Notification

×

Iklan

Iklan

At-Tadhliyyah: Ketika Pengorbanan Menjadi Seni Meraih Keunggulan

05 Maret 2025 | 14:28 WIB Last Updated 2025-03-05T07:31:01Z


Pasbana - Hidup ini seperti kopi. Ada yang pahit, ada yang manis, tapi yang pasti, semua butuh proses. Nah, dalam Islam, proses itu seringkali berbentuk pengorbanan. At-Tadhliyyah, atau sikap rela berkorban, adalah seni hidup yang diajarkan oleh agama kita. 

Bukan sekadar urusan harta, tapi juga waktu, tenaga, bahkan jiwa. Ini bukan teori kosong, tapi praktik nyata yang tercermin dalam Al-Qur'an, hadist, dan kisah-kisah heroik para sahabat Nabi.  

Allah SWT berfirman:  
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (QS. At-Taubah: 111).  

Bayangkan, Allah sampai "membeli" diri dan harta kita dengan surga. Ini bukan transaksi biasa, tapi deal of the century! Jiwa dan harta yang kita korbankan di jalan-Nya tak akan sia-sia. Balasannya? Surga. Yes, surga!  

Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan:  
"Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim).  

Nah, ini level cinta yang tinggi. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya harus mengalahkan segalanya. Bahkan, lebih dari cinta kita pada kopi di pagi hari.  

Para Sahabat: Master of Sacrifice

Mari kita telusuri kisah-kisah para sahabat yang menjadikan pengorbanan sebagai gaya hidup. Mereka bukan sekadar teori, tapi praktik nyata.  

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq: The All-In Guy  
Abu Bakar adalah contoh nyata orang yang "all-in". Saat Rasulullah meminta dana untuk perang Tabuk, ia menyumbangkan seluruh hartanya. 

Ketika ditanya apa yang ia tinggalkan untuk keluarganya, jawabnya bikin merinding: "Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya." Ini bukan sekadar kata-kata, tapi bukti cinta dan pengorbanan yang nyata.  

2. Umar bin Khattab: The Night Walker 
Umar bin Khattab, sang khalifah yang tegas, rela hidup sederhana meski memegang tampuk kekuasaan. Ia sering berjalan di malam hari hanya untuk memastikan rakyatnya tidak kelaparan. 

Bayangkan, seorang pemimpin yang rela mengorbankan waktu tidurnya demi rakyatnya. Ini bukan sekadar dedikasi, tapi cinta yang tulus.  

3. Utsman bin Affan: The Philanthropist
Utsman bin Affan, sang dermawan, membeli sumur Raumah dan mewakafkannya untuk umat Islam. Ia juga mendanai sepertiga pasukan dalam perang Tabuk. 

Bagi Utsman, harta bukan untuk dikumpulkan, tapi untuk dikorbankan di jalan Allah.  

4. Ali bin Abi Thalib: The Braveheart 
Ali bin Abi Thalib adalah simbol keberanian. Ia rela tidur di tempat tidur Rasulullah saat hijrah, meski tahu nyawanya terancam. 

Ia juga selalu berada di garis depan dalam setiap peperangan. Ini bukan sekadar keberanian, tapi pengorbanan jiwa yang luar biasa.  

5. Abdullah bin Mubarak: The Knowledge Seeker
Abdullah bin Mubarak, seorang tabiin, mengorbankan waktu dan hartanya untuk menuntut ilmu dan membantu sesama. Ia pernah berkata, "Barangsiapa yang mengorbankan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik." Ini adalah prinsip hidup yang patut kita teladani.  

Ruhul Badzl: Seni Memberi Tanpa Pamrih

Ruhul badzl, atau semangat memberi tanpa pamrih, adalah inti dari At-Tadhliyyah. Pengorbanan bukan sekadar urusan materi, tapi juga tentang keikhlasan. Sebagaimana firman Allah:  
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya." (QS. Saba’: 39).  

Jihad tidak hanya berarti berperang, tetapi juga berjuang melawan hawa nafsu, menuntut ilmu, dan berbuat baik. Semua ini memerlukan pengorbanan. Tanpa pengorbanan, tidak ada kemajuan, tidak ada perubahan, dan tidak ada keunggulan.  


Pengorbanan adalah Kunci

At-Tadhliyyah mengajarkan kita bahwa pengorbanan adalah kunci meraih keunggulan, baik di dunia maupun akhirat. Dengan meneladani para sahabat, kita bisa menumbuhkan semangat berkorban untuk agama, umat, dan kemanusiaan.  

Sebagaimana firman Allah:  
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi."(QS. Ali Imran: 133).  

Jadi, mari kita jadikan pengorbanan sebagai seni hidup. Karena, seperti kopi, hidup yang penuh pengorbanan akan terasa lebih nikmat di akhirat nanti.  

Selamat berjuang, sahabat!  

5 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka

IKLAN


×
Kaba Nan Baru Update