat atau puasa, tapi menyempurnakan akhlak. 

Artinya, akhlak itu bukan bonus, tapi core business. Kalau kita bisa punya akhlak mulia, kita sudah memegang kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan siapa yang tidak mau bahagia di dunia akhirat sekaligus?

Akhlak Mulia: Bukan Sekadar “Good Vibes Only”

Akhlak mulia bukan sekadar tentang senyum manis atau kata-kata lembut. Ini tentang integritas, kejujuran, dan bagaimana kita memperlakukan orang lain. Tidak korupsi , amanah dan tidak meyalahgunakan wewenang.

Allah Swt bahkan memuji akhlak Rasulullah dalam Al-Qur’an: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4). Jadi, kalau kita ingin dicintai Allah, ya harus punya akhlak yang agung juga. Tidak ada jalan pintas.

Tapi, jangan salah, akhlak mulia bukan hanya untuk orang-orang suci yang hidup di zaman dulu. Ini juga untuk kita, generasi Z dan Gen Alpha, yang hidup di era di mana “cancel culture” bisa menghancurkan reputasi dalam sekejap. Bayangkan, betapa damainya dunia jika kita semua punya akhlak mulia. Tidak ada lagi cyberbullying, hoaks, atau komentar-komentar toxic di kolom Instagram

Keteladanan yang Tidak Ketinggalan Zaman

Mari kita belajar dari para pendahulu. Abu Bakar Ash-Shiddiq, misalnya. Dia bukan hanya sahabat Nabi, tapi juga orang yang rela mengorbankan seluruh hartanya untuk Islam. Bayangkan, di zaman sekarang, berapa banyak orang yang rela memberikan seluruh gajinya untuk kebaikan bersama? 

Atau Umar bin Khattab, yang rela berkeliling kota di malam hari hanya untuk memastikan tidak ada rakyatnya yang kelaparan. Kalau di zaman sekarang, mungkin Umar akan jadi influencer yang viral karena aksinya itu.

Lalu ada Imam Syafi’i, ulama besar yang rendah hati. Ketika ada orang yang mencacinya, beliau justru mendoakan orang tersebut. Coba bayangkan, kalau kita dihina di media sosial, apa reaksi kita? Balas mencaci? Atau malah bikin thread panjang untuk klarifikasi?

Imam Syafi’i mengajarkan kita untuk membalas keburukan dengan kebaikan. Ini bukan hanya tentang menjadi baik, tapi tentang menjadi kuat.

Generasi Z dan Alpha: Tantangan Akhlak di Era Digital

Generasi Z dan Alpha hidup di dunia yang serba cepat. Semua bisa diakses dengan satu klik. Tapi, di balik kemudahan itu, ada tantangan besar: bagaimana menjaga akhlak di tengah gempuran informasi dan godaan teknologi. Bullying di media sosial, hoaks yang menyebar seperti virus, dan pergaulan bebas yang semakin sulit dikontrol—semua ini adalah ujian akhlak kita.

Tapi, jangan khawatir. Pendidikan karakter adalah jawabannya. Rasulullah Saw mengajarkan bahwa akhlak mulia harus diajarkan sejak dini. Beliau bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari). 

Artinya, peran orang tua dan pendidik sangat penting. Tapi, ini bukan hanya tugas mereka. Kita semua, sebagai generasi muda, juga punya tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan akhlak mulia.

Pendidikan Karakter: Investasi Masa Depan

Pendidikan karakter bukan sekadar tentang nilai rapor atau ranking sekolah. Ini tentang bagaimana kita membentuk pribadi yang kuat, berintegritas, dan peduli terhadap sesama. Anak-anak dan remaja cenderung meniru apa yang mereka lihat. Jadi, kalau kita ingin generasi muda punya akhlak mulia, kita harus menjadi contoh nyata. 

Bayangkan, jika setiap orang tua, guru, dan pemimpin bisa menjadi teladan dalam berakhlak mulia, betapa damainya dunia ini. Tidak ada lagi korupsi, tidak ada lagi ketidakadilan, dan tidak ada lagi permusuhan. Semua orang saling menghormati dan peduli. Ini bukan mimpi, tapi tujuan yang bisa kita capai jika kita serius membangun akhlak mulia.

Akhlak Mulia, Kunci Kebahagiaan Sejati

Matinul khuluq atau akhlak yang kokoh adalah kunci kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Ini bukan hanya tentang menjadi baik, tapi tentang menjadi kuat, berintegritas, dan bermanfaat bagi orang lain. Di tengah tantangan modern, akhlak mulia adalah senjata rahasia kita untuk menghadapi dunia yang semakin edan.

Mari kita teladani akhlak Rasulullah Saw, para sahabat, dan ulama pendahulu. Mari kita jadikan pendidikan karakter sebagai prioritas utama. Dan yang terpenting, mari kita mulai dari diri sendiri. Karena, seperti kata pepatah, perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil. 

Ayo, kita buktikan bahwa generasi Z dan Alpha bisa menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tapi juga berakhlak mulia. Aamiin.


13 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update