Pasbana - Hidup ini ibarat marathon, bukan sprint. Ada kalanya kita berlari kencang, ada pula saatnya kita harus menahan napas, melangkah pelan, dan bertahan meski kaki terasa berat. Dalam perjalanan itu, ujian dan rintangan adalah sahabat karib yang tak pernah absen.
Tapi, di tengah segala ketidakpastian, ada satu prinsip yang bisa menjadi kompas: Ats Tsabat—keteguhan hati. Bukan sekadar kata-kata, tapi sebuah sikap yang mengajarkan kita untuk tetap tegak meski badai menerpa.
Ats Tsabat bukan cuma milik mereka yang hidup di zaman Nabi atau para sahabat. Ia relevan hingga hari ini, di era di mana segala sesuatu serba instan: makanan, informasi, bahkan hubungan. Kita ingin segala sesuatu cepat, praktis, dan tanpa hambatan.
Tapi hidup, sayangnya, tidak pernah sejalan dengan keinginan kita. Justru di situlah Ats Tsabat menemukan maknanya: kesabaran, konsistensi, dan keteguhan dalam menghadapi proses yang panjang.
Keteguhan Hati: Bukan Hanya untuk Para Nabi
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an: "Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu..." (QS. Ali Imran: 200). Ayat ini seperti pengingat halus: hidup ini bukan tentang seberapa cepat kita sampai, tapi seberapa kuat kita bertahan.
Bayangkan Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang harus memikul beban berat setelah Rasulullah SAW wafat. Saat banyak orang goyah, dia justru berdiri tegak, mengingatkan umat bahwa Allah tak pernah mati. Atau Umar bin Khattab, yang memilih untuk tidak memasuki wilayah wabah demi keselamatan umat, meski keputusan itu tak populer. Mereka adalah contoh nyata bahwa keteguhan hati bukan sekadar teori, tapi praktik nyata yang membutuhkan keberanian.
Lalu ada Bilal bin Rabah, yang meski disiksa, tetap mengumandangkan "Ahad, Ahad". Atau Imam Ahmad bin Hanbal, yang memilih dipenjara daripada mengorbankan aqidahnya. Mereka adalah bukti bahwa Ats Tsabat bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang memilih jalan yang benar, meski itu berarti harus berjalan sendirian.
Waktu: Ujian yang Sering Kita Salah Pahami
Kita hidup di era yang serba cepat. Ingin sukses? Harus instan. Ingin kaya? Harus dalam semalam. Tapi Allah mengingatkan kita: "Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran para nabi yang memiliki keteguhan hati..." (QS. Al-Ahqaf: 35). Waktu adalah ujian. Ia menguji sejauh mana kita bisa bertahan, sejauh mana kita bisa konsisten.
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Semua urusannya adalah baik..." (HR. Muslim). Artinya, baik dalam senang maupun susah, seorang mukmin selalu berada dalam kebaikan. Ketika senang, dia bersyukur. Ketika susah, dia bersabar. Ini adalah resep sederhana tapi powerful: syukur dan sabar adalah dua sisi mata uang yang sama.
Keteguhan Hati di Era Modern: Antara TikTok dan Tawakal
Di zaman sekarang, di mana segala sesuatu bisa didapat dengan satu klik, Ats Tsabat terasa seperti konsep yang asing. Kita terbiasa dengan kepuasan instan. Tapi, hidup tidak selalu bisa di-skip seperti iklan di YouTube. Ada proses yang harus dijalani, ada waktu yang harus dilalui.
Bayangkan seorang pelajar yang mengejar gelar sarjana. Butuh waktu bertahun-tahun, dengan segala lika-likunya. Atau seorang pengusaha yang membangun bisnis dari nol. Ada kegagalan, ada kekecewaan, tapi keteguhan hati yang membuat mereka terus melangkah. Ats Tsabat mengajarkan kita bahwa waktu bukanlah musuh, tapi sekutu. Ia adalah bagian dari solusi, bukan masalah.
Hikmah di Balik Keteguhan: Pahala yang Tak Pernah Sia-sia
Allah SWT berfirman: "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 155). Ujian itu pasti datang, tapi kabar baiknya: kesabaran dan keteguhan hati akan membuahkan hasil yang manis.
Rasulullah SAW juga mengingatkan: "Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu lemah." (HR. Muslim). Ini adalah resep hidup yang timeless: semangat, doa, dan keteguhan hati. Tiga hal ini adalah kombinasi yang tak pernah gagal.
Tetap Teguh, Meski Zaman Berubah
Ats Tsabat bukan sekadar konsep agama, tapi filosofi hidup. Ia mengajarkan kita untuk tetap teguh dalam kebenaran, meski dunia berubah. Ia mengingatkan kita bahwa kesabaran dan konsistensi adalah kunci meraih keberhasilan, baik di dunia maupun di akhirat.
Di tengah segala ketidakpastian zaman, mari kita pegang teguh prinsip ini: "Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (QS. Hud: 115). Keteguhan hati mungkin tidak membuat hidup lebih mudah, tapi ia pasti membuat hidup lebih bermakna.
Jadi, mari terus melangkah, meski pelan, asal tetap teguh. Karena di ujung jalan, ada cahaya yang menanti.
Selamat berjuang, sahabat!
7 Ramadhan 1446 H.
Sanitsaka